مقدمة

إنّ الحمد لله تعالى نحمده، ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضلّ له، ومن يضللْ فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله.

وبعد :

Alhamdulillah, berkat Taufiq serta Hidayah-Nya, akhirnya blog sederhana ini dapat terselesaikan juga sesuai dengan rencana. Sholawat salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Bermodal dengan keinginan niat baik untuk ikut serta mendokumentasikan karya ilmiah perjuangan Syaikhina Muhammad Najih Maemoen, maka sengaja saya suguhkan sebuah blog yang sangatlah sederhana dan amburadul ini, tapi Insya Allah semua ini tidak mengurangi isi, makna dan tujuhan saya.

Blog yang sekarang ini berada di depan anda, sengaja saya tampilkan sekilas khusus tentang beliau Syaikhina Muhammad Najih Maemoen, mengingat dari Ponpes Al Anwar Karangmangu Sarang sudah memiliki website tersendiri yang mengupas secara umum keberadaan keluarga besar pondok. Tiada lain tiada bukan semua ini sebagai rasa mahabbah kepada Sang Guru Syaikhina Muhammad Najih Maemoen.

Tidak lupa saya haturkan beribu terima kasih kepada guru saya Syaikhina Maemoen Zubair beserta keluarga, terkhusus kepada beliau Syaikhina Muhammad Najih Maemoen yang selama ini telah membimbing dan mengasuh saya. Dan juga kepada Mas Fiqri Brebes, Pak Tarwan, Kak Nu'man, Kang Sholehan serta segenap rekan yang tidak bisa saya sebut namanya bersedia ikut memotifasi awal hingga akhir terselesainya blog ini.

Akhirnya harapan saya, semoga blog sederhana ini dapat bermanfa’at dan menjadi Amal yang di terima. Amin.

Rabu, 15 September 2010

Kumpulan Kritik Terhadap Gus Dur dan Sa'id Aqil. Oleh: KH. Abdul Hamid Baidlowi

الحَمد للهِ رَبّ العالمَين , والصّلاَة والسَّلام عَلى سَيّدِنا مُحمّد المرسَلين , وَ على آله وَأصحابِه أجْمعين , أمّا بعدُ:

Kritik Terhadap Gus-Dur Dan Sa'id Aqil
Segala puji bagi Allah SWT, semoga kita dalam rahmat dan lindungan-Nya, shalawat dan salam semoga bertaburan di pusara Nabi Muhammad SAW dan berhembus kepada keluarga dan shahabat Nabi.
Yang terhomat shahibul bait KH. Thohir Rokhili, pengasuh Pondok Pesantren at-Thohiriyyah Jakarta.
Yang terhomat KH. Yusuf Hasyim.
Yang terhomat para ulama dan pejabat pemerintah sipil maupun militer .
Serta hadirin semua yang saya hormati .

Baiklah Kita Mulai Kritik Terhadap Gus-Dur
Belum habis kita menyelesaikan masalah-masalah yang diwariskan oleh Muktamar NU di Cipasung, dan di tengah-tengah berdesingnya antara pro dan yang kontra dengan Gus-dur, dan disaat memburuknya dan porak-porandanya hubungan NU luar Jawa dengan PBNU, akibat tindakan Gus-Dur yang tidak Islami, tidak bijak, dan penuh emosi, yaitu pada saat rapat formatur, Gus-Dur mengatakan: "saya putus orang dengan pak Idham Kholid di dunia sampai akhirat". Dan akibat penolakan Gus-Dur terhadap Abu Hasan untuk masuk dalam jajaran pengurus PBNU, sehingga gambaran peta NU sekarang ini, sangat mencekam sekali, di tengah-tengah PBNU tidak mampu mengendalikan Gus-Dur, disaat Gus-Dur bercumbu rayu dengan Negara-negara barat dan bermesraan dengan tokoh-tokoh kristen di negeri kita, dan di tengah-tengah semakin jauhnya Gus-dur terjun dalam politik praktis dengan menjagoi saudara Matori Abdul Jalil sebagai calon ketua PPP yang gagal total, kemudian Gus-Dur berteriak-teriak di surat kabar, menghimbau agar warga NU memilih PDI atau golput, kemudian spontanitas surat kabar KOMPAS milik Kristen pada halaman pertama memuatnya dengan huruf besar, dan diteruskan dengan safari bersama dengan Megawati. Jika seandainya saudara Matori jadi ketua PPP saat itu, maka akan terjadi gabungan tiga kekuatan PDI, NU, dan PPP.
Alhamdulillah tidak berhasil, disaat-saat PWNU Jateng dengan surat edarannya ke seluruh cabang NU Jawa Tengah menghadang pertemuan di Pondok Pesantren Darussalam Watu Congol baru-baru ini. Dengan cara-cara yang kotor dan tak beradab. Bahkan untuk menggagalkan pertemuan tersebut beberapa oknum tidak segan-segan melakukan ancaman dan intimidasi, lebih dari itu mereka tanpa malu menggerpol Kadit Sospol Jawa Tengah untuk tidak memberikan izin pada pertemuan tersebut. Padahal, tujuan pertemuan itu adalah dalam rangka Istighosah, amar ma'ruf nahi mungkar dan al-Taslihati li Hadi A'dhoi al-Markaziyyah li Nahdlati al-Ulama', bukan meggoyang NU sebagaimana yang mereka tuduhkan, mereka tanpa malu-malu melanggar hak-hak Kyai Ahmad Abdul Haq, merusak kebulatan Pondok Pesantren Darussalam dan menginjak-injak Demokrasi yang kita junjung tinggi, dan semua ini sangat berbahaya, merupakan pelanggaran terhadap Khitthah 1926 yang sulit untuk dimaafkan, dan alhamdulillah istighotsah di Pondok Pesantren al-Thohiriyah kondisinya tidak seperti Jawa Tengah. Di saat problema musykilat melekat dan melingkari tubuh NU, di tengah-tengah semua itu, maka datanglah seperti halilintar menghantam, sebuah makalah yang disampaikan oleh Sa'id Aqil wakil katib PBNU, yang dibacakan di hadapan seminar PMII di Jakarta. Dalam mukaddimahnya dia telah melakukan kritik tajam kepada Rois Akbar Hadrotus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari, sehingga saya menilainya terlanjur over acting bahkan telah meninggalkan nilai-nilai adab dan tatakrama. Ia mengatakan bahwa batasan tentang Ahlussunnah Rois Akbar adalah memalukan.
Lebih dari itu, ia telah menghina dan mengecam Khalifah Utsman RA dengan mengatakan bahwa Khalifah Utsman RA sudah pikun (baca halaman 6 dan 7 dalam makalahnya), mafhumnya Khalifah Utsman RA dalam menjalankan perintahnya menggunakan sistem familier.
Jika demikian cara berfikir Sa'id Aqil, maka saya khawatir jarum-jarum beracun kaum Saba'iyah dan Syi'ah sudah masuk dalam sel-sel pemikirannya, dan jika ini benar saya khawatir lagi dia terperangkap dalam jaringan Zionisme Internasional, apalagi Gus-Dur disinyalir terperosok dalam jaringan Kristen Internasional. Sedang gambaran data Gus-Dur terlibat dalam jaringan kerja sama kristen Indonesia sebagai berikut:



