مقدمة

إنّ الحمد لله تعالى نحمده، ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضلّ له، ومن يضللْ فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله.

وبعد :

Alhamdulillah, berkat Taufiq serta Hidayah-Nya, akhirnya blog sederhana ini dapat terselesaikan juga sesuai dengan rencana. Sholawat salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Bermodal dengan keinginan niat baik untuk ikut serta mendokumentasikan karya ilmiah perjuangan Syaikhina Muhammad Najih Maemoen, maka sengaja saya suguhkan sebuah blog yang sangatlah sederhana dan amburadul ini, tapi Insya Allah semua ini tidak mengurangi isi, makna dan tujuhan saya.

Blog yang sekarang ini berada di depan anda, sengaja saya tampilkan sekilas khusus tentang beliau Syaikhina Muhammad Najih Maemoen, mengingat dari Ponpes Al Anwar Karangmangu Sarang sudah memiliki website tersendiri yang mengupas secara umum keberadaan keluarga besar pondok. Tiada lain tiada bukan semua ini sebagai rasa mahabbah kepada Sang Guru Syaikhina Muhammad Najih Maemoen.

Tidak lupa saya haturkan beribu terima kasih kepada guru saya Syaikhina Maemoen Zubair beserta keluarga, terkhusus kepada beliau Syaikhina Muhammad Najih Maemoen yang selama ini telah membimbing dan mengasuh saya. Dan juga kepada Mas Fiqri Brebes, Pak Tarwan, Kak Nu'man, Kang Sholehan serta segenap rekan yang tidak bisa saya sebut namanya bersedia ikut memotifasi awal hingga akhir terselesainya blog ini.

Akhirnya harapan saya, semoga blog sederhana ini dapat bermanfa’at dan menjadi Amal yang di terima. Amin.

Selasa, 25 Januari 2011

Mutiara Ilmu Kalam, Penalaran Kongkrit Aqidah Islam


SAMBUTAN PEMBIMBING
KH. Muh. Najih Maimoen

الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين، سيدنا ومولانا محمد وعلى آله الطيبين الطاهرين، وصحابته أجمعين. أما بعد:

Setelah membaca dan menelaah kitab al-Jawahir al-Kalamiyyah fi idhohi al-Aqidah al-Islamiyyah karya Syaikh Thohir bin Sholih Al-Jaza'iry, ulama sekaligus pejuang pada masanya. Kami menganggap bahwa kitab ini adalah karya tulis yang ringkas dan mudah dipaham namun manfaatnya begitu besar, amat banyak pelajaran dan manfaat yang terkandung di dalamnya, karena memuat semua prinsip-prinsip dasar aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah yang diproklamirkan oleh ulama-ulama Salafussholih.
Untuk itu, kami berinisiatif agar buku ini dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia oleh anak-anak kami di Ribath Darusshohihain Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang, supaya manfaatnya yang begitu besar dapat dirasakan oleh mayoritas masyarakat Indonesia dan sebagai koreksi atas "aliran-aliran sempalan" yang perkembangannya begitu pesat di bumi nusantara ini. Semoga hidayah dapat berlabuh pada benak mereka.
Buku ini sudah cukup memadai bagi orang yang ingin mempelajari aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah yang dikemas dengan gaya bahasa yang sederhana, ringkas, dan lugas dengan metode tanya jawab ringan yang disusun secara sistematis sehingga mudah difaham. Dan cukup untuk meyakinkan orang-orang yang terperdaya mengi-kuti para ahli bid'ah -jika memang mereka mendapatkan taufiq- karena kebanyakan dari orang-orang yang terperangkap jaringan-jaringan kufur dan bid'ah (yang telah diikat dengan dana) itu tidak akan kembali kepada kebenaran walaupun kebenaran tersebut muncul kepada mereka seterang siang, karena fanatisme buta dan mengikuti hawa nafsu serta godaan Syaithan yang memperlihatkan keburukan kepada mereka sebagai suatu kebaikan. Allah SWT berfirman:
أَفَمَن زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَن يَشَاء وَيَهْدِي مَن يَشَاء فَلا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
"Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)? Maka Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; Maka janganlah dirimu binasa Karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat." (QS. Fathir: 8)
Ibarat pohon, jika akarnya busuk maka rusak pula seluruh bagian yang ada di atasnya. Begitupun dengan amal, ia menjadi tidak berarti jika aqidah yang menjadi pondasinya rusak dan rapuh. Meskipun dia mengira telah menyimpan tabungan pahala yang tak terkira. Jika tidak ingin "gagal panen", perhatian terhadap urusan aqidah mestinya diprioritaskan. Terlebih tentang urusan yang tidak boleh tidak harus diketahui oleh setiap muslim.
Oleh karenanya, buku ini kami sarankan untuk menjadi bahan bacaan sehari-hari bagi semua kalangan. Baik anak-anak, remaja, pemuda-pemudi, dan para orang tua dan juga agar kitab aslinya dijadikan mata pelajaran di madrasah-madrasah Salafiyyah dan buku terjemahan ini untuk sekolah-sekolah di seluruh Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan negara sekitarnya.
Sebagai tambahan faedah dan aqidah kami sisipkan ke dalam buku terjemahan ini beberapa dalil-dalil sifat wajib tentang wahyu, jumlah Malaikat, nasab baginda Nabi Muhammad SAW, tambahan-tambahan penting dan lain-lain.
Semoga dengan terbitnya buku ini dapat memberikan manfaat yang besar dan barokah kepada kita masyarakat muslim secara umum dan semoga menjadi amal yang baik dalam usaha penerjemahan oleh anak-anak kami, santri Ribath Darusshohihain Pondok Pesantren Al-Anwar. Amin ya robbal alamin.
Wallahu'alam bisshowab.


Sarang, 9 Shofar 1432 H
15 Januari 2011 M


BIOGRAFI PENULIS


Beliau bernama Thohir bin Muhammad Sholih bin Ahmad bin Mahbub As-Sam'uny Al-Jaza'iry. Pada tahun 1263 H/ 1847 M ayahanda beliau hijrah ke Damaskus, kota penuh keilmuan dan kemuliaan, dan menjabat sebagai hakim –karena beliau adalah orang yang paling alim fiqh di Damaskus- serta menjadi Mufti di Syam (Syiria). Beliau lahir di kota Damaskus pada tahun 1852M.
Beliau belajar di beberapa madrasah di Damaskus, diantaranya Madrasah Al-Jaqmaqiyyah Al-I'dadiyyah, dan menjadi murid ustadz Abdurrahman Al-Bustany. Dari beliau Syaikh Thohir belajar bahasa Arab, Prancis, Turki dan ilmu-ilmu dasar lainnya. Kemudian beliau berguru kepada ulama yang pada masanya terkenal dengan kealimannya yaitu Syaikh Abdul Ghony Al-Ghonimy Al-Midany. Beliau konsisten belajar kepadanya hingga sampai sang guru, Syaikh Abdul Ghony, wafat. Gurunya yang satu ini terkenal alim, arif, dan pengetahuannya yang luas, menguasai intisari-intisari syari'at beserta rahasia-rahasianya, jauh dari bid'ah, menuruti hawa nafsu, dan ambisi popularitas, dan selalu mengikuti ulama salafussholeh. Sifat-sifat gurunya inilah yang diwaris oleh beliau, sehingga mulai dari kecil beliau terkenal sebagai anak yang gemar akan ilmu agama dengan segala macamnya.
Kemudian beliau menjadi kepala madrasah Al-Dzohiriyyah di Damaskus, pada waktu itu pula beliau kenal dengan pejabat bernama Madhat Basya –yang beliau anggap sebagai pejabat yang bisa dipercaya dan punya punya bakat dan semangat untuk membebaskan tanah Syiria dari tirani para penjajah-. Oleh karena itu, beliau bercerita kepadanya tentang penderitaan-penderitaan yang dialami oleh orang-orang Syiria dan mengajaknya untuk membantu menolong mereka. Pejabat dan Syaikh Thohir mempunyai ide untuk membangkitkan semangat belajar dan mengajar, dan mereka berdua bersepakat bahwa perjuangan yang pertama adalah mengentaskan masyarakat dari kebodohan dimulai dengan mewajibkan adanya pengajaran ilmu sejak dini, pengumpulan dana yang diambil dari dermawan-dermawan muslim, dan mengalokasikannya pada tujuan-tujuan yang telah disepakati, dengan demikian hasil jerih payah akan segera dinikmati yaitu kebangkitan dan kemerdekaan.
Metode pembelajaran beliau menggunakan metode praktis yang lebih mudah untuk dipaham, seperti; mengajarkan pelajaran sesuai dengan porsinya, mendahulukan perincian materi sebelum dijelaskan secara global, materi yang panjang lebar dijadikan sebuah ringkasan supaya lebih mudah untuk dihafal dan lain-lain.
Langkah awal Syaikh Thohir Al-Jaza'iry adalah dengan mendirikan perpustakaan di berbagai daerah, diantaranya adalah perpustakaan Daarul Kutub Al-Wathoniyyah Al-Dhohiriyyah –yang sekarang menjadi salah satu aset terbesar yang ada di Damaskus- di dalam perpustakaan-perpustakaan itu telah diisi dengan sisa-sisa buku atau manuskrip-manuskrip yang sebelumnya telah diwakafkan di beberapa universitas atau madrasah, karena dikhawatirkan akan dirusak oleh perang yang sangat mencekam dan kekuasan pemerintah yang sangat kejam pada waktu itu. Beliau juga mendirikan perpustakaan nasional di kota Al-Quds yang dinamakan Al-Maktabah Al-Kholidiyyah, karena beliau ingin membantu Aali Al-Kholidy (keluarga Kholid), yang di dalamnya dipenuhi dengan karya-karya Syaikh Roghib Al-Kholidy, dan juga manuskrip-manuskrip yang lain.
Syaikh Thohir Al-Jaza'iry sering mengajak umat muslim untuk mempelajari dan mendalami agamanya, dan selalu menjaga kemurniannya, kebiasannya yang baik, dan budi pekertinya yang mulia dan juga menghimbau umat agar mempelajari semua ilmu baik ilmu salaf atau ilmu umum apapun bentuknya.
Langkah-langkah dan gagasan beliau dalam mengobarkan semangat kebangkitan umat, beliau wujudkan dengan menjadikan umat sebagai rakyat anti penjajah, membekali umat dengan ilmu dan akhlak, menjaga dan melestarikan warisan ulama salafussholeh.
Masa hidup beliau dihabiskan untuk memberantas kebodohan, memerangi kefanatikan. Beliau juga sering menghimbau para pelajar agar tidak hanya belajar ilmu saja, namun juga belajar kerja, sering sekali beliau berkata: "Belajarlah kalian semua tentang ilmu dan jangan lupa juga belajar bekerja yang dengannya kamu bisa hidup, sehingga kamu tidak menggantungkan hidupmu kepada para pejabat/ penguasa, dan bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan. Sehingga ketika pemerintahan membutuhkanmu maka mengabdilah kepadanya dan bekerjalah kamu disitu dengan ketulusan dan ketetapan hati dengan niat ikhlas, demi umat.
Pada tahun 1919 M pemerintah Arab mengangkatnya sebagai Mudir Aam perpustakaan Daarul Kutub Al-Wathoniyyah Al-Dhohiriyyah dan menjadikannya sebagai salah satu anggota Al-Majma' Al-Ilmy Al-Araby, namun beliau hanya menjabat dalam kurun waktu kurang dari empat bulan, karena beliau terserang penyakit Asma dan akhirnya beliau wafat pada hari Senin, 5 Kanun al-Tsani 1920 M. Dan atas wasiatnya beliau dikebumikan di kaki gunung Qasiyun.
Syaikh Thohir Al-Jaza'iry telah meninggalkan banyak karya tulis yang menunjukkan kedalaman ilmu beliau dan pengetahuannya yang luas. Karya-karya beliau banyak yang telah dicetak, baik pada waktu beliau masih hidup atau sesudah wafat. Diantara karya beliau adalah Taujihun Nadhor Ila Ushuli al-Atsar merupakan karya beliau yang paling monumental dan spektakuler yang didalamnya terkandung pokok-pokok ilmu Ushul fiqh dan Mushtholah Hadits dan al-Jawahir al-Kalamiyyah fi Idhohi al-Aqidah al-Islamiyyah dalam bidang ilmu Tauhid, kitab yang terjemahannya ada di hadapan kita.





MUQADDIMAH


Bismillahirrahmanirrahim
S
egala puji hanya milik Allah SWT. Semoga Allah SWT selalu mencurahkan sholawat serta salam-Nya kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para shahabatnya.

Wa ba'du:
Risalah ini memuat masalah-masalah penting tentang ilmu kalam dengan susunan bahasa yang gampang dipaham. Kami menyusunnya dengan metode tanya jawab. Dan sengaja kami permudah penjelasannya supaya lebih memudahkan bagi para penuntut ilmu.

Muqaddimah Ini Mencakup Tiga Pertanyaan

1. Soal: Apa makna Aqidah Islam?
Jawab: Aqidah Islam adalah segala hal yang telah menjadi keyakinan kaum muslimin dan mereka mengakui kebenarannya.
2. Soal: Apa arti Islam?
Jawab: Islam adalah mengakui dengan lisan dan membenarkan dalam hati bahwa sesungguhnya ajaran-ajaran yang dibawa Nabi Muhammad adalah perkara yang hak dan benar.

3. Soal: Apa rukun-rukun atau dasar-dasar aqidah Islam?
Jawab: Rukun Aqidah Islam ada enam yaitu; Iman kepada Allah SWT, para malaikatnya-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, Hari Akhir, dan takdir-Nya.




PEMBAHASAN PERTAMA
Iman kepada Allah SWT


1. Soal: Bagaimana cara beriman kepada Allah SWT secara global?
Jawab: Caranya dengan meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT mempunyai seluruh sifat-sifat kesempurnaan dengan arti-arti yang patut dan sesuai dengan dzat-Nya dan bersih dari segala sifat-sifat kekurangan.

2. Soal: Bagaimana cara beriman kepada Allah SWT secara detail?
Jawab: Caranya dengan meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT bersifat Wujud (Ada yang tersuci), Qidam (Dahulu tanpa permulaan), Baqa' (Kekal Abadi tanpa perubahan), Mukhalafatun lil Hawadits (berbeda dengan semua perkara baru/makhluk), Qiyamuhu bi Nafsih (Berdiri sendiri tidak butuh penyanding, penyangga, pembantu dll.), Wahdaaniyyah (Ke-Esaan yang tiada batas), Hayat (Hidup tanpa membutuhkan udara, makan, minum, dll), Ilmu (Berpengetahuan yang tersempurna), Qudrah (Berkuasa mutlak), Iradah (Berkehendak tanpa ada yang memaksanya), Sama' (Mendengar tanpa lubang telinga), Bashor (Melihat tanpa bola mata), Kalam (Berbicara dengan seluruh yang Dia ketahui tanpa mulut dan lidah),[ ] Kaunuhu Hayyan (Berkeadaan sebagai Dzat yang Mahahidup), Kaunuhu 'Aliman (Berkeadaan sebagai Dzat yang Mahamengetahui), Kaunuhu Qadiron (Berkeadaan sebagai Dzat yang Mahakuasa), Kaunuhu Muridan (Berkeadaan sebagai Dzat yang Mahaberkehendak), Kaunuhu Sami'an (Berkeadaan sebagai Dzat yang Mahamendengar), Kaunuhu Bashiron (Berkeadaan sebagai Dzat yang Mahamelihat), Kaunuhu Mutakalliman (Berkeadaan sebagai Dzat yang Mahaberbicara).
Sifat-sifat yang dimulai dengan kalimat "Kaunuhu" adalah keadaan-keadaan Allah SWT yang pasti ada karena adanya sifat-sifat ma'ani-Nya (sifat-sifat yang punya esensi tersendiri disamping Dzat-Nya walaupun tidak bisa terpisahkan dari Dzat-Nya yaitu mulai dari sifat qudroh sampai sifat kalam). Adapun sifat wujud sampai sifat wahdaniyyah esensinya hanya terdapat dalam diri Dzat Allah SWT yang suci dari segala kekurangan.[ ]

3. Soal: Bagaimana cara meyakini bahwa Allah SWT bersifat Wujud?
Jawab: Caranya dengan meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT itu Ada, dan bahwa wujud dzatnya Allah itu tanpa perantara apapun. Dan wujudnya Allah itu sebuah keharusan yang tidak mungkin bagi-Nya ketiadaan. Allah SWT berfirman:
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لا إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلاةَ لِذِكْرِي
"Sesungguhnya Aku Ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, Maka sembahlah Aku dan Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku."
(QS. Thoha: 14)

4. Soal: Bagaimana cara meyakini bahwa Allah SWT bersifat Qidam?
Jawab: Caranya dengan meyakini sesungguhnya Allah SWT Maha Dahulu, yakni Allah wujud sebelum terciptanya segala sesuatu, Allah selamanya akan wujud, dan wujud-Nya tidak mempunyai permulaan. Allah SWT berfirman:
هُوَ الأَوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
"Dialah yang Awal (telah ada sebelum segala sesuatu ada) dan yang akhir (tetap ada setelah segala sesuatu musnah) yang Zhahir (nyata adanya) dan yang Bathin (tak dapat digambarkan hikmat zat-Nya oleh akal); dan dia Maha mengetahui segala sesuatu." (QS. Al-Hadid: 3)

5. Soal: Bagaimana cara meyakini bahwa Allah SWT bersifat Baqa'?
Jawab: Caranya dengan meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT Maha Abadi, keabadian-Nya tiada batas, tidak akan pernah sirna, dan Allah tidak mengenal ketiadaan walaupun hanya sekejap. Allah SWT berfirman:
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ . وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإِكْرَامِ
"Semua yang ada di bumi itu akan binasa."
"Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan." (QS. Ar-Rohman: 26-27)
كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
"Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali dzat Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan." (QS. Al-Qoshosh: 88)

6. Soal: Bagaimana cara meyakini bahwa Allah SWT bersifat Mukholafatun lil Hawadits?
Jawab: Caranya dengan meyakini bahwa bagi Allah SWT tidak ada satupun makhluk yang menyerupai-Nya baik dalam bentuk dzat, sifat, maupun pekerjaan-Nya. Allah SWT berfirman:
فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ جَعَلَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الأَنْعَامِ أَزْوَاجًا يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
"(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia dan Dia-lah yang Maha mendengar dan Melihat." (QS. Asy- Syuuro: 11)

7. Soal: Bagaimana cara meyakini bahwa Dzat Allah SWT berbeda dengan makhluk-Nya?
Jawab: Caranya dengan meyakini bahwa sesungguhnya Dzat Allah SWT tidak menyerupai dzat makhluk-Nya dalam segi apapun. Jadi, semua yang kamu lihat ataupun yang terbayang dalam hatimu tentang Allah, maka Allah tidak seperti itu. Allah SWT berfirman:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
"Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia"
(QS. Asy-Syura: 11)

8. Soal: Bagaimana cara meyakini bahwa sifat Allah SWT berbeda dengan sifat makhluk-Nya?
Jawab: Caranya dengan meyakini bahwa sesungguhnya ilmu Allah SWT tidak serupa dengan ilmu kita, begitu juga sifat qudrah, irodah, hayat, sama', bashor, dan kalam Allah tidak mungkin sama dengan sifat kita.

9. Soal: Bagaimana cara meyakini bahwa pekerjaan Allah SWT berbeda dengan makhluk-Nya?
Jawab: Caranya dengan meyakini bahwa sesungguhnya pekerjaan Allah SWT tidak serupa dengan pekerjaan semua perkara yang ada, karena sesungguhnya Allah melakukan sesuatu tanpa membutuhkan mediator dan fasilitas. Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
"Sesungguhnya keadaan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah Berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia." (QS. Yaasiin: 82)
Allah SWT melakukan suatu perkara bukan karena Dia membutuhkannya. Allah tidak menciptakan sesuatu dengan main-main dalam arti tanpa ada faedahnya, karena sesungguhnya Allah SWT adalah Maha bijaksana.

10. Soal: Bagaimana cara meyakini bahwa Allah SWT bersifat Qiyamuhu bi Nafsih?
Jawab: Caranya dengan meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT tidak membutuhkan segala sesuatu. Allah tidak butuh tempat, persemayaman dan juga tidak butuh kepada makhluk sama sekali. Allah adalah Maha Kaya dan semua perkara selain-Nya pasti membutuhkan-Nya. Allah SWT berfirman:
وَعَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا
"Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Tuhan yang hidup kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya)." (QS. Thoohaa: 111)

11. Soal: Bagaimana cara meyakini bahwa Allah SWT bersifat Hayat?
Jawab: Caranya dengan meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT Maha Hidup. Kehidupan Allah tidak seperti kehidupan kita, karena kehidupan kita harus disertai banyak sarana seperti mengalirnya darah dan bernafas, sedangkan kehidupan Allah tanpa melalui, membutuhkan sarana apapun. Sifat hayat Allah bersifat dahulu dan kekal, tak akan pernah musnah dan tak juga mengalami perubahan. Allah SWT berfirman:
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لا يَمُوتُ
"Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati." (QS. Al-Furqon: 58)


12. Soal: Bagaimana cara meyakini bahwa Allah SWT bersifat wahdaniyah?
Jawab: Caranya dengan meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang menyerupai-Nya, menyamai-Nya, tidak punya lawan yang dapat menandingi-Nya, dan tidak pula ada yang menentang-Nya. Allah SWT berfirman:
لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلاَّ اللَّهُ لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ
"Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu Telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan." (QS. Al-Anbiya': 22)

13. Soal: Bagaimana cara meyakini bahwa Allah SWT bersifat Ilmu?
Jawab: Caranya dengan meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui. Sesungguhnya pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu baik bathin (dalam) maupun dhohir (luar)nya. Dia mengetahui jumlah butiran pasir, tetesan hujan dan dedaunan pohon. Dan dia juga mengetahui segala rahasia, tidak ada yang samar bagi-Nya. Sifat ilmu Allah tanpa membutuhkan usaha, bahkan Allah sudah mengetahui segala sesuatu sejak zaman azali, sebelum sesuatu itu wujud. Allah SWT berfirman:
وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَ يَعْلَمُهَا إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلاَ حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأَرْضِ وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri, dan dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" (QS.Al-An'aam: 59)

14. Soal: Bagaimana cara meyakini bahwa Allah SWT bersifat Qudroh?
Jawab: Caranya dengan meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah Maha kuasa, dan dia mampu melakukan segalanya. Allah SWT berfirman:
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعْجِزَهُ مِن شَيْءٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلا فِي الأَرْضِ إِنَّهُ كَانَ عَلِيمًا قَدِيرًا
"Dan apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka, sedangkan orang-orang itu adalah lebih besar kekuatannya dari mereka? dan tiada sesuatupun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Kuasa." (QS. Fathir: 44)

15. Soal: Bagaimana cara meyakini bahwa Allah SWT bersifat Irodah?
Jawab: Caranya dengan meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT Maha Berkehendak. Dia-lah yang berkehendak, semua perkara yang wujud pasti karena kehendak-Nya. Setiap perkara yang dikehendaki oleh-Nya, maka akan terjadi dan setiap perkara yang tidak dikehendaki-Nya maka mustahil adanya.
إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَا أَرَدْنَاهُ أَن نَّقُولَ لَهُ كُن فَيَكُونُ
"Sesungguhnya perkataan kami terhadap sesuatu apabila kami menghendakinya, kami Hanya mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)", Maka jadilah ia." (QS. An-Nahl: 40)

16. Soal: Bagaimana cara meyakini bahwa Allah SWT bersifat Sam'?
Jawab: Caranya dengan meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT Maha Mendengar. Dia mendengar semua perkara baik yang bernada pelan atau keras, namun pendengaran Allah tidaklah sama dengan pendengaran kita, karena pendengaran kita membutuhkan telinga, sedangkan Allah mendengar segala sesuatu tanpa membutuhkan piranti apapun. Allah SWT berfirman:
قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا
"Sesungguhnya Allah Telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. "
(QS. Al-Mujaadilah: 1)

17. Soal: Bagaimana cara meyakini bahwa Allah SWT bersifat Bashor?
Jawab: Caranya dengan meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT Maha Melihat. Dia bisa melihat segala sesuatu hingga semut hitam dalam kegelapan malam bahkan benda yang lebih kecil darinya. Tidaklah samar dari penglihatan-Nya segala apapun yang tampak di permukaan bumi maupun dalam perut bumi, di atas langit maupun di bawahnya. Penglihatan Allah SWT tidak seperti penglihatan kita, karena kita menggunakan perantara mata sedangkan penglihatan Allah tanpa perantara apapun. Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
“Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat.” (QS. Al-Mujaadilah: 1)

18. Soal: Bagaimana cara meyakini bahwa Allah SWT bersifat Kalam?
Jawab: Caranya dengan meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT Maha Berbicara. Kalam Allah itu tidak serupa dengan kalam kita, karena kalam kita itu makhluk (diciptakan) dan keluar melalui mulut, lidah dan kedua bibir, sedangkan kalam Allah SWT tidak seperti itu. Allah SWT berfirman:
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلاَّ وَحْيًا أَوْ مِن وَرَاء حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولاً فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاء إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ
“Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (Malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang dia kehendaki. Sesungguhnya dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.” (QS. Asy-Syuuro: 51)

19. Soal: Jelaskanlah padaku sifat-sifat Mustahil bagi Allah SWT !
Jawab: Sifat-sifat mustahil Allah SWT yakni sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh Allah adalah: Adam (tidak ada), Huduts (baru), Fana'(rusak), Mumatsalatun lil Hawadits (sama dengan semua perkara baru/ makhluk), Ihtiyajuhu li Ghoirih (membutuhkan perkara lain), Wujudus Syarik (mempunyai sekutu), 'Ajzu (lemah), Karohiyyah (terjadinya sesuatu tanpa melalui kehendak Allah Swt), jahl (bodoh), dan semisalnya. Allah mustahil mempunyai sifat di atas karena itu semua merupakan sifat kekurangan. Allah tidak bersifat kecuali dengan sifat kesempurnaan.

20. Soal: Jelaskanlah padaku sifat-sifat jaiz bagi Allah SWT?
Jawab: Sifat jaiz bagi Allah SWT adalah; mengerjakan segala sesuatu yang mungkin dilakukannya atau meninggalkannya. Seperti Allah menjadikan manusia kaya, miskin, sehat, sakit dan lain sebagainya.[ ]

21. Soal: Apa yang dikehendaki dengan Istiwa’ (bersemayam) [ ] dalam firman Allah SWT;
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
Jawab: Yang dikehendaki dengan Istiwa’ adalah bersemayam yang layak bagi keagungan Allah SWT. Kata istiwa' sudah jelas, namun bentuk dan praktek hakikinya tidak diketahui. Bersemayam Allah di atas 'Arsy tentunya tidak seperti bersemayamnya manusia di atas perahu, di atas hewan atau di atas ranjang. Barangsiapa mempunyai anggapan demikian, maka dia termasuk orang yang tertipu dengan kerancuan berfikir, karena dia telah menyamakan Sang Khaliq dengan makhluk-Nya, sementara dalil Aqli maupun naqli sudah menyatakan bahwa Allah tidak mungkin serupa dengan makhluk-Nya sebagaimana Dzat Allah juga tidak serupa dengan dzat selain-Nya, pun begitu semua hal yang dinisbatkan kepada-Nya.

22. Soal: Apakah boleh menyandarkan kepada Allah SWT wajah, dua tangan, mata, atau yang lainnya?
Jawab: Dalam al-Qur'an telah ditemukan penyandaran Wajah kepada Allah SWT[ ] -yang dita’wili oleh mayoritas ulama dengan Dzat/Diri Allah-, dalam surat ar-Rahmaan ayat 27:
وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإِكْرَامِ
Yad (satu tangan) kepada Allah SWT, dalam firman-Nya:
يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ
"Tangan Allah di atas tangan mereka."
(QS. Al-Fath: 10)
Yadani (dua tangan), dalam firman-Nya:
مَا مَنَعَكَ أَن تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ
"Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang Telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku." (QS. Shaad: 75)
A'yun (mata dengan arti penglihatan, bukan bola mata)[ ], dalam firman-Nya:
وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ حِينَ تَقُومُ
"Dan Bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, Maka Sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan kami," (QS. Ath-Thuur:48)
Namun, penyandaran seperti ini hanya khusus terhadap apa yang sudah difirmankan oleh Allah dalam al-Qur'an atau oleh Rasul-Nya (di dalam hadits shohih yang masyhur [ ]).

23. Soal: Apa yang dikehendaki dengan tangan dalam firman Allah SWT di atas?
Jawab: Yang dikehedaki dengan tangan adalah makna yang patut bagi keagungan Allah SWT. Begitu pula yang dikehendaki dengan mata, karena sejatinya semua perkara yang disandarkan kepada Allah tidak sama dengan perkara yang disandarkan pada makhluk-Nya. Barangsiapa yang mempunyai keyakinan bahwa Allah mempunyai tangan seperti tangan atau mata makhluk-Nya maka dia tergolong orang yang dikalahkan oleh kerancuan berfikir, karena dia telah berani menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, sementara tiada apapun yang menyerupai Allah SWT.

24. Soal: Digolongkan kepada madzhab siapa pendapat di atas?
Jawab: Pendapat di atas adalah Madzhab mayoritas ulama salaf. Adapun mayoritas ulama kholaf kebanyakan menafsiri Istiwa' dengan Istila' (menguasai), menafsiri Yad dengan ni'mat/ kekuasaan dan menafsiri 'Ain dengan penjagaan dan pengawasan, karena sebagian besar dari mereka berasumsi andaikan semua itu tidak dita'wilkan dan dilarikan dari makna dhohirnya akan berimbas pada kerancuan. Namun kedua kelompok ini –ulama salaf dan kholaf- sepakat bahwasannya Musyabbih (orang yang menyerupakan Allah SWT dengan makhluk-Nya) itu sesat. Adapun selain mereka (mayoritas ulama kholaf) berpendapat bahwa tasybih itu bisa terjadi jika dalil-dalil aqli dan naqli tidak menunjukkan kesucian Allah SWT (dari pentasybihan). Jadi, menurut pendapat ini, jika ada orang yang mentasybihkan Allah SWT maka itu kesalahannya sendiri.

25. Soal: Bagaimana kita bisa menetapkan sesuatu, akan tetapi kita mengatakan: al-Kaifu fihi Majhul (praktek hakikinya tidak diketahui)?
Jawab: Kenyataan seperti ini seringkali kita alami, kita yakin bahwa dalam diri kita terdapat sifat Ilmu (mengetahui), Qudroh (mampu) dan Irodah (berkehendak), namun kenyataannya kita tidak mengetahui cara melekatnya sifat-sifat tersebut pada diri kita. Kita memang bisa mendengar dan melihat, tapi kita tidak tahu cara dihasilkannya pendengaran dan penglihatan itu. Kita bisa berbicara tapi kita juga tidak tahu bagaimana pembicaraan tersebut bisa keluar dari mulut. Andai kita tahu satu hal saja, niscaya masih banyak hal yang tidak kita ketahui. Perkara yang disandarkan kepada kita saja tidak tahu, apalagi yang disandarkan kepada Dzat Allah SWT !!!.

26. Soal: Madzhab manakah yang paling kuat?
Jawab: Madzhab yang paling kuat adalah madzhab salaf, karena lebih selamat dan lebih bijaksana. Sedangkan madzhab Kholaf bisa digunakan hanya dalam keadaan dharurat, yaitu ketika dikhawatirkan andaikata tidak dita'wil, maka sebagian manusia akan terjerumus dalam lubang kesesatan tasybih. Itupun cara menakwilinya harus dengan bahasa yang masyhur.