1. Keterangan dan pengakuan Gus-Dur sendiri kepada saya bahwa dia (Gus-Dur) telah memanfaat-kan dana bantuan keuangan dari Kardinal Yuwono Semarang (kardinal adalah kepala Pastur). Di kantor PBNU Jakarta sebelum Muktamar NU di Cipasung, pada saat itu Gus-Dur didampingi Sdr. Ghoffar Rahman (mantan Sekjen PBNU). Dan pada waktu itu pula Gus-Dur menunjukkan foto dia bersama Kardinal Yuwono kepada saya.
2. Pengakuan Gus-Dur Sendiri bahwa dia telah menerima dana bantuan keuangan sejumlah Rp. 600.000.000,- (Enam Ratus Juta Rupiah) dari PT. Gramedia (badan usaha milik Kristen). Latar belakang Gus-Dur menerima uang dari Gramedia sbb: pada saat monitor (penerbitan milik Gramedia) dibredel oleh pemerintah, Gus-Dur membelanya. Kemudian Gus-Dur menerima dana bantuan keuangan tersebut dari Gramedia. Jawaban Gus-Dur pada waktu rapat NU Cabang Jombang tanggal 13 Nopember 1995 bahwa uang tersebut di atas sudah dilaporkan Muktamar NU di Yogyakarta adalah tidak benar, karena pada Muktamar NU di Yogyakarta tidak ada laporan Gus-Dur atau PBNU. Dan yang sangat musykil adalah kasus monitor terjadi pada tahun 1991. Sedangkan kegiatan Muktamar NU di Yogyakarta terjadi pada tahun 1989. Jadi, jelas jawaban Gus-Dur sama sekali tidak benar.
3. Keterangan Dokter Khudzaifah: Gus-Dur selama dirawat dirumah sakit, biaya pengobatan seluruhnya dibayar oleh Kompas (surat kabar milik Kristen). Informasi tersebut diberikan kepada saya disaksikan oleh H. Saiful Masykur di PHI Kwitang Jakarta.
4. Gus-Dur dengan Moerdani (tokoh Kristen) hubungannya sangat erat dan intim sekali. Gus-Dur penah memuji-muji Moerdani kelewatan batas dan juga pernah mencalonkan Moerdani sebagai presiden RI. Dengan strategi seperti itu, Gus-Dur dan orang Kristen berharap Moerdani menjadi presiden. Jika terjadi komposisi seperti itu, maka Gus-Dur otomatis menjadi pahlawan bagi orang-orang Kristen. Imbalan Gus-Dur memang amat mahal sekali, karena Gus-Dur terlanjur dibeli dengan bentuk kerjasama yang mempesona.
5. Anjuran dan himbauan Gus-Dur kepada NU untuk memilih PDI atau Golput, sehabis selesai Muktamar PPP di Jakarta. Mengapa Gus-Dur sejauh itu merusak Khitthah 1926 dan melanggar undang-undang Pemilu? Jawabannya karena partai Kristen berfusi dalam partai PDI, maka Gus-Dur harus ikut andil untuk memenangkan PDI.
6. Gus-Dur safari bersama Megawati ketua umum PDI, Gus-Dur bisa saja beralasan, bersilat lidah tetapi firasat dan ketajaman seorang mukmin tidak bisa ditipu, Sungguh memalukan tindakan Gus-Dur tersebut.
7. Gus-Dur mengatakan bahwa "jika keadaan mendesak saya siap kampanye PDI". Hal itu dikemukakan di depan saya, Helmi (wartawan Editor/ Tiras), M. Ishaq (pengamat) pada acara Walimatul Arusy putri H. Shobih Ubaid di Jakarta.
8. Bank Nusuma sampai saat ini belum memakai sistem Islam, padahal Muktamar NU di Yogyakarta mengusulkan berdirinya Bank Islam dan Undang-undangpun sekarang telah memperboleh-kan berdirinya Bank Islam. Hal ini disebabkan Bank Nusuma bekerja sama dengan Jawa Pos yang pimpinan tertingginya dijabat seorang Kristen bernama Eric Samola.
9. Gus-Dur bercumbu rayu dengan Negara-Negara Kristen dan semakin menjauh hubungan dengan Negara-Negara Islam. Apalagi dengan Negara Brunei yang ber-aqidah sama dengan NU. Adapun pengakuan Gus-Dur bahwa dia diusir dari Meshir karena dia anti Barat, menurut saya adalah alasan yang dibuat-buat untuk menutupi mesranya hubungan Gus-Dur dengan Barat dewasa ini.
Data nomor empat (4) tersebut di atas bukan sekedar mu'amalah belaka yang diperbolehkan agama Islam, akan tetapi sudah menjurus kepada:

سِياَسَةُ التَّوْلِيَةُ الْعَاِليَةُ فِيْ هَذِهِ الْجُمْهُوْرِيَّةِ

"Politik penguasaan kelas tinggi dalam Negara Replubik Indonesia"
Apa jadinya dan apa yang terjadi jika seandainya Moerdani terpilih menjadi presiden RI? kemungkinan akan terjadi kondisi yang rawan serta akan menyeret pada kekacauan. Meskipun jabatan presiden adalah hak setiap warga Negara menurut Undang-undang dasar 1945, tetapi hal itu adalah gambaran peta politik yang timpang, tidak menggambarkan keadilan dimana minoritas sebagai penguasa dikhawatirkan timbulnya kerawanan, dan seandainya keadaan terjadi seperti itu, maka Gus-Dur-lah orang yang paling bertanggung jawab. Biarlah orang-orang Kristen memperjungkan hak-haknya, artinya Gus-Dur sebagai ketua PBNU jangan mencalonkan Moerdani sebagai presiden RI. Pelanggaran-Pelanggaran terhadap khitthah 1926 dan ketidak mampuannya menjaga muru'ah sebagai ketua umum PBNU harus segera dihentikan. Dan jika peringatan atau nasehat saya ini tidak dihiraukan Gus-Dur, maka akhirnya saya mampu mengucap:
إِذَا لَمْ تَسْتَحِي فَاصْنَعْ مَاشِئْتَ رواه البخاري
"Jikalau tak puya malu, maka berbuatlah sehendakmu"(HR. Bukhori)
Jika semua ini benar dan tidak segera di atasi, maka cepat atau lambat NU akan berubah arah tujuan dan kemudian lepas dari aslinya, dan disanalah letak kehancurannya "Na'udzubillah min dzalik"