PEMBAHASAN KEDUA
Iman Kepada Malaikat


Pembahasan Ini Mencakup Empat Pertanyaan

1. Soal: Siapakah Malaikat itu?
Jawab: Malaikat adalah makhluk mikrokosmos yang terbuat dari cahaya, tidak makan, dan minum. Mereka hamba Allah SWT yang dimuliakan, karena tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

2. Soal: Apakah manusia bisa melihat Malaikat?
Jawab: Manusia selain Nabi tidak bisa melihat Malaikat ketika masih dalam bentuk aslinya, karena Malaikat adalah jisim yang lembut. Seperti halnya Malaikat tidak bisa melihat udara yang terbentang di angkasa karena udara termasuk perkara yang lembut pula. Namun ketika Malaikat berubah wujud menjadi jisim yang kasar seperti manusia, maka Malaikat bisa dilihat.
Para nabi bisa melihat Malaikat walaupun dengan wujud aslinya, karena itu khususiyah (keistimewaan) yang diberikan kepada para nabi agar Malaikat dapat menyampaikan permasalahan agama dan hukum syari'at. Banyak sekali jisim yang tidak bisa kita saksikan dengan mata kepala, namun biasanya dapat dilihat dengan mata hati tanpa ada penghalang.
Sebenarnya di sekitar kita banyak sekali jisim yang tidak bisa diindera, dan andaikan tidak ada mikroskop maka kita akan mengira bahwa jisim tersebut tidak ada. Bukanlah suatu hal yang mengherankan jika sebagian orang bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang lain, karena dalam kekuatan dan kelemahan daya penglihatan manusia terdapat teladan penting bagi mereka yang punya mata hati.

3. Soal: Sebutkan nama-nama sebagian Malaikat dan tugas-tugasnya![ ]
Jawab:
1. Malaikat Jibril AS sebagai penyampai wahyu (QS.Al-Baqoroh: 97).
2. Malaikat Mika'il AS sebagai pembagi air (QS. Al-Baqoroh: 98).
3. Malaikat Isrofil AS sebagai peniup Sangkakala (QS. Az-Zumar: 68).
4. Malaikat Izro'il AS sebagai pencabut nyawa (QS. Al-An'am: 61).
5. Malaikat Roqib AS dan
6. Malaikat 'Atid AS, keduanya sebagai pencatat amal manusia (QS. Qoof: 17, 18; al-Infithor: 10-12).
7. Malaikat Malik AS sebagai kepala para penjaga Neraka (az-Zukhruf: 77)
8. Malaikat Munkar AS dan
9. Malaikat Nakir AS, keduanya sebagai penanya di Alam Kubur (HR. Imam Bukhori dan Imam Tirmidzi).
10. Malaikat Ridlwan AS sebagai kepala para penjaga surga.

4. Soal: Apa tugas para malaikatnya?
Jawab: Diantaranya ada yang ditugaskan sebagai mediator antara Allah SWT, Nabi dan Rasul-Nya seperti Malaikat Jibril AS, menjaga manusia, mencatat semua amal perbuatan baik dan jeleknya, menjaga surga dan ni'matnya, menjaga neraka dan adzabnya, memikul 'Arsy, mengurusi kemaslahatan dan kemanfaatan manusia dan lain-lain sesuai dengan apa yang diperintahkan.

5. Bagaimana pandangan aqidah Islam mengenani Jin dan Syaithan?
Jawab: Jin memang ada, dan dia adalah makhluk rendahan yang tercipta dari api. Allah berfirman:
وَخَلَقَ الْجَانَّ مِن مَّارِجٍ مِّن نَّارٍ
"Dan Dia menciptakan Jin dari nyala api."
(QS. Ar-Rahman: 15)
Jin terbagi menjadi dua, yaitu: Jin Muslim dan Jin kafir. Allah SWT berfirman:
وَأَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُونَ وَمِنَّا الْقَاسِطُونَ فَمَنْ أَسْلَمَ فَأُوْلَئِكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا . وَأَمَّا الْقَاسِطُونَ فَكَانُوا لِجَهَنَّمَ حَطَبًا
"Dan sesungguhnya di antara kami (Bangsa Jin) ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. barangsiapa yang yang taat, Maka mereka itu benar-benar Telah memilih jalan yang lurus."
"Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, Maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahannam."(QS. Al-Jin: 14-15)

Jin tidak mempunyai pengaruh apa-apa kecuali dengan izin Allah SWT. Dan biasanya pengaruh buruknya menimpa orang yang lemah aqidahnya, tapi kalau kita kuat imannya dan beristi'adzah (minta perlindungan) kepada Allah SWT maka keburukan Jin tidak akan berpengaruh karena jenis manusia lebih utama dari pada jenis Jin.

Syaithan adalah makhluk jahat yang melawan hukum Allah SWT baik yang berasal dari bangsa Jin atau manusia. Iblis sebagaimana ma'lum adalah Syaithan yang tertua, musuh bebuyutan Nabi Adam dan keturunannya.
Allah SWT berfirman:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نِبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاء رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ
"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) Jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia) Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan."(QS. Al-An'am: 112)





PEMBAHASAN KETIGA
Iman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT


1. Soal: Bagaimana cara meyakini terhadap kitab-kitab Allah SWT?
Jawab: Caranya dengan menyakini bahwa Allah SWT mempunyai kitab yang diturunkan kepada para nabi-Nya, yang menjelaskan perintah, larangan , janji, dan ancaman-Nya. Kitab Allah adalah kalam Allah yang hakiki dan tidak berbentuk apapun. Allah SWT menurunkan kitab sebagai wahyu. Diantaranya adalah: Taurat, Injil, Zabur, dan al-Qur'an.

6. Soal: Bagaimana keyakinanmu terhadap kitab Taurat?
Jawab: Kami berkeyakinan bahwa Taurat adalah salah satu dari kitab-kitab Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Musa al-Kalim AS. Kitab Taurat menjelaskan hukum-hukum syari'at, aqidah-aqidah yang benar dan diridloi, memberi kabar gembira akan adanya Nabi dari keturunan Isma'il AS yaitu Nabi Muhammad SAW, dan memberikan isyarat bahwa beliau membawa syari'at baru yang menunjukkan jalan menuju surga.

7. Soal: Bagaimanakah keyakinan para ulama terhadap kitab Taurat zaman sekarang yang dipegang oleh kafir Ahli Kitab?
Jawab: Para ulama berkeyakinan bahwasannya kitab tersebut telah mengalami perubahan. Dengan beberapa bukti, diantaranya: Isi kitab tersebut tidak menyebutkan adanya surga, neraka, bangkit dari kubur, dikumpulkan di Padang Makhsyar, dan pembalasan amal, padahal semua itu merupakan hal yang sangat penting untuk disebutkan dalam kitab Tuhan atau kitab Samawi. Termasuk buktinya lagi adalah adanya penjelasan tentang wafatnya Nabi Musa AS yang ditaruh pada bab terakhir, padahal kitab tersebut diturunkan kepada Nabi Musa AS sendiri.

8. Soal: Bagaimana keyakinanmu terhadap kitab Zabur?
Jawab: Kami berkeyakinan bahwa Zabur adalah salah satu dari kitab-kitab Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Dawud AS. Kitab Zabur mengandung do'a-do'a, dzikir, mau'idloh, dan hikmah. Dalam kitab ini tidak dijelaskan hukum-hukum syari'at karena Nabi Dawud AS sendiri diperintahkan untuk mengikuti syari'atnya Nabi Musa AS.


9. Soal: Bagaimana keyakinanmu terhadap kitab Injil?
Jawab: Kami berkeyakinan bahwa Injil merupakan salah satu kitab Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi 'Isa AS untuk menjelaskan hakikat-hakikat, mengajak manusia agar meng-esakan Sang Pencipta, serta menghapus sebagian hukum kitab Taurat karena menyesuaikan tuntutan zaman, dan memberi kabar gembira akan munculnya Nabi yang terakhir (Nabi Muhammad SAW).

10. Soal: Bagaimanakah keyakinan para ulama terhadap kitab Injil yang beredar sekarang ini?
Jawab: Para ulama berkeyakinan bahwasannya kitab Injil yang berlaku sekarang terbagi menjadi empat macam yang dikarang oleh empat orang dan sebagian dari mereka ada yang tidak menjumpai Nabi Isa AS. Yaitu; Injil Matta, Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil Yohannes. Masing-masing injil tersebut kandungan isinya saling bertentangan.
Sebenarnya kaum Nashrani mempunyai banyak kitab Injil selain empat di atas, akan tetapi selang seratus tahun setelah Nabi Isa AS diangkat ke langit mereka bersepakat untuk mengabaikan selain keempat kitab tersebut dengan tujuan untuk mengurangi sekaligus menghindari banyaknya perbedaan antara isi kandung yang ada.

11. Soal: Bagaimana keyakinanmu terhadap al-Qur'an?
Jawab: Kami berkeyakinan bahwa sesungguhnya al-Qur'an adalah kitab paling mulia yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi termulia yaitu Nabi Muhammad SAW[ ]. Al-Qur'an adalah kitab samawi yang paling akhir diturunkan dan menghapus isi kandung kitab-kitab sebelumnya. Eksistensi hukum al-Qur'an berlaku sampai hari kiamat, dalam arti tidak akan mengalami perubahan dan pergantian. Al-Qur'an merupakan bukti teragung atas kenabian Muhammad SAW dikarenakan al-Qur'an sendiri adalah Mu’jizat yang paling agung.

12. Soal: Kenapa al-Qur'an dikatakan Mu’jizat paling agung?
Jawab: Al-Qur'an menjadi Mu’jizat paling agung karena al-Qur'an sebagai bukti rasional yang selalu eksis sepanjang masa, setiap waktu dan selalu relevan dengan nalar pemikiran. Sedangkan Mu’jizat selainnya masa berlakunya habis setelah dibutuhkannya Mu’jizat tersebut, maka tidak akan tersisa apapun kecuali hanya tinggal kabarnya saja.
Sisi keMu’jizatan al-Qur'an terdapat pada tingkat kefasihan dan kesastraan yang mencapai batas diluar kemampuan manusia. Maka dari itu, Nabi Muhammad SAW berani menantang penduduk Arab pribumi pada saat itu, meskipun mereka berpredikat sebagai umat manusia yang paling fasih bahasanya dan jelas kesastraannya, dan meskipun pada waktu itu -masa diutusnya Nabi Muhammad menjadi Rasulullah- mereka telah mencapai tingkat kesastraan dan kefasihan yang dapat membingungkan akal dan meresahkan hati.
Selama 23 tahun Rasulullah SAW menantang orang-orang Arab (yang kafir) dengan al-Qur'an dan memancing semangat mereka untuk itu. Terkadang Nabi Muhammad SAW meminta mereka untuk membuat padanan satu surat yang seperti al-Qur'an walaupun dengan meminta bantuan kepada pakar bahasa yang mereka kehendaki baik dari golongan manusia dan Jin. Dan terkadang beliau sampai mengklaim mereka lemah, tidak bisa dan tidak akan pernah mampu melakukan hal tersebut. Memang sudah menjadi watak mereka yang berjiwa sombong, kesatria dan fanatik kabilah. Akhirnya, setelah merasa tidak mampu menghadapi Nabi Muhammad Saw dengan omongan, orang-orang Arab beralih melawan dengan pedang dan dari melawan dengan bahasa pindah menantang dengan panah.
Dari sini dapat kita tarik kesimpulan bahwa kalau penduduk Arab pada waktu itu saja tidak mampu, maka selain mereka lebih lemah dalam urusan seperti ini.
Sampai saat ini telah terpaut lebih dari 1300 tahun, tapi tidak pernah ditemukan seorangpun dari pakar sastra, kecuali mereka tunduk atau menyerah terhadap keMu’jizatan al-Qur'an.
Dengan demikian, bisa kita pastikan bahwa al-Qur'an bukanlah perkataan manusia akan tetapi firman Sang Pencipta kekuatan dan kekuasaan (Allah SWT). Allah SWT menurunkan al-Qur'an untuk menguatkan keRasulan Nabi Muhammad SAW dan meyakinkan kebenaran ucapan beliau. Relita di atas sudah cukup sebagai bukti keMu’jizatan al-Qur'an.
Disamping realita tersebut ada beberapa bukti lain yang mendukungnya, antara lain;
1. Al-Qur'an mengkabarkan perkara ghaib yang akan benar-benar nyata sesuai dengan apa yang dikabarkannya.
2. Al-Qur'an tidak membuat jenuh pendengaran apabila diulang-ulang.
3. Al-Qur'an menghimpun ilmu-ilmu yang belum pernah diketahui oleh orang Arab maupun Ajam (non-Arab).
Al-Qur'an mengkisahkan peristiwa lampau dan kejadian-kejadian umat terdahulu, padahal latar belakang penerima al-Qur'an berpredikat ummi (tidak bisa baca dan tulis). Jadi, predikat ummi merupakan bukti kuat al-Qur'an dikatakan wahyu dan agar keMu’jizatan al-Qur'an menjadi sebuah keniscayaan untuk diterima.




PEMBAHASAN KEEMPAT
Iman Kepada Nabi dan Rasul


1. Soal: Bagaimana keyakinanmu terhadap Rasul-Rasul Allah SWT?
Jawab: Kami berkeyakinan bahwa Allah SWT mempunyai beberapa Rasul yang diutus sebagai rahmat dan anugerah, yang memberi kabar gembira bagi orang yang melakukan kebaikan dengan pahala, memperingatkan orang yang menerjang kejelekan dengan siksaan, menjelaskan kepada masyarakat apa saja yang mereka butuhkan untuk kebaikan dunia dan akhirat, memberi faedah tentang apapun yang dapat mengantarkan pada derajat yang tinggi.
Allah mengukuhkan para rasul-Nya dengan bukti-bukti yang jelas dan Mu’jizat yang terang. Rasul pertama kali adalah Nabi Adam AS dan Rasul yang terakhir adalah Nabi kita Muhammad SAW.

2. Soal: Siapakah Nabi? dan siapakah Rasul?
Jawab: Nabi adalah manusia yang diberi wahyu berupa syari'at dan tidak diperintahkan untuk menyampaikan, kalau Nabi tersebut diperintahkan untuk menyampaikannya maka dinamakan Rasul. Setiap Rasul pasti Nabi dan tidak setiap Nabi disebut Rasul.

3. Soal: Apa makna dari wahyu atau kenabian?
Jawab: Wahyu atau kenabian adalah pemberitahuan Allah SWT kepada para nabi-Nya atas apa saja yang dikehendaki oleh Allah SWT berupa sebuah kitab, hukum-hukum atau mawa'idz (nasehat-nasehat), baik dengan cara mengutus utusan (Malaikat Jibril AS), melalui mimpi atau sebuah ilham yang diletakkan oleh Malaikat Jibril AS ke dalam hati para nabi, atau tanpa melalui sebuah media apapun seperti yang pernah dialami oleh Nabi kita Muhammad SAW pada saat peristiwa Mi'roj berupa wahyu kewajiban melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari semalam.

4. Soal: Ada berapa jumlah para nabi?
Jawab: Jumlah mereka tidak diketahui secara pasti. Namun nama mereka yang disebutkan dalam al-Qur'an ada 25 yaitu; Nabi Adam, Idris, Nuh, Hud, Sholeh, Ibrahim, Luth, Isma'il, Ishaq, Ya'qub, Yusuf, Ayyub, Syu'aib, Musa, Harun, Dzul Kifli, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa', Yunus, Zakaria, Yahya, 'Isa, dan Nabi Muhammad alaihimussholatu wassalam. Disamping Nabi mereka juga disebut dengan Rasul.


5. Soal: Apa yang dinamakan Mu’jizat?
Jawab: Mu’jizat adalah keistimewaan luar biasa yang hanya bisa dimiliki oleh mereka yang mengaku sebagai Nabi yang menjadi bukti atas kebenaran pengakuan mereka serta dapat melemahkan orang-orang yang ingkar untuk mendatangkan perkara yang semisal Mu’jizat tersebut.

6. Soal: Apa hikmah dibalik munculnya Mu’jizat para nabi?
Jawab: Hikmahnya adalah sebagai bukti atas kebenaran pengakuan mereka, karena semua pengakuan yang tidak disertai dengan sebuah bukti maka tidak akan didengar khalayak umum dan sebagai pembeda antara para nabi dan pembohong yang hanya ngaku-ngaku sebagai Nabi. Hikmah di atas menggantikan perkataan Allah SWT: "Telah benar hambaku dengan apa yang diakuinya (kenabian)".

7. Soal: Bagaimana bentuk penalaran Mu’jizat atas kebenaran para nabi? dan kenapa Mu’jizat itu menggantikan perkataan Allah SWT: "Telah benar hamba-Ku"?
Jawab: Bentuk penalarannya bisa tergambar jelas dalam sebuah perumpaan -dan hanya Allah SWT yang mempunyai perumpamaan yang tinggi- yaitu; ketika ada seseorang berdiri dalam sebuah majlis besar yang dihadiri oleh raja agung dan bijaksana seraya berkata: Wahai para manusia! sesungguhnya aku adalah utusan baginda raja dan orang kepercayaannya. Raja mengutusku untuk menyampaikan kepada kalian titah-titahnya, beliau juga mengetahui, mendengar dan menyaksikan apa yang akan aku katakan. Sebagai bukti kebenaran ucapanku, aku akan meminta kepada raja untuk melakukan sesuatu yang tidak biasa dilakukannya. Kemudian dia menghadap di depan raja seraya berkata: kalau memang pengakuan saya tuan benarkan, maka dengan penuh hormat kami memohon kepada tuan untuk mengerjakan apa yang tidak biasa tuan kerjakan, yaitu dengan berdiri tiga kali berturut-turut. Kemudian sang raja melakukannya.
Dengan demikian, rasa percaya, yakin dan mantap akan pernyataan tersebut menjadi sebuah keharusan bagi para jama'ah yang hadir. Tingkah laku sang raja yang tidak wajar sudah cukup menggantikan ucapannya yang berupa: "Telah benar apa yang dikatakan orang itu". Jadi tidak akan ada seorang pun yang ragu bahwa orang tersebut benar-benar utusan sang raja.
Begitu juga para nabi Alaihimussalam, mereka telah mengaku sebagai utusan Allah SWT kepada manusia. Allah SWT mengetahui, mendengar, dan melihat pengakuan mereka. Ketika mereka meminta kepada Allah SWT untuk memperlihatkan Mu’jizat-Mu’jizat-Nya yang tidak bisa ditandingi orang lain, maka Allah SWT menolong mereka dengan memberikan Mu’jizat itu. Dan Mu’jizat adalah sebuah bukti pengakuan dari Allah SWT yang berupa pekerjaan yang membenarkan mereka (para nabi). Jelas sekali, dengan pengakuan seperti itu tentu derajat dan kualitasnya sama dengan pengakuan yang berupa ucapan bahkan lebih utama.
Secara otomatis hal tersebut menjadikan pengakuan para nabi adalah suatu kebenaran yang absolut, memandang persaksian sebuah kebenaran dari Allah SWT Dzat yang Maha bijaksana, Maha mengetahui, dan Maha berkuasa kepada seorang pembohong adalah sesuatu yang tidak mungkin dan mustahil, apalagi setelah melihat profil-profil mereka (para nabi) yang tak pernah ada cap hitamnya dan memiliki sifat, akhlaq serta budi pekerti yang sangat baik nan sempurna.

8. Soal: Apa perbedaan antara Mu’jizat dan Sihir?
Jawab: Sihir adalah perkara luar biasa yang sangat mungkin untuk ditandingi karena Sihir terbangun atas beberapa sebab/usaha, bagi siapa saja yang mengetahui sebab-sebab tersebut pasti akan dapat melakukan hal yang sama. Pada hakikatnya Sihir bukanlah sesuatu yang luar biasa dan keanehannya semata-mata disebabkan ketidaktahuan sebab-sebab/ faktor-faktor yang melatarbelakanginya.
Adapun Mu’jizat adalah keistimewaan luar biasa yang hakiki dan mustahil untuk ditandingi. Tidak mungkin seorang penyihir bisa melakukan apa yang pernah dilakukan para nabi seperti menghidupkan orang yang telah mati dan merubah tongkat menjadi seekor ular.
Oleh karena itu, para penyihir sewaan Raja Fir'aun iman kepada Nabi Musa AS tatkala tongkat beliau benar-benar menjadi ular kemudian menelan semua tongkat dan tali mereka, karena mereka mengetahui bahwa apa yang dilakukan Nabi Musa AS tidak mungkin timbul dari Sihir. Sihir sumbernya dari hawa nafsu yang mengajak kejelekan dan mengakibatkan kerusakan, sedangkan Mu’jizat sumbernya dari jiwa yang bersih dan mendatangkan kebaikan dan petunjuk.

9. Soal: Apa perbedaan antara Mu’jizat dan karomah?
Jawab: Karomah adalah sesuatu yang luar biasa yang tampak dari para wali Allah SWT, dan munculnya karomah tidak disertai dengan pengakuan kenabian. Berbeda dengan Mu’jizat yang munculnya bersamaan dengan pengakuan kenabian.
Wali adalah orang yang telah ma'rifat kepada Allah SWT dan sifat-sifat-Nya sesuai dengan kadar keraJinan dan kedisiplinan tingkat ketaatannya, menjauhi maksiat dan sifat jelek, berpaling dari berlarut-larut/ berasyik-asyik dalam kelezatan dan syahwat. Timbulnya karomah tersebut adalah bentuk pemuliaan terhadap para wali yang diberikan Allah SWT dan sebagai isyarat telah diterimanya amal dan ibadahnya.
Tingkatan karomah seperti halnya Mu’jizat bagi Nabi/Rasul yang mana seorang wali termasuk umatnya, karena seseorang tidak akan bisa menjadi seorang wali kecuali dengan mengakui Rasul pada masanya dan benar-benar tunduk pada semua perintahnya.
Andaikan ada wali mengaku berdiri sendiri dan tidak mengikuti seorang Rasul maka karomah tidak mungkin bisa terlihat, dalam arti dia tidak akan menyandang predikat sebagai wali Allah SWT bahkan menjadi musuh-Nya dan menjadi wali syaitan. Seperti yang telah difirmankan Allah SWT ketika mengkhithobi Nabi kita Muhammad SAW perihal kaum yang mengaku bahwa mereka adalah makhluk yang dicintai Allah:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imron: 31)

10. Soal: Apa sifat wajib bagi para Nabi AS?
Jawab: Sifat wajib para nabi ada empat yaitu; Shiddiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah.
1. Makna Shiddiq adalah informasi yang mereka sampaikan selalu sesuai dengan kenyataan, sehingga tidak mungkin keluar dari mereka kebohongan, sesuai firman Allah SWT:
وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ
"Dan benarlah Rasul- Rasul (Nya)."
(QS. Yaasiin: 52)
2. Makna Amanah adalah dhohir dan bathin mereka selalu dijaga dari keberadaan didalam apapun yang tidak diridloi Allah SWT yang telah memilih mereka untuk umat. Allah SWT berfirman:
إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ
"Sesungguhnya Aku adalah utusan (Allah) yang dipercaya kepadamu." (QS. Ad-Dukhon: 18)
3. Makna Tabligh adalah mereka selalu menjelaskan kepada manusia semua perkara yang telah diperintahkan Allah SWT untuk menjelaskan-nya dengan baik, oleh karenanya mereka tidak akan pernah menyembunyikan perintah Allah. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ
"Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya." (QS. Al-Maa-idah: 67)
4. Makna Fathonah adalah para nabi merupakan makhluk yang paling sempurna kecerdasan dan pemahamannya. Allah berfirman:
وَتِلْكَ حُجَّتُنَا آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَى قَوْمِهِ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَّن نَّشَاء إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ
"Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-An'am: 83)

11. Soal: Apa sifat mustahil bagi para nabi As?
Jawab: Sifat mustahil bagi para nabi ada empat yaitu; al-Kidzbu (berbohong), al-'Ishyan (durhaka), al-Kitman (menyembunyikan wahyu), dan al-Baladah (bodoh).
Begitu juga mustahil bagi para nabi mempunyai sifat yang menurut manusia termasuk aib, walaupun tidak berdosa ketika dilakukan seperti pekerjaan rendahan, jelek nasabnya, atau sifat tersebut berlawanan dengan hikmah diutusnya para nabi seperti tuli dan bisu.

12. Soal: Apabila kemaksiatan itu mustahil dilakukan para nabi, maka bagaimana perihal Nabi Adam AS makan buah terlarang?
Jawab: Sesungguhnya Nabi Adam AS makan buah tersebut dalam keadaan lupa sesuai firman Allah SWT:
وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَى آدَمَ مِن قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا
"Dan Sesungguhnya Telah kami perintahkan kepada Adam dahulu, Maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak kami dapati padanya kemauan yang kuat." (QS. Thoohaa: 115)
Sedangkan orang yang dalam keadaan lupa tidak dihukumi bermaksiat dan juga tidak mendapat siksa. Adapun penisbatan maksiat dalam firman Allah SWT:
وَعَصَى آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَى ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَى
"Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya Maka dia taubatnya dan memberinya petunjuk." (QS. Thoohaa: 121-122)
Itu memandang apa yang dilakukan Nabi Adam AS –tidak mematuhi perintah Allah- adalah konsekuensi sifat lupa yang ditimbulkan dari tidak adanya penjagaan yang sempurna (dari melakukan kesalahan) oleh Allah SWT, sedangkan melawan perintah yang disebabkan oleh lupa tidaklah dikatakan maksiat. Dan dikatakan maksiat bagi Nabi Adam AS, karena memandang derajat beliau yang sangat mulia dan agung (di sisi Allah SWT), sementara sebuah kesalahan yang kecil akan dianggap besar apabila yang melakukan adalah orang yang mulia.
Sedangkan hukuman Allah SWT kepada Nabi Adam AS berupa diturunkan ke bumi ini, pengakuan beliau atas dosa, dan terus-menerus beristighfar adalah semata-mata untuk mengangkat beliau ke derajat yang lebih tinggi dan untuk menambah pahala.
Keterangan di atas juga sebagai jawaban atas tuduhan yang dialamatkan kepada para nabi dari melakukan dosa dan maksiat. Semua itu termasuk dosa karena memandang tingginya derajat para nabi dan dikatakan maksiat karena memandang kesempurnaan kataatan mereka. Dosa dan maksiat para nabi tidak sebagaimana halnya dosa dan maksiat yang dilakukan oleh selain para nabi, karena yang dilakukan oleh para nabi disebabkan adanya tanda-tanda, dengan jalan lupa, atau tidak adanya kesengajaan.
Pengakuan mereka atas dosa dan meminta ampunan maka itu hanya untuk menambah ma'rifat pada Allah SWT, kewira'ian dan ketaqwaan, dan untuk menambah pundi-pundi pahala, taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dan meningkatkan tingginya derajat dan pangkat mereka.

13. Soal: Apa sifat ja'iz bagi para nabi?
Jawab: Sifat ja'iz para nabi adalah diperbolehkannya mereka terkena semua perkara yang menimpa manusia pada umumnya yang tidak sampai menurunkan derajat mereka seperti makan, minum, lapar, haus, terkena panas, dingin, payah, istirahat, sakit, sehat, berdagang, dan melakukan pekerjaan yang tidak merendahkan derajat. Karena mereka semua juga manusia dan sudah sewajarnya mereka melakukan pekerjaan yang dilakukan umumnya manusia, sekira tidak sampai mengakibatkan merosotnya derajat. Allah SWT berfirman:
وَما أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلاَّ إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الأَسْوَاقِ
"Dan kami tidak mengutus Rasul-Rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar." (QS. Al-Furqon: 20)
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلاً مِّن قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ أَزْوَاجًا وَذُرِّيَّةً
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan." (QS. Ar-Ro'd: 38)

14. Soal: Apa hikmahnya para nabi terkena penyakit dan tertimpa musibah?
Jawab: Para nabi bisa saja terkena penyakit dan tertimpa musibah walaupun mereka makhluk yang paling baik, sempurna, dan terbebas dari aib. Hikmahnya adalah untuk menperbanyak pahala, memperlihatkan keteguhan dan kesabaran dalam bertaat kepada Allah SWT, sebagai tauladan bagi umat manusia ketika mereka mendapat cobaan atau merasa putus asa, memberi pelajaran kepada manusia bahwa dunia adalah tempat cobaan dan ujian bukan tempat kemuliaan dan kebaikan, supaya manusia tidak mengkultus-kan para nabi sebagai tuhan ketika melihat Mu’jizat muncul dari tangan mereka, sekaligus agar meyakini bahwa semua itu adalah kehendak Allah SWT dan ciptaan-Nya.
Walaupun para nabi mempunyai derajat agung dan mempunyai urusan yang besar, namun mereka juga hamba-hamba Allah SWT yang lemah tidak bisa mendatangkan kemanfaatan dan menolak mara bahaya. Allah berfirman:
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ (83) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِن ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ
"Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua penyayang."
"Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah." (QS. Al-Anbiya': 83-84)

15. Soal: Bagaimana kesimpulan dari perkara yang wajib kita yakini terhadap para nabi alaihimussalam?
Jawab: Kita meyakini bahwa para nabi mempunyai sifat baik, mereka bebas dhohir, bathin, pekerjaan, dan ucapannya dari semua perkara buruk, mereka bisa saja mempunyai sifat atau pekerjaan manusiawi yang tidak sampai menggeser derajat mereka yang luhur. Allah SWT telah memilih mereka atas semua alam kemudian mengutusnya supaya alam ini mengerti akan perintah dan hukum-Nya. Mereka tidak akan berbeda/ berselisih dalam urusan agama (tauhid) yang merupakan pokok ajaran, karena ini berkenaan dengan sebuah keyakinan yang sama sekali tidak mungkin ada perpecahan dan pergeseran.
Para nabi mungkin saja berbeda dalam masalah hukum-hukum syari'at, karena memang hal itu berhubungan dengan amal ibadah yang mempunyai konsekuensi logis adanya hikmah dalam pebedaan amal disebabkan perbedaan umat baik dalam ruang, waktu, kondisi, atau karakternya.

16. Soal: Ada berapa sifat yang membedakan Nabi kita Muhammad SAW dengan Nabi yang lain?
Jawab: Sifat yang membedakannya ada tiga yaitu:
1. Beliau adalah Nabi yang paling mulia.
2. Beliau diutus untuk semua makhluk.
3. Beliau adalah Nabi terakhir, maka tidak akan pernah datang setelahnya Nabi yang lain.

17. Soal: Kenapa Nabi Muhammad SAW menjadi penutup para nabi?
Jawab: Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi karena hikmah dan tujuan diutusnya para nabi kepada umat manusia adalah: mengajak makhluk untuk menyembah Allah SWT, menujukkan mereka ke jalan yang benar/lurus dalam urusan dunia dan akhirat, memproklamirkan perkara ghaib dan semua hal yang tak bisa dijangkau oleh akal pikiran manusia, menetapkan dalil-dalil qhoth'i dan menghilangkan kerancuan-kerancuan yang bathil, sedangkan syari'at Nabi Muhammad SAW telah mencakup dan menjelaskan kesemuanya itu dengan sangat sempurna sehingga eksistensinya selalu relevan dengan kondisi umat dalam berbagai masa, tempat dan keadaan. Dengan demikian manusia tidak butuh lagi seorang Nabi sepeninggal Nabi Muhammad SAW, karena sesungguhnya kesempurnaan telah purna. Dari sini kita tahu rahasia diutusnya beliau untuk semua makhluk dan Beliau adalah makhluk yang paling sempurna baik postur tubuh ataupun akhlaknya.

18. Soal: Bagaimana mungkin Nabi Muhammad SAW disebut pamungkas para nabi, padahal Nabi Isa AS nanti akan turun di akhir zaman?
Jawab: Sesungguhnya Nabi Isa AS akan turun di akhir zaman, akan tetapi beliau menjalankan hukum dengan menggunakan syari'at Nabi Muhammad SAW tidak menggunakan syar'iatnya sendiri, karena syari'at beliau telah mansukh (diganti) karena telah lewat masa berlakunya sesuai dengan hikmah di atas. Maka dari itu, Beliau menjadi khalifah Nabi Muhammad SAW sekaligus pengganti dalam mengaplikasikan syari'atnya untuk umat ini. Dan hal ini juga menjadi bukti penguat Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi.