Kritik Terhadap Sa'id Aqil
Sesungguhnya kritikan, kecaman, penghinaan terhadap Khalifah Utsman RA itu semenjak dulu sudah dilakukan oleh golongan Saba'iyah di bawah pimpinan Abdullah bin Saba' dan golongan Syi'ah. Apalagi Sa'id Aqil mengatakan dalam makalahnya: bahwa Abdullah bin Saba' adalah tidak hanya dibuat kambing hitam oleh sejarah atas dasar keterangan dari Dr. Thoha Husain dll nya. Padahal sebenarnya pegingkaran terhadap keberadaan Abdullah bin Saba' tak ubahnya sama dengan mengingkari wujudnya matahari, tak seorangpun ahli sejarah masa lalu baik dari kalangan Syi'ah atau Ahlussunnah wal Jama'ah mengingkari kehadiran Abdullah bin Saba' dalam proses sejarah yang panjang. Siapakah yang lebih tahu tentang hakikat keberadan Ibnu Saba', apakah ulama masa lalu atau masa kini yang lebih tahu? Bukankah ulama' Syi'ah sendiri yang namanya Abu Ishaq bin Muhammad Ats-tsaqofi Al-kufi telah mengakui adanya Abdullah bin Saba', sebagaimana dijelaskan dalam kitabnya al-Ghaarat jilid 1 halaman 302-303, kitab ini ditulis pada tahun 250 H dan an-Naubakhti wafat tahun 288 H dalam kitabnya Firoqus Syi'ah, kemudian disusul oleh Ibnu Abil Khadid dalam Nahjul Balaqhoh-nya dan al-Hulli dalam Khulashohnya dan kitab-kitab yang lain, demikian pula dari kalangan Ahlussunnah wal Jama'ah diantaranya adalah ath-Thobari, Ibnul Atsir, Ibnu Katsir, Ibnu Kholdun dan banyak lagi yang lain. Paham pengingkaran atas adanya Ibnu Saba' adalah upaya jaringan-jaringan Yahudi dalam rangka melepaskan diri dari keterlibatannya sebagai pelopor penghancuran terhadap Islam dan umat Islam.
Para ulama dan hadirin yang saya hormati, karena waktu sangat terbatas, kiranya tidak patut jika saya memperpanjang pembahasan pokok makalah, tetapi hanya sebagian yang penting yang insya Allah akan saya sampaikan, maka saya akan mencoba menolak fitnah yang dialamatkan kepada sayyidina Utsman dan shahabat Marwan bin Hakam dan Amar bin Yasir.
Marilah kita simak bersama, apakah kecaman dan hinaan terhadap khalifah Utsman itu benar? Apakah benar khalifah Utsman membagi-bagikan pengurusan wilayah-wilayah kepada keluarganya? Ataukah tuduhan dan kecaman itu sekedar buatan kaum Saba'iyah yang mereka ada-adakan guna mendorong orang lain untuk beroposisi yang kemudian memberontak dan selanjutnya membunuh khalifah?
Ahli sejarah kaum Syi'ah al-Ya'qubi menyatakan: bahwa khalifah Utsman dibenci orang adalah karena mengutamakan keluarga dalam pengangkatan Gubenur wilayah, kemudian Al-Ya'qubi sendiri membuat perincian wilayah-wilayah dengan Gubenur masing-masing, dan ternyata dapat kita lihat bahwa sebagian besar yang diangkat oleh khalifah Utsman adalah bukan dari keluarga khalifah Utsman, maka marilah kita lihat keterangan Al-Ya'qubi di bawah ini sebagai berikut:
Ya'la bin Mun-yah at-Tamimi untuk Yaman.
Abdullah bin Amr al-Hadlromi untuk Makkah .
Jarir bin Abdullah al-Bajali untuk Hamdan .
Al-Qosim bin Robi'ah ats-Tsaqofi untuk Thoif.
Abu Musa al-Asy'ari untuk Kufah.
Abdullah bin 'Amir bin Kariz untuk Bashrah.
Abdullah bin Sa'ad bin Abi Saroh untuk Mesir.
Mu'awiyyah bin Abi Sofyan di Syam.
Sejarawan terkenal ath-Thobari dan Ibnul Atsir menambahkan nama-nama Gubernur untuk daerah lainnya serta para pemangku jabatan tinggi Negara yang diangkat oleh khalifah Utsman RA sebagai berikut:
Untuk Hims Abdurrahman bin Kholid bin Walid.
Untuk Qinnasrin Habib bin Maslamah.
Untuk Palestina 'Alqomah bin Hakim al-Kanani
Untuk Yordania Abul A'war as-Salami.
Untuk Laut Merah Utara Abdullah bin Qois al-Fazari.
Untuk Azerbajian al-Asy'ats bin Qois al-Kindi.
Untuk Hulwan Utaibah bin an-Nahhas.
Untuk Mah Malik bin Habib.
Untuk Roy Sa'id bin Qois.
Untuk Asbahan as-Saib bin Aqra'.
Untuk Masabdzan Hubaisy.
Untuk Qorqisia Jarir bin Abdullah.
Kemudian jabatan tinggi Negara yang lain adalah:
Pengadilan: Zaid bin Tsabit
Baitul mal : 'Uqbah bin Amir
Urusan jizyah dan pajak: Jabir bin Fulan al-Mazani
Pertahanan dan peperangan: al-Qo'qo' bin 'Amr
Pimpinan haji : Abdullah bin Abbas.
Kepala polisi : Abdullah Qunfudz
Jadi hanya tiga keluarga Utsman yang menjadi Gubernur dari 20 Gubernur dan 6 jabatan tinggi Negara, itu saja hanya 2 Gubernur yang dilantik oleh khalifah Utsman, yaitu yang untuk Bashroh dan Mesir, sedang yang satu yaitu untuk Muawiyyah di Syam dilantik oleh khalifah sebelum Sayyidina Utsman menjabat sebagai khalifah.
Kemudian apakah pengangkatan 2 Gubernur itu cukup menjadi alasan untuk mencela dan mengecam kepada khalifah Utsman? Sebagaimana dilakukan oleh golongan Saba'iyah, Syi'ah, dan Sa'id Aqil serta orang yang mengikutinya, mengekor mereka. Apakah haram menurut syari'ah seorang khalifah mengangkat salah satu keluarga yang dipandang ahli dalam jabatannya, hanya karena ia salah satu dari keluarganya? Jawabanya hanyalah satu, "tidak haram".
Jika hal itu dapat dijadikan alasan untuk mengecam khalifah Utsman, mengapa kaum Syi'ah dan penulis makalah diam membisu tanpa komentar apalagi mengecam ketika khalifah Ali mengangkat Qustam bin Abbas (pernah menjabat pimpinan haji tahun 37 H) sebagai Gubernur di Makkah, dan mengangkat Abdullah bin Abbas sebagai Gubernur di Yaman (al-Ya'qubi juz 2 halaman 179), dan Muhammad bin Abu Bakar (anak tiri Sayyidina Ali) untuk Mesir, Ya'ad Ibnu Hubairoh (putra saudara perempuan sayyidina Ali bin Abi Thalib yang bernama Ummu Hani') sebagai Gubernur di Kharasa, dan mengangkat Muhammad Ibnu Hanafiyah sebagai panglima. Mengapa kalian diam membisu, padahal khalifah Ali banyak mengangkat keluarganya?.
Dengan penjelasan-penjelasan tersebut di atas, maka keterangan dan memutarbalikkan fakta yang dipropagandakan lingkaran setan yang dibuat oleh mereka, mereka adalah bohong dan dusta serta merupakan fitnah yang keji terhadap khalifah Utsman RA.
Marwan bin Hakam RA: ia adalah sasaran kecaman dan pusat caci maki yang dilontarkan oleh golongan Saba'iyah dan Syi'ah. Tuduhan dan kecaman yang paling bayak dilontarkan kepadanya antara lain: diangkatnya Marwan bin Hakam oleh khalifah Utsman sebagai sekretarisnya, penguasa seperlima harta rampasan perang di Afrika, surat Marwan bin Hakam yang isinya perintah untuk membunuh pemberontak yang dari Mesir, dan dikembalikannya Marwan bin Hakam ke Madinah dari tempat pembuangan di Thoif oleh khalifah Utsman.
Saya insya Allah dalam pertemuan hari ini akan memberikan jawaban satu persatu berdasarkan dari keterangan-keterangan ulama: tentang perizinan bagi Marwan bin Hakam meninggalkan tempat pembuangannya di Thoif, kemudian pindah ke Madinah. Maka hal itu sepanjang kenyataanya: bahwa Nabi Muhammad SAW pada saat-saat terakhir telah mengizinkan kembalinya shahabat Marwan ke Madinah atas usul permohonan sayyidina Utsman, namun beliau mendadak wafat sebelum terlaksana pemindahan Marwan ke Madinah. Perizinan itu didengar dan diterima langsung oleh sayyidina Utsman.
Jikalau pada saat sayyidina Abu Bakar menjadi khalifah menolak kembalinya Marwan ke Madinah demikian pula khalifah Umar, maka hal itu sesuai dengan ketentuan syariat Islam: bahwa kesaksian satu orang itu tidak diterima. Tetapi pada saat sayyidina Utsman menjabat sebagai khalifah dan beliau yakin sepenuhnya bahwa perizinan itu sungguh telah diberikan oleh Nabi Muhammad SAW, maka khalifah Utsman melaksanakan (artinya beliau tidak salah), (dari kitab ath-Thobari fi Manaqibil 'Asyroh).
Tentang harta rampasan perang di Afrika yang dikatakan dijual dengan harga tidak layak kepada shahabat Marwan bin Hakam yakni sejumlah 500.000 dinar, maka sebenarnya adalah sebagai berikut: Dari rampasan perang yang bersifat emas, perak, mata uang, panglima Abdullah bin Abi Saroh mengeluarkan khumus (seperlima) yaitu sebesar 500.000 dinar, karena khumus merupakan hak baitul mal, maka jumlah itu dikirimkan panglima kepada khalifah Utsman di Madinah. Kemudian khalifah menyerahkan kepada baitul mal. Masih adalagi khumus dari harta rampasan perang yakni seperlima dari peralatan dan seperlima dari jumlah ternak hewan. Maka jumlah seperlima dari jumlah benda dan ternak itu sulit diangkut karena jauhnya jarak, maka jumlah itulah yang dijual pada shahabat Marwan bin Hakam dengan harga 100.000 dirham, dan merupakan hak baitul mal di Madinah, kemudian empat seperlima dari harta rampasan perang itu dibagi-bagikan kepada anggota pasukan yang ikut dalam perang, karena itu adalah hak mereka.