19. Soal: Sebutkan Mu’jizat Nabi Muhammad SAW!
Jawab: Mu'jiizat Nabi Muhammad SAW sangat banyak diantaranya;
1. Al-Qur'an, al-Qur'an adalah bukti teragung, terbesar dan terindah. Penjelasan tentang keMu’jizatannya telah lewat. Al-Qur'an adalah bukti yang tetap dan langgeng karena penerimanya adalah Nabi terakhir.
2. Keluarnya air dari jari-jari Nabi SAW disaat bepergian, ketika para shahabat yang mulia merasa kehausan dan hanya ada air yang tidak mencukupi kemudian Rasulullah SAW meletakkan tangannya ke dalam air tersebut, akhirnya air tersebut menjadi banyak sehingga para shahabat dapat memenuhi kebutuhannya. Kejadian seperti ini sering terjadi.
3. Melipat gandakan makanan yang sedikit sehingga mencukupi untuk orang banyak. Ini juga sering terjadi. Dan Mu’jizat- Mu’jizat lain yang dijelaskan dalam kitab-kitab Dalaailun Nubuwwah (kitab-kitab yang menjelaskan bukti-bukti kenabian).

20. Soal: Bagaimana sejarah perjalanan Rasulullah SAW?
Jawab: Konsensus ulama mengatakan bahwa sejarah perjalanan beliau adalah sejarah yang fenomenal dan spektakuler, hal ini juga juga diakui oleh orang-orang kafir. Bagaimana tidak!! Sejarah tersebut laksana matahari saat seperempat siang.
Para pakar sejarah menyebutkan bahwa Rasulullah SAW adalah individu paling mulia nasabnya, paling tinggi keturunannya, bersilaturrahim, menolong orang yang membutuhkan, siap menderita demi orang lain, tidak ambil pusing dan sabar, pemaaf, toleran, berbelas kasih, menolong, tidak pernah marah kecuali karena ada hak Allah SWT dan haq makhluk, lebih banyak diam karena sedang bertafakkur tentang rahasia alam malakut, ketika bicara pasti dengan jawami'ul kalim (yaitu memakai kalimat sedikit yang mencakup makna banyak) dari samudera hikmah, orang yang paling fasih penjelasannya, terkadang bercanda tapi dalam candanya selalu berkata haq, orang yang dapat dipercaya karena dijaga Allah SWT dalam setiap waktu, pemberani ketika dihalang seorang algojo, teguh pendirian dalam setiap kondisi, sangat tawadlu', kendati demikian beliau tetap sahaja yang tiada padanannya sampai-sampai tiada seorangpun dari shahabatnya yang berani berlama-lama memandang beliau. Para shahabat ketika di majlis Rasulullah SAW beradab sangat tinggi, seakan di atas kepala mereka ada seekor burung yang membebaninya, mereka tidak saling menyela percakapan dan tidak pula membahas kejelekan-kejelekan.
Orang-orang musyrik menjuluki Rasulullah SAW mulai masa kanak-kanaknya dengan julukan Al-Amin (orang yang dipercaya). Setelah beliau menjadi Nabi, kendati mereka sangat memusuhinya dan bersemangat untuk mencelanya tapi mereka tidak mempunyai kesempatan dan celah untuk itu.
Rasulullah SAW mengajari manusia hikmah dan hukum, mengajak mereka masuk surga. Sempurna sudah orang yang mengikuti beliau keutamaan ilmu dan amalnya. Dan barangsiapa tidak mengikutinya, maka pasti akan mengganggu dan membuntuti-nya. Allah SWT sudah memenangkan agama Rasulullah SAW –Agama Islam- atas agama selainnya, dan mengabadikan Rasulullah SAW sebagai sosok yang memiliki citra baik dan sempurna yang diakui oleh pendukung maupun musuhnya. Bagi siapapun yang telah menelaah kitab-kitab siroh (buku-buku sejarah) yang memuat akhlak-akhlak Rasulullah SAW yang begitu tinggi dan mulia, niscaya mereka yakin bahwa Rasulullah SAW adalah pribadi yang paling mulia sifat-sifatnya secara dhohir bathin.

21. Soal: Sebutkanlah nasab Rasulullah SAW![ ]
Jawab: Rasulullah SAW yang berkebangsaan Arab bernama Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththolib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushaiy bin Kilab/ Hakim bin Murroh bin Ka’ab bin Lu’aiy bin Ghalib bin Fihir bin Malik bin an-Nadlr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudlor bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan, keturunan Nabi Isma’il AS.
Ibu Nabi Muhammad SAW adalah Aminah binti Wahb bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab/ Hakim bin Murroh bin Ka’ab bin Lu’aiy bin Ghalib bin Fihir bin Malik bin an-Nadlr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudlor bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan.

22. Soal: Ada berapa putra-putri dan istri-istri Nabi SAW?
Jawab: Putra-putri Nabi Muhammad SAW ada tujuh; tiga diantaranya putra, yaitu al-Qasim, Abdullah yang bergelar at-Thayyib dan at-Thahir, dan yang ketiga adalah Ibrahim. Semua putera Beliau tersebut wafat dalam usia yang masih kecil. Empat lainnya adalah perempuan, yaitu; Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fathimah az-Zahro’, putri Beliau yang paling kecil dan paling mulia. Ia hidup sampai enam bulan sesudah Nabi wafat.
Ibu semua putra-putri Beliau selain Ibrahim adalah Khadijah al-Kubro binti Khuwailid. Ia pemuka istri-istri Beliau, wanita yang pertama kali menyatakan Islam dan istri Beliau yang pertama.
Adapun istri-istri Beliau yang lain adalah Aisyah putri Abu Bakar, Saudah putri Zam’ah, Hafshah putri Umar bin Khattab, Zainab putri Khuzaimah, Ummi Salamah Hindun putri Abi Umayyah, Zainab putri Jahsyi, Juwairiyyah putri Abu Sufyan, Shafiyyah putri Huyaiy dan Maimunah putri al-Harits al-Hilaliyyah. Istri-istri Beliau sebelas orang. Istri Beliau yang meninggal ketika beliau masih hidup adalah Khadijah dan Zainab putri Khuzaimah, sedangkan sembilan yang lain meninggal sesudah Beliau wafat.

23. Soal: Jelaskan..!, ada berapa paman dan bibi Rasulullah SAW beserta nama-namanya?
Jawab: Paman Rasulullah SAW berjumlah 12 yaitu; Hamzah, Abbas. Keduanya ini masuk Islam dan ikut berjihad bersama Nabi SAW, Abu Thalib yang membela dan melindungi da'wah Nabi Muhammad di Makkah, Al-Harits, Az-Zubair, Jahl, Abdul Ka'bah, Qutsam kelima terakhir ini wafat sebelum datangnya Islam, Dliror, Al-Ghoidaq, Muqowwim, Abu Lahab yang menolak da'wah Rasulullah SAW tapi juga pernah memerdekakan budaknya bernama Tsuwaibah al-Aslamiyyah ketika memberi kabar gembira kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan bibi Rasulullah SAW ada 6 yaitu: Shofiyyah ibu kandung Zubair bin Awwam, Arwa, Atikah, ketiganya ini masuk Islam, Ummu Hakim, Barroh, dan Umaimah ketiganya ini tidak ditakdirkan masuk Islam.





PEMBAHASAN KELIMA
Iman Kepada Hari Akhir


1. Soal: Apa yang dinamakan Hari Akhir? Dan apa arti iman kepadanya?
Jawab: Hari Akhir adalah hari yang sangat mencekam, bisa membuat anak kecil beruban, pada hari itu manusia bangkit dari kuburnya, mereka digiring ke satu tempat untuk dihisab, kemudian masing-masing masuk ke surga atau neraka.
Adapun iman kepada Hari Akhir adalah meyakini bahwa Hari Akhir pasti datang dan terbuktilah apa yang dijelaskan al-Qur'an dan Hadits tentangnya. Allah SWT berfirman:
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
"Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran." (QS. Al-Qomar: 49)

2. Soal: Bagaimana keyakinanmu tentang Hari Akhir, dan apa-apa yang berhubungan dengannya?
Jawab: Pertama, kami meyakini adanya pertanyaan di Alam Kubur, ni'mat dan siksaannya, dikumpulkannya manusia dipadang mahsar, manusia dikembalikan seperti wujud semula, adanya hisab, timbangan, penyerahan kitab catatan amal perbuatan ada yang diterima dengan tangan kanan dan ada yang dengan tangan kiri, melewati shirotul mustaqim, orang mukmin masuk surga rumah keni'matan dan orang kafir masuk neraka jahannam rumah penuh siksaan yang amat pedih.

3. Soal: Bagaimana keyakinanamu tentang pertanyaan di alam kubur dan keni'matan serta siksaannya?
Jawab: Kami meyakini bahwa ketika seorang mayyit diletakkan di kuburan maka ruhnya -sekira bisa memahami pertanyaan dan menjawabnya- dikembalikan ke jasadnya kemudian datanglah dua Malaikat yang menanyai siapa tuhannya, siapa Nabinya, apa agamanya, dan menanyakan kewajiban-kewajiban yang wajib dia kerjakan di dunia.
Jika mayyit tersebut orang yang beriman dan ber'amal sholeh maka atas pertolongan Allah dia bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas dengan mudah, tanpa ada rasa takut dan gemetar. Lalu Allah menghilangkan tabir dari kedua matanya dan membuka-kan pintu-pintu surga baginya sehingga dia mendapatkan ni'mat yang besar, kemudian dikatakan kepadanya: "Ini adalah balasan bagi orang-orang yang mengikuti jalan lurus ketika hidup di dunia".
Dan jika mayyit tersebut kafir atau munafik maka dia akan kebingungan dan tidak bisa menjawab, kemudian kedua Malaikat itu menyiksanya dengan siksaan yang pedih dan dibukakan tabir dari kedua matanya serta dibukakan pintu-pintu Jahannam dan ia mendapat siksaan yang bertubi-tubi, kemudian kedua Malaikat tersebut berkata: "Ini adalah balasan bagi orang-orang yang kufur terhadap Tuhannya dan memuaskan hawa nafsunya". Hal ini telah diisyaratkan oleh Allah SWT dalam al-Qur'an al- Karim surat al-Jatsiyah ayat 21 dan surat Ghofir ayat 46, dijelaskan dalam kitab Bukhori-Muslim dan kitab-kitab hadits lainnya begitu juga Alam Barzakh ditegaskan dalam al-Qur'an surat al-Mu'minun ayat 100 dan dalam hadits-hadits ditegaskan pula bahwa orang mati bisa mendengar salam dan bacaan orang yang berziarah, mendo'akan anak dan keluarganya yang masih hidup.

4. Soal: Ketika seseorang mati dimakan binatang buas atau tenggelam di dasar laut, lalu jasadnya dimakan ikan-ikan, apakah dia tetap ditanya, disiksa, atau diberi keni'matan?
Jawab: Benar, setiap orang yang mati akan ditanya oleh Malaikat, lalu ia disiksa atau diberi ni'mat. Tidak ada perbedaan antara jasad orang yang dikubur dan jasad orang yang berada dalam perut binatang atau berada di dasar laut sekalipun. Allah Maha Kuasa dan Maha Mengetahui atas segala sesuatu.

5. Soal: Jika benar ruh mayyit dikembalikan pada jasadnya kemudian ia ditanya dan setelah itu ia bisa disiksa ataupun diberi ni'mat, tapi kenapa tak ada seorangpun manusia yang menyaksikan-nya?
Jawab: Allah SWT menutup mata mereka dari semua peristiwa itu sebagai cobaan kepada mereka dan supaya jelas diantara mereka siapa yang beriman kepada perkara ghaib dan siapa yang mengingkarinya. Seandainya semua orang menyaksikan peristiwa tersebut, maka mereka semua akan beriman dan tak ada perbedaan diantara mereka serta tidak bisa dibedakan mana perkara yang hina dan mana yang mulia.

6. Soal: Apakah dalam permasalahan ini ada perumpamaan yang lebih memahamkan dan lebih dekat di hati?
Jawab: Ya ada, perumpamaannya adalah seperti orang yang tidur tatkala ia bermimpi ia melihat sesuatu yang menyenangkan dan menggembirakannya, atau sebaliknya ia menyaksikan sesuatu yang menyusahkan dan menyakitkannya. Dan apakah seseorang yang duduk disampingnya ikut menyaksikannya??? Dia sama sekali tidak mengetahui dan merasakan apapun yang dirasakan orang yang tidur. Begitu pula mayyit yang ada dalam kuburnya, dia ditanya dan menjawab, diberi ni'mat ataupun di siksa dan tak ada seorangpun makhluk hidup di dunia ini yang mengetahuinya.

7. Soal: Bagaimana cara meyakini adanya penggiringan jasad ke padang Mahsyar dan dihidupkannya setiap makhluk seperti sedia kala?
Jawab: Caranya dengan menyakini dan mempercayai bahwa manusia setelah mereka mati, akan dihidupkan kembali oleh Allah dalam keadaan yang berbeda, mereka semua bangkit dari kuburnya dan diarak menuju satu tempat yang bernama mauqif (padang Mahsyar). Allah SWT berfirman:
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ وَلاَ طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلاَّ أُمَمٌ أَمْثَالُكُم مَّا فَرَّطْنَا فِي الكِتَابِ مِن شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ
"Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, Kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan." (QS. Al-An'am: 38)
وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لاَّ رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَن فِي الْقُبُورِ
"Dan Sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur."(QS. Al-Hajj: 7)
كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُّعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ
"Sebagaimana kami telah memulai penciptaan pertama begitulah kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti kami tepati; Sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya." (QS. Al-anbiya': 104)

8. Soal: Bagaimana keyakinanmu mengenai adanya hisab?
Jawab: Kami meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT setelah mengumpulkan manusia akan melakukan hisab kepada mereka satu persatu, Dia-lah yang memberi keputusan berdasarkan apa yang mereka perbuat, baik atau buruk. Dan bersaksi atas para begundal setiap anggota tubuhnya, dan tampaklah seluruh keburukannya. Dan akan datang pula kesaksian yang mereka sendiri tak dapat mennghindar darinya. Allah SWT berfirman:
إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ . ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ
"Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka,"
"Kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka." (QS. Al-Ghosyiah: 25-26)
فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِيْنَ . عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Maka demi Tuhanmu, kami pasti akan menanyai mereka semua,"
"Tentang apa yang Telah mereka kerjakan dahulu." (QS. Al-Hijr: 92-93)

9. Soal: Bagaimana keyakinanmu mengenai mizan dan pemberian catatan amal?
Jawab: Kami meyakini bahwa setelah Allah SWT melakukan hisab kepada manusia, dan menetapkan hukum berdasarkan apa yang mereka perbuat. Allah SWT akan menimbang amal perbuatan mereka, dengan timbangan yang haqiqi (punya dua piringan) agar jelas bagi setiap orang kuantitas amal yang ia lakukan. Siapapun yang kebajikannya lebih unggul atas keburukannya maka catatan amalnya akan diberikan melalui tangan kanannya dan selamatlah dia. Dan siapapun yang kejahatannya lebih besar dari kebajikannya maka akan diberikan catatan amal itu melalui tangan kirinya, dan jadilah dia termasuk orang yang nyata-nyata merugi. Allah SWT berfirman:
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِن كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ
"Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan jika (amalan itu) Hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan." (QS. Al-Anbiya': 47)
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ . وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya."
"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula." (QS. Al-Zalzalah: 7-8)

10. Soal: Bagaimana keyakinanmu mengenai shirath?
Jawab: Kami meyakini bahwa Shirath adalah jembatan yang melintang di atas Neraka Jahannam, dan akan dilewati semua orang, dan selamatlah kaki-kaki orang mu'min yang taat. Namun diantara mereka ada yang melewatinya dengan cepat laksana kilat, ada yang seperti kuda dan ada pula yang pelan-pelan. Tetapi orang kafir dan orang mu'min yang durhaka tidak bisa selamat darinya, mereka semua terjatuh dalam Neraka. Dan tidak aneh jika ada seseorang yang bisa melewatinya karena pertolongan Allah SWT, sebagaimana Allah SWT mampu membuat seekor burung terbang di angkasa. Allah SWT berfirman:
وَإِن مِّنكُمْ إِلاَّ وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَّقْضِيًّا
"Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan."
"Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut."
(QS. Mariam: 71-72 )
Rasulullah SAW bersabda:
عن أنس أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: إن على جهنم جسرا أدق من الشعر وأحد من السيف أعلاه نحو الجنة دحض بجنبيه كلاليب............الحديث
"Diriwayatkan dari Shahabat Anas RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: sesungguhnya di atas Jahannam ada jembatan yang lebih kecil/ lembut dari pada rambut dan lebih tajam dari pada pedang, di atas jembatan searah dengan surga, ada tempat bernama Dahdl (tempat terpelesetnya para penghuni Neraka), yang di sekitarnya terdapat Kalaalib (duri-duri yang menggorek para penghuni Neraka)……."

11. Soal: Apa itu syafa'at? Dan apakah ada syafa'at di sisi Allah SWT (di hari kiamat)? [ ]
Jawab: Syafa'at adalah seseorang memberi pertolongan orang lain di sisi Allah SWT untuk dimudahkan keinginannya semisal masuk surga, keluar dari neraka, dicepatkan proses hisabnya dan lain sebagainya.
Di dalam al-Qur'an masalah ini banyak ayat-ayat yang menafikannya dari orang-orang kafir, seperti dalam ayat 13 surat Ghofir. Ada pula ayat-ayat yang berbentuk nafi-istitsna' seperti dalam surat Maryam ayat 27, surat Thoha ayat 109, surat an-Najm ayat 26. Maka yang dinafikan sudah ma'lum adalah orang-orang kafir dan yang ditetapkan ada saling mensyafa'ati adalah orang-orang mukmin yang telah mengucapkan syahadatain; أشهد أن لاإله إلا الله وأشهد أن محمدا رسول الله dan tidak pernah melakukan perbuatan syirik. Rasulullah SAW bersabda:
شفاعتي لأهل الكبائر من أمتي
"Syafa'atku untuk orang-orang yang pernah melakukan dosa-dosa besar dari umatku yang beriman." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Walhasil masalah syafa'at mengekor kepada masalah maghfiroh (ampunan Allah) dan Rasulullah SAW dengan sepakat Ahlussunnah wal Jama'ah mempunyai maqom syafa'at yang terbesar, yaitu mempercepat proses menunggu keputusan Allah SWT terhadap seluruh manusia di Hari Akhir. Sebagaimana dalam al-Quran surat al-Isro' ayat 79.
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسَى أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا
"Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke maqom yang Terpuji (yaitu maqom syafa'at di Mahsyar tersebut, sebagaimana dijelaskan di semua kitab tafsir)".

12. Soal: Siapa saja orang yang bisa memberi syafa'at pada hari itu?
Jawab: Orang-orang yang bisa memberi syafa'at pada hari itu adalah para nabi, wali, ulama yang mengamalkan ilmunya, dan syuhada' (orang mati syahid).

13. Soal: Dan siapa saja yang diberi syafa'at oleh orang-orang yang diberi izin mensyafa'ati?
Jawab: Orang yang disyafa'ati hanyalah sebagian orang mu'min yang berdosa.

14. Soal: Apakah ada seseorang yang bisa mensyafa'ati orang kafir?
Jawab: Tak ada seorangpun yang mampu mensyafaati orang kafir biarpun dia seorang Nabi, apalagi yang lainnya. Siksaan kepada pendurhaka ini telah digariskan oleh Allah SWT untuk mereka, dan Allah SWT tidak mengizinkan mereka untuk disyafaati. Allah SWT berfirman:
مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ
"Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya?." (QS. Al-Baqoroh: 255)
Allah SWT berfirman:
يَوْمَئِذٍ لاَّ تَنفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلاَّ مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَرَضِيَ لَهُ قَوْلاً
"Pada hari itu tidak berguna syafa'at, kecuali (syafa'at) orang yang Allah Maha Pemurah Telah memberi izin kepadanya, dan dia telah meridhai perkataannya." (QS. Thahaa: 109)

15. Soal: Apa yang dimaksud dengan Kautsar yang telah Allah SWT berikan kepada Nabi Muhammad SAW dan diisyaratkan dalam firman-Nya:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni'mat yang banyak." (QS. Al-Kautsar: 1)
Jawab: Kautsar adalah nama bengawan super besar yang ada di surga, Rasulullah SAW juga punya telaga yang sangat luas sebelum surga, yang diminum oleh ummatnya yang tidak merubah ajaran agamanya, sebagaimana dalam hadits-hadits Bukhori-Muslim. Airnya putih jernih lebih putih dari pada susu dan rasanya lebih manis dari pada madu. Siapapun yang meminumnya sekali saja niscaya tidak akan pernah merasa haus selamanya.

16. Soal: Bagaimana keadaan seorang mu'min yang taat setelah dia dihisab?
Jawab: Orang mu'min yang taat setelah dihisab akan masuk surga selama-lamanya bersama dengan ni'mat yang dia rasakan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur'an yang amat banyak dalam masalah ini, seperti surat al-Bayyinah ayat 7 dan 8.

17. Soal: Bagaimana keadaan orang kafir dan munafik setelah dihisab?
Jawab: Keadaan mereka setelah dihisab ia masuk ke dalam neraka selamanya, tak henti-hentinya ia merasakan penderitaan dan siksaan. Allah SWT berfirman:
وَنَادَى أَصْحَابُ النَّارِ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ أَنْ أَفِيضُواْ عَلَيْنَا مِنَ الْمَاء أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ قَالُواْ إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى الْكَافِرِينَ
"Dan penghuni neraka menyeru penghuni syurga: "limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang Telah dirizkikan Allah kepadamu". mereka (penghuni surga) menjawab: "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir," (QS. Al-A'raf: 50)
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka."
(QS. An-Nisa': 145)

18. Soal: Bagaimana keadaan orang mu'min yang bermaksiat setelah adanya hisab?
Jawab: Keadaan seorang mu'min yang berdosa setelah adanya hisab adalah terserah Allah. Kalau Allah mengampuninya maka ia akan masuk surga selamanya dan kalau tidak diampuni maka ia akan disiksa di neraka terlebih dahulu sesuai dengan dosanya, kemudian ia akan dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam surga selamanya.
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar." (QS. An-Nisa': 48)

19. Soal: Apa itu Surga?
Jawab: Surga adalah sentralnya segala keni'matan dan tempat segala apapun yang diingini oleh hati dan enak dipandang mata, namun keindahannya tidak bisa dilihat pandangan mata, tak pernah didengar telinga dan tak terlintas oleh bayangan hati manusia. Allah SWT berfirman:
تِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي نُورِثُ مِنْ عِبَادِنَا مَن كَانَ تَقِيًّا
"Itulah syurga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa." (QS. Maryam: 63)
لاَ يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُم مِّنْهَا بِمُخْرَجِينَ
"Mereka tidak merasa lelah di dalamnya (surga) dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan dari padanya." (QS. Al-Hijr: 48)

20. Soal: Apa itu Jahannam?
Jawab: Jahannam adalah tempat dilaksanakan-nya siksaan selama-lamanya dan seluruh bentuk penderitaan yang tak pernah terbersit dalam pikiran. Allah SWT berfirman:
فَأَمَّا الَّذِينَ شَقُواْ فَفِي النَّارِ لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَشَهِيقٌ
"Adapun orang-orang yang celaka, Maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih)"
(QS. Huud: 106)





PEMBAHASAN KEENAM
Iman Kepada Qodlo’ dan Qodar


1. Soal: Bagaimana cara beriman kepada Qodlo' dan Qodar?
Jawab: Caranya dengan menyakini bahwa seluruh pekerjaan para hamba, baik itu ikhtiari seperti berdiri, duduk, makan, minum ataupun yang idlthirori seperti terjatuh. Itu semua terjadi atas kehendak Allah SWT, takdir-Nya yang azali, dan ilmu-Nya yang sudah tahu jauh-jauh hari sebelum waktu terjadinya perkara tersebut.
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
”Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran." (QS. Al-Qomar: 49)

2. Soal: Kalau memang Allah menciptakan semua pekerjaan hambanya, bukankah dengan demikian seorang hamba melakukannya dalam keaadaan dipaksa, sedangkan orang yang dipaksa tentunya tidak berhak pahala maupun siksa?
Jawab: Tidak seperti itu, seorang hamba tidak bisa dikatakan dipaksa karena ia memiliki kehendak sendiri yang mampu ia aplikasikan ke berbagai sisi kebaikan dan keburukan, dan hamba juga mempunyai akal untuk membedakan antara dua sisi itu. Jadi, ketika seorang hamba merealisasikan keinginannya dalam amal kebaikan maka akan terlihat amal tersebut, dan berhak mendapatkan pahala karena memang dia yang melakukannya dan adanya hubungan keinginannya tersebut dengan dirinya sendiri. Begitu juga dengan amal kejelekan.

3. Soal: Tolong sebutkan kepadaku perumpamaan yang mudah dimengerti dan menjelaskan bahwa seorang hamba itu tidak dipaksa oleh semua kehendaknya!
Jawab: Setiap individu manusia mengetahui bahwa dia tidak dipaksa oleh semua aktifitasnya, karena dia bisa membedakan antara gerakan tangan pada saat menulis dan saat gemetar. Ketika seseorang menulis dengan tangannya maka ia akan menganggap gerakan itu dilahirkan oleh dirinya dengan berkata: "aku menulis dengan usaha dan keinginanku." Sedangkan seseorang yang gemetar tangannya, tidak akan mengakui kalau gerakan itu lahir dari dirinya, ia pasti akan berkelak dan tidak mengatakan: "Aku telah menggerak-kan tanganku." bahkan ia akan berbalik mengatakan: "Ini terjadi tidak atas usahaku."

4. Soal: Apa ada manfaat yang dapat diambil dari perumpamaan di atas?
Jawab: Ada manfatnya, yaitu setiap individu manusia setidak-nya akan mengetahui bahwa aktifitasnya ada dua bagian:
1. Aktifitas yang datang dengan adanya usaha dan keinginan seseorang, seperti makan, minum, atau memukul zaid misalkan, disebut dengan ikhtiari.
2. Aktifitas yang hadir tanpa dikehendakinya seperti terjatuh, disebut dengan idlthirori.

5. Soal: Apa saja yang ditimbulkan oleh pekerjaan yang Ikhtiari?
Jawab: Pekerjaan manusia yang ikhtiari ketika baik maka akan menimbulkan pahala dan ketika buruk maka akan menimbulkan siksa, sedangkan pekerjaan yang Idhthirori tidak berakibat apapun.

6. Soal: Ketika seseorang memukul orang lain secara dzolim dan semena-mena atau ia melakukan berbagai kejahatan dan kemaksiatan dengan beralasan bahwa apa yang ia lakukan sudah ditakdirkan, apakah alasan ini bisa diterima?
Jawab: Jelas alasan seperti itu tidak bisa diterima baik di sisi Allah SWT ataupun di sisi mahkluk-Nya, karena seseorang memiliki keinginan, kemampuan, usaha, dan ia juga punya akal.
7. Soal: Tolong jelaskan kesimpulan dari pembahasan ini!
Jawab: Kesimpulannya adalah bahwa orang mukallaf wajib meyakini dengan mantap bahwa semua perbuatan, ucapan dan segala aktifitas mereka, baik ataupun buruk itu atas kehendak, takdir dan ilmu Allah SWT, namun hanya kebaikan yang diridhoi-Nya dan yang buruk tidak. Sedangkan bagi manusia mempunyai keinginan sendiri dalam hal yang bersifat ikhtiari, dan itu juga menjadikannya diberi pahala ketika berbuat kebaikan dan akan disiksa ketika melakukan kejelekan. Tiada alasan baginya ketika melakukan kesalahan. Dan Allah bukanlah dzat yang berbuat dzalim kepada para hambanya. Allah SWT berfirman:
إِن تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنكُمْ وَلا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِن تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ
"Jika kamu kafir Maka Sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya dia meridlai bagimu kesyukuranmu itu."
(QS. Az-Zumar: 7)
لا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ
"Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.
(QS. Al-Anbiya': 23)
ذَلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيكُمْ وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلاَّمٍ لِّلْعَبِيدِ
"(azab) yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Nya."
(QS. Ali Imran: 182)
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الأَرْضِ وَلا فِي أَنفُسِكُمْ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS. Al-Hadid: 22)
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ وَلاَ طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلاَّ أُمَمٌ أَمْثَالُكُم مَّا فَرَّطْنَا فِي الكِتَابِ مِن شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ
"Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab , Kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan." (QS. Al-An'am: 38)






PEMBAHASAN KETUJUH
Permasalahan Penting dalam Kajian Ulama Salaf


1. Soal: Bolehkah kita membahas dzatnya Allah SWT dengan berlandaskan akal?
Jawab: Jelas tidak boleh kita membuat diskursus tentang dzatnya Allah SWT dengan acuan akal, kemampuan akal yang tidak seberapa tidak akan mampu mendeteksi dzatnya Allah yang agung dan suci itu. Jika sempat terlintas dalam angan-anganmu bayangan Allah, maka hentikanlah khayalan itu. karena apapun yang wujud dalam khayalanmu Allah tidaklah seperti itu.

2. Soal: Jika akal tidak mampu mendeteksi dzatnya Allah, bagaimana kita bisa sampai pada tahap ma’rifat kepada Allah, padahal tahapan ini wajib bagi setiap orang?
Jawab: Ma’rifat kepada Allah itu bisa dihasilkan dengan mengetahui sifat-sifat-Nya, seperti sifat Wujud, Qidam, Baqo’, Mukhalafah Lil Hawadits, Qiyamuhu Binafsih, Wahdaniyyah, Hayat, Ilmu, Qudroh, Irodah, Sama’, Bashor, Kalam dan sifat-sifat, Af'al (pekerjaan) dan Aqwal (ucapan) atau apapun yang dinisbatkan kepada-Nya dalam al-Qur'an dan hadits-hadits shohih tanpa ada unsur Tajsim dan Tasybih.

3. Soal: Dengan apa kita bisa mengetahui Allah SWT, sedangkan kita sendiri tidak bisa melihat dengan mata kita?
Jawab: Kita bisa mengetahui keberadaan wujudnya Allah beserta segenap sifat-sifat-Nya dengan segala apa yang telah diciptakan-Nya di muka bumi ini yang benar-benar indah, mempeso-na, menakjubkan, membuat akal kita tercengang. Seperti langit biru yang terhampar luas dengan segenap isinya seperti matahari, bulan yang cahaya temaramnya menghadirkan keindahan, bintang yang berkelip-kelip, semuanya hadir sesuai dengan kehendak-Nya. Juga kita bisa menyaksikan bumi dengan seluruh hasil tambangnya, pohon-pohon dan juga berbagai makhluk hidup yang ada di atasnya dari berbagai hewan yang diantaranya manusia yang sangat menakjubkan, diwujudkan dengan kemolekan bentuk fisiknya, kecerdasan akalnya.
Misalkan saja, kita melihat sebuah bangunan pasti kita yakin bahwa bangunan tersebut dibangun oleh seseorang, tidak mungkin berdiri dengan sendirinya. Atau ketika kita melihat tulisan, saat pertama kali kita melihatnya pasti akan terbesit dalam pikiran kita bahwa tulisan itu ada yang menulis, walaupun kita sendiri tidak melihat penulisnya ataupun mendengar kabarnya, karena tidak mungkin sebuah tulisan hadir secara tiba-tiba. Begitu pula bila kita melihat jagad raya ini, maka pasti akan yakin seratus persen bahwa jagad ini telah diciptakan oleh Dzat yang maha dahulu, maha mengetahui, maha menghendaki, maha kuasa dan maha bijaksana yang tak lain adalah Allah SWT.