Tentang surat Ibnu Khaldun mengatakan, mereka (kaum pemberontak dari Kufah, Bashrah, Mesir) berangkat meninggalkan Madinah tetapi tidak lama kemudian mereka kembali lagi dengan membawa surat yang dipalsukan yang mereka katakan: bahwa mereka mendapatkannya dari tangan pembawanya untuk di sampaikan kepada Gubernur Mesir, sedang surat itu berisikan perintah membunuh pemberontak. Khalifah Utsman bersumpah ia tidak tahu-menahu tentang surat yang dimaksud, mereka berkata kepada khalifah: berilah kuasa kepada kami untuk bertindak terhadap Marwan bin Hakam, sebab ia adalah sekretaris Anda. Tetapi Marwan bersumpah bahwa ia tidak melakukannya, ia berkata: tidak ada dalam hukum Lebih dari pada ucapan saya (Ibnu Khaldun hal 135).
Jauh sebelum itu, sayyidina Ali telah mengatakan: bahwa surat itu hanya karangan belaka yang diada-adakan, beliau mengatakan: bagaimana kalian wahai ahli Kufah dan ahli Basroh dapat mengetahui apa yang dialami ahli Mesir, padahal kalian telah menempuh jarak beberapa marhalah dalam perjalanan pulang, tetapi kemudian kalian berbalik menuju Madinah, demi Allah persengkokolan ini diputuskan di Madinah, mereka menjawab: terserah bagaimana kalian menanggapi, kami tidak membutuhkan orang itu biarkanlah ia meninggalkan kami (Ath-Thabari juz 11 hal 150).
Sedangkan analisisnya apakah mungkin orang seperti shahabat Marwan bin Hakam menjadi sekretaris khalifah Utsman jika dianggap orang yang tidak baik tanpa mendapat reaksi tokoh-tokoh shahabat, seperti sayyidina Ali bin Abi Tholib pahlawan perang Khaibar, Sa'ad bin Abi Waqqos, penakluk Persia termasuk sepuluh orang yang dijamin masuk surga, Tolhah Ibnu Ubaidillah yang menjadi perisai Rasulullah SAW di perang Uhud dan lain-lainnya, jawabannya: tidak mungkin. Padahal kenyataan sejarah membuktikan mereka tokoh-tokoh shahabat sama sekali tidak memberikan reaksi bahkan tidak protes sama sekali.
Oleh karena itu cerita buruk tentang shahabat Marwan bin Hakam adalah Isu, fitnah yang di hembuskan oleh kaum Saba'iyah dan Syi'ah. Bukankah Romlah bin Ali dikawinkan mendapatkan anak shahabat Marwan bin Hakam yang bernama Muawiyyah bin Marwan bin Hakam, bukankah putra Hasan yang kedua (Hasan bin Hasan bin Ali) telah dikawinkan mendapat cucu Marwan bin Hakam yaitu Walid bin Abdul malik bin Marwan, seandainya Marwan bin Hakam betul-betul orang jelek, saya kira tidak bakal terjadi hubungan kekeluargaan (besanan) antara sayyidina Ali dengan shahabat Marwan.
Oleh karena itu, Ibnul Arobi, Ibnu Hajar, Ibnu Taimiyah, adz-Dzahabi dan lain-lainnya mengata-kan: Bahwa riwayat-riwayat tentang peristiwa-peristiwa itu saling bertentangan dan sedikitpun tidak dapat dipakai sebagai dalil yang sohih (al-Awashim hal 100, as-Shawa'iq hal 68, Minhajus Sunnah juz III hal 192)
Sehubungan dengan itu, para ulama hadits ketika membaca riwayat palsu menjelaskan bahwa kebanyakan riwayat mengenai kecaman terhadap shahabat Mu'awiyah, Amr Ibnul 'Ash dan Bani Umayyah, begitu pula kecaman terhadap Walid bin Uqbah dan Marwan bin Hakam, adalah riwayat palsu dan dusta yang dibuat serta yang diada-adakan oleh golongan pendusta yang menjadi kebohongan dan kedustaan sebagai agama mereka. Demikian menurut Ibnul Qoyyum dan lain-lainnya.
Tentang Ammar bin Yasir yang dituduh menghembuskan sikap anti khalifah, memompakan semangat memberontak oleh Said Aqil. Jawabannya: sungguh saya amat sangat terkejut pada saat saya membacanya, sungguh kejam apa yang dituduhkan kepadanya, bukankah dia putra Yasir? Bukankah Nabi Muhammad SAW telah memberikan jaminan sebagai penghuni surga kepada Yasir dan keluarganya? (shobron yaa ala Yasir inna mau'idakum al-jannah) Artinya: sabarlah wahai keluarga Yasir sesungguhnya janji kalian di surga.
Memang telah terjadi perselisihan antara Ammar dengan khalifah Utsman akan tetapi perselisihannya tidak sampai memompakan semangat memberontak. Buktinya, pada saat pembangkang bersenjata mengepung rumah khalifah Utsman dan mereka menghalang-halangi masuknya air dirumah Khalifah, maka marahnya Ammar dan berteriak sambil berkata: maha suci Allah, akankah kalian menghalangi air kepada orang yang membeli sumur Raumah dan memberikannya kepada kaum muslimin.
Kemudian Ammar membawa air itu sendiri tanpa mendapat halangan dari mereka, karena mereka takut, segan dengan sebab kebesarannya. Jadi perselisihan tokoh-tokoh shahabat terhadap sayyidina Utsman tidak bakal mendorong mereka untuk berontak sebab mereka telah mewarisi ukhuwwah Islamiyah yang ditanamkan Nabi Muhammad SAW kepada mereka. Sa'id Aqil gegabah menuduh shahabat Ammar bin Yasir rodliallahuanhuma sebagai pemompa semangat memberontak, bahkan melakukan penghinaan terhadap shahabat Utsman RA. Lebih jauh Said Aqil menuduh bahwa runtuhnya khalifah Utsman dan akhirnya menjadi bencana bagi Islam adalah disebabkan adanya kelompok-kelompok munafiqin yang sebagian besar dari Bani Umayyah. Sungguh semua tuduhan tersebut adalah palsu dan penuh kebohongan terhadap mereka. Pernahkah Allah SWT dan Rasul-Nya serta tokoh-tokoh shahabat menuduh mereka seperti yang dilakukan oleh Said Aqil? Bukankah Allah SWT dengan firman-Nya yang indah telah berjanji memberikan pahala yang baik terhadap mereka yang dalam kategori shahabat serta yang lain jika perilakunya sama dengan shahabat-shahabat Nabi Muhammad SAW.
   •                          
"Tidak sama diantara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Makkah). Mereka lebih tingi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hadid: 10 )
Bahwa ayat ini adalah sekaligus menolak tuduhan palsu Saudara Sa'id Aqil kepada penduduk Makkah (bukan karena Allah), tapi karena slogan yang digunakan oleh Abu Bakar di Bani Tsaqifah al-Aimmatu Min Quraisy (halaman tiga makalah Sa'id Aqil).
Sungguh ini adalah su'udhon terburuk terhadap shahabat-shahabat Nabi Muhammad SAW sepanjang sejarah NU dan musibah berat bagi NU, seterusnya akan berubah menjadi malapetaka bagi NU dan warga NU. Oleh karena itu, semua ini harus dihentikan tidak boleh terus berkepanjangan. Bukankah shahabat Utsman RA dan Ammar bin Yasir RA termasuk arti makna kandungan firman Allah:
 •     •         •           
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar". (QS. At-Taubah: 100 )
Bukankah beliau (Utsman RA) kawan Nabi Muhammad SAW di surga sebagaimana di sabdakan oleh Nabi Muhammad SAW:
لِكُلِّ نَبِىٍّ رَفِيْقٌ وَرَفِيْقِيْ – يعنى في الجنة – عثمان
Mengapa Sa'id Aqil dengan lancang menghina shahabat Utsman? Dan secara serampangan menuduh shahabat Ammar sebagai pelopor pemberontakan terhadap khalifah Utsman.
مَنْ عَادَى عَمَّارًَا عَادَاهُ اْللهُ – وَمَنْ أبْغَضَ عَمَّارًا أبْغَضَهُ اللهُ
"Barangsiapa yang memusuhi Ammar, maka Allah memusuhinya dan barangsiapa yang membenci Ammar, maka Allah membecinya".
Betapa indahnya Allah menyampaikan perihal mereka dalam Ayat-Ayat tersebut dan Ayat-Ayat yang lain dan sebaliknya betapa buruknya kata-kata yang keluar dari mulut Sa'id Aqil terhadap mereka.
Bukankah Nabi Muhammad SAW bersabda :
لاََتََسُبُّوْا أصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ اَحَدَكُمْ اَنْفَقَ مِثلَ اُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ اَحَدِهِمْ
"Jangan kalian mencaci-maki Shahabat-Shahabatku, maka jika seandainya salah satu orang diantara kalian menginfaqkan emas sebesar gunung Uhud, maka pahalanya tidak akan sampai satu mud dibanding dengan pahala mereka".
Betapa besar penghargaan Nabi Muhammad terhadap Ammar dan jasa mereka dan dalam hadits ini Nabi Muhammad juga secara langsung memperingatkan dengan keras kepada generasi sesudah shahabat agar mereka hati-hati, tidak asal bicara, apalagi sampai menuduh, menghina, dan mencaci maki terhadap shahabat dan Nabi Muhammad SAW.
Disini saya yang dlaif, penuh kekurangan sudah memperingatkan dan menasehati semua pihak khususnya pada Sa'id Aqil agar jangan gegabah terhadap shahabat Nabi Muhammad SAW dan jika tidak menghiraukan maka saya terpaksa mengatakan:
لعْنَةُ اللهِ عَلَى شرِّكُمْ
"Semoga Allah melaknat kejahatan kalian"
Sungguh masih banyak hal-hal yang penting untuk dikemukakan dalam masalah Gus-Dur dan Sa'id Aqil, tetapi sekali lagi waktu sangat terbatas sekali. Oleh karena itu penjelasan dan penolakan kami akhiri sekian saja dan mohon maaf.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Lasem, 14 Rajab 1416 H
7 Desember 1995 M

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Wahdah
Lasem Rembang Jawa Tengah

KH. Abdul Hamid Baidlowi






السَّلام عَليكم ورَحمة الله وبَرَكاته
الحَمد للهِ رَبّ العالمَين , والصّلاَة والسَّلام عَلى سَيّدِنا مُحمّد المرسَلين , وَ على آله وَأصحابِه أجْمعين , أمّا بعدُ:

I. MUQODDIMAH
Pada awal makalah saya ini, marilah kita memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan segenap rahmat dan karunia-Nya kepada kita. Shalawat Salam semoga tetap tercurah kepada junjungan nabi Muhammad SAW. Yang membawa petunjuk dan rahmat bagi seluruh ummat manusia. Semoga shalawat dan salam juga terlimpahkan kepada para keluarga, shahabat beliau yang suci dan berbakti.
Peserta halaqoh yang saya hormati, sudah kita pahami bersama bahwa sejak awal perkembangan-nya Islam mendapat reaksi keras dari pihak-pihak yang dengki karenanya. Diawali dari reaksi kedengkian kaum kafirin dan musyrikin terutama kaum Yahudi yang menetap didataran Arab, diteruskan kaum Majusi. Tujuan reaksi mereka adalah untuk membendung arus perluasan ajaran Islam. Meskipun kenyataan menunjukkan bahwa segala upaya mereka mengalami kegagalan, mereka tak pernah putus semangat untuk mewujudkan sikap dengkinya kepada Islam.
Adalah Abdullah bin Saba' seorang keturunan Yahudi beserta kelompoknya yang pertama kali mengubah taktik dan siasat dengan berpura-pura memeluk Islam tetapi hatinya sangat membenci dan ingkar terhadap kebenaran. Mereka menggunakan istilah-istilah Islam sebagai kedok untuk kepentingan-kepetingan tertentu. Dengan demikian mereka tidak kesulitan dalam usaha menjerumuskan putra-putri Islam, terutama mereka yang masih dangkal pengetahuannya tentang aqidah Islam dan ajaran-ajarannya yang murni dan benar.
Mereka memproklamirkan diri dengan membentuk golongan tersendiri di dalam tubuh kaum muslimin dengan maksud menciptakan suasana disintegrasi dengan memasukkan kebatilan-kebatilan dalam ajaran agama Islam. Mereka menanamkan diri sebagai kelompok Syi'ah yang memihak kepada Ali bin Abi Thalib untuk sekedar dijadikan tameng pelindung kebusukannya. Padahal Ali sendiri tidak pernah memberi restu dan dukungan terhadap tingkah mereka. Bahkan saat menjadi Khalifah, beliau sangat mengecam dan mengancam tingkah laku tersebut.
Para peserta halaqoh yang saya hormati, upaya baja kelompok Syi'ah untuk memecah belah umat Islam, dan menjauhkan Islam dari ajaran-ajaran yang benar dengan mengganti ide-ide keji yang telah direncanakan dan ditata rapi masih terus dilakukan sampai akhir abad ini. Tak luput dari Nahdlatul Ulama yang Ahlussunnah wal Jamaah, berusaha dirobek-robek aqidah keimanannya dengan berbagai cara. Sementara, hanya sedikit dari kita yang menyadarinya. Dan lebih sedikit lagi dari kita yang dengan nyata melakukan upaya penanggulangannya. Untuk itu pada kesempatan ini saya sampaikan salut dan bangga atas kejelian dan keberanian IPNU Cabang Jombang dalam upaya menyelamatkan ajaran Islam dari racun-racun ajaran Syi'ah. Semoga langkah IPNU Jombang ini mampu jadi teladan dalam memerangi ajaran Syi'ah.
Untuk itulah dalam kesempatan ini saya Insya Allah akan menyampaikan pokok-pokok masalah yang berkaitan dengan bahanya ajaran-ajaran Syi'ah yang sesat dan menyesatkan, upaya-upaya yang telah mereka lakukan untuk merobek-robek aqidah keimanan Jamaah Nahdlatul Ulama di penghujung abad ini sekaligus secara implicit Insya Allah saya sisipkan siasat untuk menghadapi bahaya Syi'ah. Semoga Allah SWT. Memberikan kekuatan kepada saya untuk semua.