4. Soal: Bisakah analogi di atas kita gambarkan dalam diri makhluk, lebih gamblangnya apakah mungkin kita menetapkan keberadaan suatu makhluk, sedangkan kita tidak pernah melihatnya?
Jawab: Bisa, itu seperti halnya ruh, kita menyakini keberadan-nya walaupun kita tidak pernah menyaksikan, melihat apalagi mendeteksi hakikatnya dengan akal, kita hanya bisa menyaksikan apa-apa yang ditimbulkan olehnya dan itu membuat kita percaya. Begitu pula Allah SWT, meskipun kita tidak dapat menyaksikan langsung dengan mata kita, ataupun merasakan hakikatnya dengan akal kita, tapi kita tetap percaya pada wujudnya. Dia wujud dengan segenap kesempurnaan sifat-Nya. Kita bisa merasakan kesempurna-an itu dalam setiap ciptaan-Nya. Maha suci Allah yang keagungan-Nya dapat disaksikan dengan lisanul hal wal maqol (bahasa tingkah dan ucapan).

5. Soal: Bolehkah kita mendalami hakikat ruh dan membahas subtansinya?
Jawab: Tidak boleh kita membahas sampai mendalam, akal kita yang terbatas tidak akan mampu mengungkap subtansi ruh. Larut dalam pembahasan ini hanya akan menyia-nyiakan waktu saja. Kelemahan ini justru menjadi bukti terbesar bahwa kemampuan otak manusia yang tak seberapa ini, tidak mungkin mampu menangkap makna dan hakikat ruh yang bersemayam dalam jiwa. Keberadaan ruh yang tak mampu ditangkap akal, serta posisinya sebagai makhluk telah menutup semua harapan untuk mengungkap subtansi Penciptanya yang tak ada bandingan-Nya.

6. Soal: Apakah ada kemungkinan Allah SWT bisa dilihat dengan mata ?
Jawab: Menyaksikan Allah SWT dengan mata sangat mungkin menurut penalaran akal, dan hal itu akan terjadi saat di surga bagi orang-orang mu'min secara dalil naqli, karena Allah SWT itu wujud, dan setiap perkara yang wujud itu dapat dilihat. Allah Berfirman:
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاضِرَةٌ . إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
"Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri."
"Kepada Tuhannyalah mereka melihat."
(QS. Al-Qiyamah: 22-23)

7. Soal: Apakah Sihir itu ada dan punya pengaruh? [ ]
Jawab: Ya memang ada, dan punya pengaruh buruk apabila diizinkan Allah SWT, sebagaimana tersebut dalam surat Al-Baqoroh ayat: 102, namun karena sebagian Sihir itu merupakan hasil dari minta bantuan Syaithan-Syaithan dan arwah-arwah jahat, maka hukumnya kufur dan kita harus meremehkan kekuatannya dengan istiadzah billah (minta pertolongan kepada Allah SWT) dan bertakwa kepada-Nya sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Hijr ayat: 42 dan surat Al-A'raaf ayat: 200-202. Dan kalau Sihir tidak memakai bantuan Syaithan/arwah jahat maka hukumnya dosa besar.

8. Soal: Apakah benar ada orang yang matanya bisa berpengaruh buruk pada orang lain?
Jawab: Benar, karena hadits Rasulullah SAW:
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : العين حق. (رواه الشيخان في صحيحيهما)
Dan karena ada sebagian orang mempunyai kodrat/tabi'at bahwa ketika ia melihat sesuatu dengan pandangan yang indah dan ia takjub maka yang dilihat akan terkena imbasnya sehingga terkena dampak buruknya, akan tetapi orang-orang seperti ini sangat langka. Maka jangan sampai kita berkosentrasi memikirkan hal tersebut dan mempunyai anggapan bahwa semua kejadian yang buruk diakibat-kan oleh mata atau Sihir, seperti yang dilakukan kebanyakan kaum hawa, karena hal itu adalah sebuah kepicikan akal dan kebodohan belaka.

9. Soal: Bagaimana mata bisa berdampak buruk pada orang lain padahal mata merupakan organ tubuh paling lembut dan tidak bisa bertemu langsung dengan pandangannya serta tidak menge-luarkan sesuatu yang sampai pada sasarannya?
Jawab: Tidaklah menjanggalkan, jikalau perkara yang lembut bisa memberikan dampak yang kuat, dan tidak ada persyaratan dalam hal ini harus adanya pertemuan secara langsung. Sudah kita ketahui bersama bahwa sebagian orang yang mempunyai kekuasaan dan pangkat ketika melihat seseorang dengan pandangan marah terkadang yang dilihat akan kebingungan dan menjadi kacau balau bahkan orang tersebut bisa mati, padahal dalam kenyataannya tak ada apa-apa dan tak ada hubungan atau sentuhan langsung antara subjek dan objek.
Begitu juga daya magnetis dapat menarik besi walaupun tidak bersentuhan langsung dengan besinya dan juga tidak ada sesuatu yang muncul dari magnet itu. Bahkan justru perkara yang lembut lebih besar dampaknya daripada perkara yang kasar. Dikarenakan setiap perkara yang besar hanya bisa timbul dari kehendak dan niat yang mana keduanya ini termasuk sesuatu yang bersifat abstrak. Dengan demikian tak mengherankan kalau mata bisa memberi dampak pada objeknya walaupun termasuk sesuatu yang lembut dan tidak sambung dengan objeknya serta tidak mengeluarkan sesuatu yang bisa mengenai objeknya secara langsung.

10. Soal: Siapa umat yang paling mulia derajatnya setelah para nabi AS?
Jawab: Umat yang paling mulia setelah para nabi adalah umat Nabi Muhammad SAW, dan umat Nabi SAW yang paling mulia adalah para shahabat Beliau. Mereka adalah orang-orang yang pernah bertemu dengan Nabi SAW dan iman kepada Beliau serta mengikuti semua cahaya (syari'at) yang dibawanya. Dan diantara mereka yang paling utama adalah Khulafaur Rosyidin. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 100, Ali- Imran ayat 110, Al-Fath ayat 29.

11. Soal: Apakah yang dinamakan Isro'? dan Apa Mi'roj itu?
Jawab: Isro' adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjid al-Haram sampai Masjid al-Aqsha di malam hari. Sebagaima-na firman Allah SWT:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Isro': 1)
Mi'roj adalah perjalanan Nabi SAW dari Masjid al-Aqsha menembus semua lapisan langit dan berjumpa dengan para penghuninya untuk memperlihatkan kebersahajaan dan kemuliaan beliau kepada mereka, sebagaimana telah diriwayatkan dalam hadits-hadits shohih.
Isro' dan Mi'roj merupakan suatu peristiwa yang mungkin dan dikhabarkan oleh pribadi yang jujur, jadi harus kita mengartikannya dengan makna dzohirnya (dengan tanpa menta'wili) dan bukan suatu hal yang aneh/ mustahil dari Dzat (Allah SWT) yang menerbangkan burung-burung di angkasa dan membuat bintang-bintang yang dapat menempuh jarak dalam hitungan detik yang tidak mungkin bisa ditempuh manusia selama seratus tahun dapat mengangkat ke atas langit kekasih-Nya yang terpilih. Allah SWT mampu melakukan semua perkara dan selalu waspada kepadanya.

12. Soal: Apakah do'a bisa bermanfa'at bagi orang yang berdo'a dan yang dido'akan? Dan Apakah dapat sampai shodaqoh orang hidup kepada mayyit ketika shodaqoh tersebut dihadiahkan untuknya ?
Jawab: Shodaqoh adalah sesuatu yang disenangi Allah SWT, sedangkan do'a dan merendahkan diri di hadapan Allah SWT sangatlah dianjurkan. Di sisi Allah SWT keduanya bisa memberi manfaat kepada orang yang masih hidup atau yang sudah mati. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ghofir ayat 60 dan surat an-Naml ayat 62.

13. Soal: Apakah ni'mat Surga dan siksa Neraka bersifat ruhani atau jasmani? dan apakah keduanya abadi atau bersifat sementara?
Jawab: Ni'mat surga ada dua; ada yang bersifat ruhani dan ada yang bersifat jasmani. Ni'mat ruhani yaitu ni'mat yang bisa dirasakan ruh seperti bertasbih, ibadah, melihat Allah SWT dan tahu akan ridlo-Nya. Sedangkan ni'mat jasmani yaitu ni'mat yang bisa dirasa-kan badan seperti makan, minum, dan nikah. Siksa Neraka juga terbagi dua; ada yang bersifat jasmani dan ada yang bersifat ruhani. Ni'mat Surga dan siksa Neraka bersifat abadi dan tidak akan terputus selama-lamanya, para penghuninya kekal di dalamnya. Surga dan Neraka sekarang sudah diciptakan.

14. Soal: Apakah wali bisa mencapai derajat Nabi? dan apakah mungkin wali bisa mumpunyai keadaan yang dapat mengugurkan-nya dari syari'at?
Jawab: Wali tidak mungkin bisa mencapai derajat seorang Nabi sedangkan seorang hamba yang berakal dan baligh juga tidak mungkin mempunyai keadaan yang bisa menggugurkannya dari perintah dan larangan Allah SWT dan memperbolehkannya melakukan apapun semau nafsunya. Barangsiapa mempunyai anggapan seperti ini maka telah kafir. Begitu juga dikatakan kafir orang yang mempunyai anggapan bahwa syari'at ada yang bersifat bathin dan bertentangan dengan syariat dzohir atau lebih populer dengan aliran Hakikat. Aliran semacam ini menta'wili nash-nash qoth'i dan menginterpretasikannya pada makna yang salah (tidak sesuai dlohirnya sebuah nash) begitu juga kufur seperti orang yang beranggapan bahwa yang dimaksud Malaikat adalah daya-daya akal dan yang dimaksud syaitan adalah daya-daya berprasangka (negatif yang ada dalam diri manusia).

15. Soal: Siapakah mujtahid? dan mujtahid manakah yang pendapatnya wajib diikuti?
Jawab: Mujtahid adalah orang yang menguasai dan mendalami kaidah-kaidah syari'at dan nash-nashnya sekiranya ia mampu memahami apa yang dikehendaki oleh syari' (Nabi Muhammad). Mujtahid sangat banyak sekali, adapun yang diakui dan boleh dibuat pedoman ijtihadnya ada empat yaitu: Imam Abu Hanifah al-Nu'man bin Tsabit, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris bin Isma'il al-Syafi'i dan Imam Ahmad bin Hanbal Rodliyallahu'anhum.
Para ulama memilih mengikuti empat imam ini meskipun masih banyak mujtahid-mujtahid yang lain dikarenakan banyaknya masalah-masalah yang mereka gali dan mereka kaji sehingga sangat sedikit sekali masalah-masalah yang tidak mereka terangkan hukumnya, disamping itu keempat madzhab ini sudah sampai ketangan kita melalui jalan yang mutawatir, maka kita harus mengikuti salah satu madzhab di atas kecuali dalam keadaan dhorurot, sebab jika tidak demikian maka akan menimbulkan talfiq (mencampur-adukkan beberapa madzhab) yang keluar dari jalan kebenaran.

16. Soal: Kenapa terjadi perkhilafan antara para mujtahid dalam beberapa masalah ?
Jawab: Sesungguhnya para mujtahid tidak berselisih dalam permasalahan yang primer dalam agama dan syari’at Islam, karena hal tersebut sudah ditetapkan dengan dalil-dalil qath'i. Namun mereka bisa saja berbeda pendapat dalam masalah-masalah furu'iyyah (cabang) memandang hal tersebut terkadang tidak ada nash qath'inya. Dan juga karena kandungannya yang sangat banyak, sehingga ada peluang besar yang menyebabkan adanya perkhilafan. Oleh karenanya, maka setiap mujtahid mengerahkan segala kemampuan untuk menggali hukum-hukum tersebut dengan bersumber al-Qur'an dan hadits sesuai sudut pandang masing-masing.
Seorang mujtahid yang benar ijtihadnya berhak memperoleh dua pahala dan yang keliru mendapat satu pahala karena atas usaha-nya dalam menggali kebenaran dengan seluruh kemampuannya.
Perbedaan antara para imam adalah suatu rahmat bagi umat, memandang mereka hanya berbeda dalam permasalahan furu'iyyah yang justru memudahkan umat itu sendiri dalam mengamalkan syari'at, dan menjauhkannya dari kesempitan dan marabahaya. Jadi, ketika seseorang dalam keadaan dlorurot maka bisa saja dia mengambil hukum yang lebih ringan, dan sebaliknya jika dalam keadaan ikhtiyar (tidak dalam keadaan dlorurot) maka sebaiknya dia menggunakan hukum yang lebih berhati-hati, lebih teliti dan lebih jelas.

17. Soal: Apa tanda-tanda Hari Kiamat ?
Jawab: Tanda-tanda dekatnya Hari Kiamat banyak sekali. Diantaranya :
1. Munculnya Dajjal, sosok laki-laki yang buta salah satu matanya, muncul di muka bumi saat dunia mengalami dekadensi ilmu agama dan pendangkalan ilmu-ilmu syari'at, mengaku-ngaku sebagai Tuhan dan memperlihatkan hal-hal yang ajaib/luar biasa. Kebanyakan pengikutnya adalah orang-orang yang lemah iman dan keyakinannya.
2. Munculnya Dabbah (seekor hewan) dari bumi Syam yang memberikan cap/ tanda pada wajah manusia. Jika orang itu mukmin, maka dia menandainya dengan tanda khusus yang menunjukkan keimanannya, dan jika itu orang kafir, maka dia juga menandainya dengan tanda khusus yang menunjukkan kekafiran-nya. Dabbah itu bisa berbicara dan memberitahu kepada seluruh ummat manusia tentang bagaimana nasib mereka kelak.
3. Terbitnya matahari dari arah barat dalam beberapa hari, dan pada saat itulah pintu taubat ditutup sehingga tak seorang pun mendapatkan ampunan.
4. Munculnya Ya'juj Ma'juj, bangsa manusia yang membuat kerusakan dimuka bumi pada masa lampau. Konon, waktu Raja Dzul Qarnain sampai ke daerah mereka, ada satu kaum tetangga sekitar-nya melaporkan kejahatan dan kedzaliman Ya'juj Ma'juj dengan meminta bantuan dan belas kasihan, kemudian Dzul Qarnain merasa iba dan bersedia menolongnya. Dikarenakan jalur penghubung antara daerah Ya'juj Ma'juj dengan daerah tetangganya sangat sempit dan diapit dua gunung, maka Raja Dzul Qarnain mempunyai solusi yaitu dengan menutup jalan tersebut dengan lelehan timah dan besi, maka jadilah penjara yang kokoh dan licin sehingga tak mungkin untuk dipanjat dan dibobol. Kendati demikian, ketika sudah tiba saatnya penjara tersebut akan terbuka karena beberap sebab, seketika itu juga ya'juj ma'juj berkeliaran di muka bumi. Kemudian datanglah Nabi Isa bin Maryam AS beserta tentara berkuda memohon kepada Allah SWT agar membasmi kejahatan dan bahaya mereka, kemudian mereka dibinasakan dan dihilangkan bekas dan jejaknya.
5. Turunnya Nabi Isa AS dari langit. Beliau turun ke bumi ketika terjadi banyak fitnah antara orang-orang muslim yang terus menerus dirundung cobaan. Kemudian Nabi Isa AS memegang kendali urusan umat ini dengan menjadi khalifah, menghilangkan semua bahaya, membunuh Dajjal, dan menyelamatkan manusia dari marabahaya.

18. Soal: Siapakah sa'id (wali yang masuk surga tanpa disiksa terlebih dahulu dan tanpa melalui hisab yang panjang) itu?
Jawab: Sa'id adalah orang mukmin yang sholeh, menjalankan hak-hak Allah SWT dan makhluk-Nya, mengikuti syari'at secara dhohir bathin, berpaling dari kemewahan dunia. Merekalah orang yang selamat yang dijamin masuk surga dan tambahan ni'mat (melihat Allah SWT di surga).
Kami memohon kepada Allah SWT supaya memberikan taufiq-Nya kepada kita agar menjadi golongan orang yang disebutkan di atas, dan termasuk orang yang merambah jalan kebenaran. Segala puji hanya bagi Allah SWT yang hanya dengan ni'mat-Nya sempurnalah amal kebaikan, dan semoga penghormatan yang baik tertujukan kepada pemuka para nabi (Nabi Muhammad SAW).




TAMBAHAN PENTING
KH. Muh. Najih Maimoen

1. Soal: Siapakah Ahlussunnah wal Jama'ah?
Jawab: Ahlussunnah wal Jama'ah adalah para pengikut thariqoh atau manhaj (metode keyakinan dan amaliyah) yang ditempuh oleh Nabi Muhammad SAW dan para shahabat dan selalu berada dalam kelompok mayoritas dari umat Islam terdahulu (Salafussholih).
Di antara ciri-cirinya yaitu:
1. Satu pendapat dalam Ushuluddin yang meliputi: meng-Esakan dzat Allah SWT, Sifat-sifat-Nya, Af'al-af'al-Nya, dan Asma'-asma'-Nya, dan meyakini semua I'tiqod yang telah disebutkan di dalam kitab ini "al-Jawahir al-Kalamiyyah fi Idhohi al-Aqidah Al-Islamiyyah".
2. Membela dan melindungi Syari'at Islam.
3. Bersemangat dalam menyebarkan aqidah yang benar, agama yang lurus, mendidik dan menunjukkan manusia, serta menasehati dan begitu peduli dengan urusan umat Islam.
4. Mengkorelasikan antara Al-Qur'an-Hadits (dalil Naqli) dan ra'yu (dalil aqli) sesuai dengan manhaj ulama Ahlussunnah wal Jama'ah dengan mengakui keutamaan madzhab Asy'ariyyah dan Maturidiyyah dalam aqidah, dan mengikuti salah satu dari madzhab empat (Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali) dalam urusan furu'iyyah.
5. Tidak mengkafirkan orang yang berdosa atau salah pemiki-ran kecuali kepada orang-orang yang mengingkari hal-hal prinsipil (معلومات من الدين بالضرورة) dan sudah diberi tahu tentang dalil-dalil qhoth'inya.
6. Tidak saling menyesatkan atau menfasiqkan dalam permasa-lahan furu'iyyah (hukum-hukum fiqh Islam).

2. Soal: Apa itu Bid'ah Dhollah (sesat yang mengakibatkan masuk Neraka)?
Jawab: Bid'ah Dhollah adalah hal-hal baru yang dimasukkan dalam agama (baik urusan aqidah, hukum dan amalan-amalan) yang bertentangan dengan al-Qur'an, sunnah Rasulullah SAW, thoriqotus shohabah wat tabi'in, dan qa'idah-qa'idah madzhahibil ulama mujtahidin dari kelompok Ahlussunnah wal Jama'ah dan dilakukan dengan bangga serta menganggapnya termasuk bagian dari ajaran agama Islam. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ
(رواه الشيخان في صحيحيهما)
"Barangsiapa membuat sesuatu yang baru dalam masalah (agama) kami ini, yang tidak bersumber darinya (agama), maka dia tertolak"

3. Soal: Sebutkan kelompok-kelompok Ahli Bid'ah!
Jawab: Kelompok Ahli Bid'ah meliputi golongan besar dari Khawarij, Syi'ah Rofidloh, Mu'tazilah, Qodariyyah, Murji'ah, Najjariyyah, Karromiyyah yang kesemuannya ini melahirkan 72 golongan Ahli Bid'ah yang disebut dalam hadits Nabi SAW:
عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِى سُفْيَانَ أَنَّهُ قَامَ فِينَا فَقَالَ: أَلاَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَامَ فِينَا فَقَالَ: أَلاَ إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِى النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِى الْجَنَّةِ وَهِىَ الْجَمَاعَةُ.(رواه أبو داود)
"Rasulullah berdiri di tengah-tengah kami dan bersabda: "Sesungguhnya golongan ahli kitab yang hidup sebelum kalian telah terpecah menjadi tujuh puluh dua agama. Dan sesungguhnya umat ini akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua berada di dalam Neraka dan yang satu berada di dalam surga yaitu kelompok al-Jama'ah." (HR. Abu Dawud)

4. Soal: Apakah Liberalisme (yang telah masuk dalam organisasi Islam terbesar) dan Sekulerisme termasuk Ahlu Dholal (sesat)?
Jawab: Iya, bahkan bisa sampai kufur karena telah melakukan penodaan agama Islam dengan berpendapat bahwa tauhid Islam dan Kristen sama saja, mengatakan semua agama benar dan bisa masuk surga, menghina dan melecehkan al-Qur'an dengan mengatakan al-Qur'an kitab paling porno sedunia, al-Qur'an bukan kalamullah, merendahkan Syari'at Islam, mengatakan Allah SWT tidak mem-punyai hukum, menjauhkan hukum Islam dari urusan Negara, mengatakan al-Qur'an dan Syari'at Islam tidak relevan, menghalal-kan do'a bersama lintas agama, melegalkan pelacuran, memperboleh-kan nikah beda agama yang berakibat pemurtadan pada anak-anaknya, nikah sejenis, menghina Nabi Muhammad SAW dengan mengatakan Nabi Muhammad adalah manusia biasa yang banyak salahnya, dan lain-lain. Begitu juga Pluralisme dan dengan semua praktek-prakteknya. Sebenarnya paham-paham seperti ini diadopsi dari para orientalis barat serta didukung sepenuhnya oleh donatur Zionis-Salibis Internasional. Dan bagi siapapun yang memasarkan dan membelanya maka dia telah melakukan pekerjaan kufur. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاء بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. Al-Maaidah: 51)

5. Soal: Siapakah Wahhabiyyah itu?
Jawab: Wahhabiyyah adalah para pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab yang lahir di desa Huraimilah, Najd, tahun 1111 H./ 1700 M. Kelompok ini mengaku kembali pada kemurnian ajaran al-Qur'an dan As-Sunnah. Mereka mempunyai tiga doktrin andalan yaitu:
1. Tauhid Al-Asma' wa Al-Shifat.
Dengan dokrin ini mereka dapat memvonis sesat kepada golongan Asy'ariyyah dan Maturidiyyah, menetapkan yad, wajah, jihah (arah) kepada Allah SWT dengan makna-maknanya yang sangat leterlek (condong ke Mujassimah/ Musyabbihat).
2. Tauhid Uluhiyyah (tidak mengagungkan dan meminta kepada selain Allah SWT).
Dengan doktrin ini mereka dapat mengkafirkan orang-orang yang melakukan tawassul, ziarah kubur sambil berdo'a dan memanggil-manggil para wali yang diziarahi dengan menghadap ke kuburan, mengkafirkan para shufiyyah dan tidak suka mengagungkan/ memberi pujian kepada Nabi Muhammad SAW karena menurut mereka hal ini bisa merusak Tauhid Uluhiyyah.
3. Menurut Wahhaby bahwa sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan para shahabatnya adalah bid'ah dholalah, seperti Sema'an al-Qur'an, Dzikir dan Tahlil Bersama, Rotibul Haddad, Jama'ah Yasinan, peringatan Rojabiyyah, Maulid, Nuzulul Quran, dan peringatan hari-hari besar Islam lainnya. Menurut kami tidak seperti itu, karena Sema'an al-Qur'an, Jama'ah Yasinan, Tahlil Bersama dan Rotibul Haddad adalah salah satu teknis yang tidak dilarang dalam berdzikir kepada Allah SWT, begitu juga memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dan Isro' Mi'rojnya adalah bentuk rasa syukur dan mahabbah kita kepada Nabi Muhammad SAW dan salah satu cara kita bersholawat kepadanya, begitu juga mengenai shalat tarawih 20 raka'at dengan berjama'ah (yang tidak dilakukan dengan tergesa-gesa) itu juga tidak termasuk bid'ah bahkan sudah diamalkan oleh Salafussholih. Logikanya, kalau pendapat Wahhabi tersebut dibuat pegangan maka keberadaan Pondok Pesantren, Madrasah, pengajian Fathul Mu'in, Fathul Qorib, Sullam Taufiq, Pengajian Umum pada peringatan hari-hari besar Islam, memberi hidangan (ith'amut thoam) sesudah maulidan, burdahan, manaqiban atau yasinan-tahlilan bersama yang pahalanya dihadiahkan untuk sanak keluarga yang telah meninggal dunia itu bid'ah semuakarena tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan para shahabatnya yang akhirnya hilanglah tradisi-tradisi umat Islam yang baik dengan menggemakan ayat-ayat Allah SWT, melantunkan do'a dan dzikir pada-Nya, bersholawat kepada Nabi-Nya, sosok manusia yang termulia di sisi-Nya, membaca kitab-kitab haditsnya (seperti dalam tradisi pesantren mengkhatamkan kitab Bukhori, Muslim, Riyadlussholihin, al-Adzkar an-Nawawiyah dan lain-lain) dan ilmu-ilmu para pewarisnya yang sudah lama berjalan di negeri kita tercinta ini.
Memang kita menginginkan masyarakat untuk lebih semangat dan istiqomah dalam melakukan sholat jama'ah lima waktu, sunnah-sunnah muakadah seperti sholat witir, qobliyyah-ba'diyyah, puasa Ramadlan penuh, menunaikan zakat dan shodaqoh, namun apakah hal itu dengan harus memberangus pendidikan, pengajian, dan kumpulan bersama keluarga (silaturrahim) dan tetangga untuk membaca tahlil dan do'a tersebut…??? Solusinya menurut kami, adalah kita menghimbau masyarakat muslim untuk lebih semangat dan istiqomah dalam ritual-ritual yang warid (diriwayatkan) dari Rasulullah SAW dari pada ritual-ritual yang dirintis oleh para sholihin setelahnya. Wallaahu a’lam

6. Soal: Bagaimana hukum ziarah kubur untuk bertawassul?
Jawab: Melakukan ziarah kubur untuk bertawassul kepada para nabi, shahabat, wali, dan orang-orang sholih hukumnya boleh karena kita husnudzdzon bahwa mereka tetap berdo'a kepada Allah dengan cara meminta tolong (didoakan) kepada mereka yang sudah jelas dekat dengan Allah SWT dan tetap istiqomah dalam melakukan kebajikan yang sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW seperti shalat, zakat, shodaqoh dan lain-lain. Sedangkan posisi ziarah dengan menghadap ke kuburan mereka selain salam bukan berarti mengkultuskannya, melainkan hanya sekedar melaksanakan adab di hadapan orang tersebut seperti halnya penghormatan seorang anak kepada bapaknya.
Adapun berziarah kubur untuk bertawassul kepada orang-orang dholim, fasiq, dan orang yang biasa meninggalkan sholat hukumnya haram. Sedangkan berziarah kubur untuk bertawassul kepada orang kafir, Syaithan, tempat-tempat mistik yang didatangi (sampai bermalam-malam disana) oleh orang yang mencari pesugihan, ilmu hitam, ruwatan/nyekar atau orang-orang kebathinan (kejawen/ aliran kepercayaan) dan membawa sesajen kepadanya maka hukumnya kufur, karena mereka sudah memuji bahkan memuja-muja dan menyembah Syaithan dan arwah-arwah jahat.

7. Soal: Apakah Syi'ah termasuk Ahli Bid'ah?
Jawab: Ya, bahkan bisa dikatakan kufur jika berkeyakinan bahwa al-Qur'an Mushaf Utsmani telah mengalami revisi dan sensor dari para shahabat dengan menghapus ayat-ayat tentang kekhalifahan Sayyidina Ali RA, mengkafirkan Abu Bakar RA, Umar RA dan Utsman Ra, menuduh Sayyidah A'isyah telah berzina, menuhankan Sayyidina Ali RA, mendewa-dewakan Imam dua belas atau meyakini mereka mempunyai derajat sama atau bahkan di atas para nabi.

8. Soal: Apakah kaum modernis termasuk Ahli Bid'ah?
Jawab: Ya, Karena mereka tidak bermadzhab/ tidak mempercayai/ menggubris Ijma', khilaf, dan pendapat para ulama mujtahidin, mengingkari adanya Jin, Sihir, dan bahkan mena'wili burung-burung Ababil yang dikirimkan Allah SWT kepada pasukan Abrahah yang disebutkan dalam al-Qur'an surat al-Fiil dengan penyakit cacar, mena'wili Malaikat yang dikirim untuk membantu muslimin dalam perang Badar dengan kekuatan sepiritual (yang hal tersebut sudah di kafirkan dalam kitab ini pada poin empat belas) (mirip aliran Mu'tazilah), mengingkari keramat para wali dan Haba'ib yang bukan Syi'ah atau keutamaan para da'i Islam (Wali Songo dan para pengajar kutubussalaf), mengingkari dzikir, tahlil bersama dan maulid (mirip Wahhabi).

9. Soal: Bagaimana kesimpulan pembahasan tambahan di atas?
Jawab: Kesimpulannya sebagai berikut;
1. Istilah Syi'ah dalam arti mahabbah (cinta) kepada Ahlul Bait secara keseluruhan maka baik, dan jika dipandang dari pemikiran-pemikiran di atas jelas bid'ah bahkan ada yang sampai kufur.
2. Gerakan Salafy/ Wahhabi dalam arti menetapkan asma-asma Allah dan sifat-sifat-Nya tanpa ada unsur tajsim atau tasybih, membela keutamaan shahabat maka bagus, tapi kalau beranggapan ekstrim seperti di atas dan suka mengkafirkan mayoritas umat islam, maka itu adalah fitnah (memecah belah umat Islam).
3. Gerakan kaum Modernis dalam arti mengajak umat Islam agar tidak mendatangi paranormal, penyihir, mempercayai perbintangan atau nogodino, tidak melakukan acara ritual sedekah laut, sedekah bumi dan menghimbau masyarakat supaya tidak malas bekerja mencari nafkah yang halal (bukan yang haram seperti bunga Bank Konvensional, menjadi pekerja seks komersial, koruptor, memeras pajak-biaya rumah sakit kepada faqir miskin, memarkus pajak, memafia hukum, dan lain sebagainya) maka itu baik, tapi kalau sampai benci kepada kitab-kitab salaf, ulama dan Haba'ib maka itu sesat.
4. Adapun Liberalisme, Sekulerisme dan Pluralisme jelas sesatnya bahkan prakteknya banyak sekali yang sampai menyebab-kan kekufuran. Begitu pula aliran-aliran Ahmadiyyah, Baha'iyyah, Bathiniyyah atau Kejawen, aliran kepercayaan, Komunis dan Kapitalis yang penuh dengan kekufuran.
Semoga dengan hadirnya buku ini Allah SWT mampu menyelamatkan kita dan seluruh umat Islam dari fitnah-fitnah aqidah tersebut. Amin…















JUDUL ASLI
Al-Jawahir al-Kalamiyyah fi Idhohi al-'Aqidah al-Islamiyyah

PENULIS
Thohir bin Muhammad Sholih Al-Jaza’iry

JUDUL BUKU
Mutiara Ilmu Kalam
Penalaran Kongkrit Aqidah Islam

ALIH BAHASA
Tim Penerjemah Ribath Darusshohihain
Pondok Pesantren Al-Anwar
Di bawah bimbingan KH. Muh. Najih Maimoen

CETAKAN PERTAMA
5 Mei 2010 M./ 20 Jumadal Ula 1431 H.

CETAKAN KEDUA
20 Mei 2010 M./ 6 Jumadal Akhiroh 1431 H.

CETAKAN KETIGA
15 Januari 2011 M./ 9 Shofar 1432 H.

PENERBIT:
Toko Kitab Al-Anwar 1
Komplek Pondok Pesantren Al-Anwar
Karangmangu Sarang Rembang Jawa Tengah 59274

Related Posts by Categories



Tidak ada komentar:

Posting Komentar