II. BAHAYA SYI'AH I
Keyakinan Syi'ah dan Pernyataan Mereka Tentang Kekafiran Istri-istri Nabi Muhammad SAW. Dan Para Shahabatnya.
Baik, saya nukilkan untuk para peserta halaqoh pernyataan sebagian tokoh Syi'ah dari kitab–kitab induk mereka, sambil memohon ampun kehadirat Allah Azza wajalla sekedar untuk maksud memberikan bukti untuk kesesatan dan kedustaan golongan Syi'ah.
1. Al-Majlisi dalam kitabnya Hayatul Qulub juz dua, halaman 700 cetakan Teheran, mengatakan "Sungguh al-'Iayyasy dengan sanad yang muktabar dari Asshodiq as. Bahwa Aisyah dan Hafsoh (istri-istri Nabi) kedua dilaknat Allah begitu pula kedua ayahnya, karena kedua wanita tersebut telah membunuh nabi Muhammad saw. Dengan racun yang diminumkan beliau.
2. Muhammad Baqir Al-Majlisi dalam kitabnya Haqqul Yaqin mengatakan, "kepercayaan kami tentang tabarru' (lepas diri) adalah bahwa kami berlepas diri dari empat berhala: Abu Bakar, Umar, Ustman, Muawwiyah, serta empat wanita yaitu Aisyah, Hafsoh, Hindun, Ummu Hakam, serta semua pengikut dan golongan mereka. Mereka adalah makhluk Allah yang paling jahat di atas permukakan bumi. Sesungguhnya tidak sempurna iman seseorang terhadap Allah kecuali ia melepaskan diri dari musuh-musuh-Nya.
3. Al-Khulaini dalam kitabnya Arroudhoh Minal Kaafi juz 8, halaman 245, mengatakan "para shahabat setelah Nabi wafat kesemuanya murtad kecuali tiga orang yaitu Al-Miqdad Ibnul Aswad, Abu Dzar Al-Ghifari dan Salman Al-Farisi".
4. Ahli hadits golongan Syi'ah Husain bin Abdus Shomad Al-Amini dalam kitabnya Al-Ahya ila Wusulil Ahbar halaman 164 cetakan Qum Iran, mengatakan "kami mendekatkan diri kepada Allah dan Rasulnya dengan cara membenci dan mencaci para shahabat-shahabat Nabi".
5. Bahkan golongan Syi'ah mengkafirkan siapapun yang tidak se-ide dengan mereka dan yang tidak membenarkan kepercayaan mereka serta siapapun yang tidak tunduk kepada mereka walaupun mereka sujud sampai patah batang lehernya. Demikian keterangan Ibnu Babawayh dalam kitab Al-Khisol juz 1, halaman 41 dan Al-Kaafi juz 1, halaman 437.
6. Al-Kulaini dalam kitabnya Al Kaafi juz 1 halaman 181-187, mengatakan bahwa barang siapa mengingkari imam-imam Syi'ah (yang dua belas) berarti mengingkari Allah SWT. Dan Rasul-Nya.
Demikian kepercayaan golongan Syi'ah sejak awal tumbuhnya yang dipelopori Abdullah bin Saba' hingga kini yaitu suatu kepercayaan dan keyakinan yang sudah diatur, diolah, dimasak, digodog oleh golongan Yahudi. Kemudian keyakinan itu dijadikan agama oleh golongan Syi'ah, suatu agama yang penuh dengan caci maki. Itupun mereka belum puas. Mereka dengan gila dan membabi buta mengkafirkan dan memurtadkan istri-istri Nabi SAW dan hampir seluruh shahabat Nabi. Kesesatan golongan Syi'ah lebih tidak terkendali lagi dengan mengatakan bahwa umat Islam yang cinta kepada para shahabat Nabi kafir hukumnya.
Peserta halaqoh yang terhormat, demikianlah sikap dan perilaku golongan Syi'ah yang sadis terhadap istri-istri Nabi dan para shahabatnya. Mereka sudah tidak mempedulikan nash-nash Al-Quran, dan tidak menghiraukan sunnah Nabi SAW. Mereka mencoba menghancurkan agama Islam dengan menghancurkan generasi pertama setelah Nabi, bahkan berkeinginan memporak-porandakan Islam secara total. Mereka berselimut kebatilan, kebohongan dan kedustaan bukan dengan kebenaran, kejujuran dan keadilan.
Jika kita mau berfikir bahwa tiga shahabat Nabi yang tidak murtad yang sebagaimana tokoh mereka, sungguh ini merupakan tuduhan yang palsu dan sekaligus penghinaan kepada Nabi SAW. Bagaimana mereka tidak menghina padahal selama kurang lebih dua pulah tiga tahun Nabi berdakwah dan berjuang, maha guru manakah yang mengungguli Nabi. Sungguh kalimat-kalimat kufur telah berhamburan dari mulut mereka.
Wal Iyadzu billah........ !
Sekarang giliran saya sampaikan penghinaan dan tuduhan palsu Khumaini (tokoh Iran yang menjadi kebanggaan Gus-Dur) terhadap Nabi SAW. Para shahabat Nabi dan Al-Quran. Untuk lebih jelasnya Insya Allah akan saya sampaikan kepada peserta halaqoh, warga NU dan kaum muslimin pada umumnya kepercayaan Khumaini terhadap hal tersebut di atas.
1. Khumaini dalam kitab Kasful Asror juz 4, halaman 114, mengatakan "Himmah para shahabat Nabi SAW. Tiada lain kecuali dunia yang mereka cari dan kekuasaan yang menjadi ambisi meraka, bukan Islam dan Al-Quran tujuan mereka. Merekalah yang menjadikan Al-Quran semata-mata sebagai alat buruk mereka. Mereka dengan mudah membuang dan mengubah ayat-ayat Al-Quran kemudian menghapus dari pandangan manusia untuk selama-lamanya. Sehingga kehinaan Al-Quran dan kaum muslimin berkepanjangan sampai hari kiamat. Tuduhan perubahan kitab Taurat dan Injil kepada orang Yahudi dan Kristen sesungguhnya menjadi ketetapan atas mereka". Demikianlah Khumaini dengan lantang mengatakan kepercayaanya bahwa shahabat itu adalah jahat dan durhaka, bertujuan hanya mencari dunia serta rakus lagi pula haus kekuasaan, mereka mengubah Al-Quran dan membuang ayat-ayatnya yang mengakibatkan hilangnya Al-Quran yang asli dari pandangan manusia. Bahwa Khumaini dengan tegas membela orang Yahudi dan Nasrani dengan mengatakan bukan kitab Taurat dan Injil yang diubah justru Al-Quran yang telah diubah oleh shahabat Nabi.
Peserta halaqoh yang terhormat, adakah sesuatu keraguan bahwa apa yang dikatakan Khumaini itu adalah kesesatan dan kekafiran yang nyata. Dan orang macam Khumaini inilah yang menjadi idola Gus-Dur tanpa malu memberikan gelar kepada Khumaini waliyullah terbesar abad ini. Padahal Allah SWT. Sebagaimana difirmankan di dalam Al-Quran sebagai berikut:
               
Artinya:
"Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah mereka adalah orang-orang yang tidak takut dalam memperjuangkan dalam membela agama Allah SWT. Dan mereka adalah orang-orang yang tidak sedih dihadapan Allah SWT. (siapa) yaitu orang-orang yang beriman dengan sempurna dan bertaqwa kepada Allah SWT."
Ketika terjadi dialog di Genggong, Gus-Dur ditanya oleh K.H. Bashori Alwi "Apa alasan Gus-Dur mengatakan Khumaini waliyullah terbesar abad ini? "Gus Dur mengelak dan tidak mengakui serta mengatakan itu salah kutip wartawan (Gus-Dur mengelak rupa-rupanya dalam melaksanakan ajaran taqiyah dari Syi'ah). Kemudian K.H. Bashori Alwi mengejar dengan bantahan "Itu bukan masalah salah kutip wartawan tetapi saya mendengar langsung dari Gus-Dur". Dalam keadaan terjepit Gus-Dur terpaksa menjawab "yang saya maksudkan Khumaini waliyullah terbesar abad ini adalah Khumaini melawan kedloliman Syah Iran. Jadi pengertian Gus-Dur mengenai waliyullah bertentangan dengan penjelasan Allah SWT. Dalam firman-Nya sebagaimana tersebut di atas. Dengan demikian Gus-Dur dikawatirkan terlibat dengan sarekat-Nya Allah SWT. Dan yang sependapat dengan Gus-Dur dalam hal tersebut dikawatirkan menjadi orang musrik khofi (samar).
Apa yang mendorong Gus-Dur memberi gelar seperti itu? Bukankah itu berarti Gus-Dur telah mengembangkan Syi'ah dengan melalui figur Khumaini yang keyakinannya sesat. Bukan dengan pemberian gelar tersebut agar maksud tersembunyi agar warga NU dan umat Islam mencintai Khumaini yang kemudian diharapkan mereka tersesat masuk ke dalam Syi'ah. Lingkaran setan mana yang telah menjerumuskan Gus-Dur sehingga ia bertindak seperti itu.
2. Selanjutnya Khumaini tidak segan menuduh nabi Muhammad SAW. Dengan tuduhan yang penuh degan kebohongan dan kepalsuan sebagai berikut:
"Dan telah menjadi kenyataan bahwa jika nabi Muhammad SAW. Benar menyampaikan perintah mengenai imamah sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT. Dan berupaya untuk hal itu niscaya tidak timbul semua perselisian, pertentangan, peperangan di negara-negara Islam, dan tidak akan timbul dalam pokok agama maupun cabangnya" (Kasful Asror halaman 55). Di sini Khumaini dengan tegas menuduh Nabi SAW. Adalah sumber perpecahan, pebedaan, pertenta-ngan dan peperangan di kalangan umat Islam"
Peserta halaqoh yang terhormat, betapa kejamnya Khumaini dan demikianlah lagu irama orang-orang Syi'ah. Jika Kumaini menuduh Nabi SAW. Dengan penuh kebohongan maka Said Aqil pun pernah menuduh Nabi SAW. Dengan penuh kepalsuan. Dengan bukti ucapan Said Aqil bahwa Nabi Muhammad SAW. Di dalam meredam kesukuan (qobilah) tidak tuntas. Sungguh ini merupakan penghinaan yang kejam Said Aqil terhadap Nabi Muhammad SAW. Yang jelas-jelas bertentangan dengan nash Al-Qur'an:
                  •           
Artinya:
"Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hati kamu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya, demikain Allah menerangkan ayat-ayatnya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk" (Surat Ali Imron ayat 103).
Di sini jelas bahwa ucapan Sa'id Aqil di atas bertentangan dengan nash Al-Quran yang shorih karenanya ucapan tersebut kufur hukumnya. Hal itu sama dengan pada saat Said Aqil menvonis Nabi "Kalau itu (Hadist Turmudzi) shohih dan memang 73 golongan terjadi persis jelas Rosulullah salah" (Aula, April 1996, hal. 73). Pantaskah itu diucapkan olah seorang muslim? Pantaskah ucapan itu dilontarkan oleh orang yang konon kabarnya lulusan Ummul Quro (Mekkah) yang merupakan kota pusat lahirnya Islam pertama kali?
Dan juga firman Allah surat Al-Ahzab ayat 6:
•       •
Artinya:
"Nabi itu (sebenarnya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka (orang-orang mukmin)".
Kemudian surat Al-Ahzab ayat 32:
 • •    
Artinya:
"Hai istri-istri nabi, kamu sekalian tidak sama dengan wanita lain".
Inilah ayat-ayat yang membuktikan kesucian para istri Nabi SAW. Dan satu lagi hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori "pada saat Nabi masuk di kamar Saidah Aisyah, Nabi mengucapkan Assalamu'alaikum ahlal baiti warohmatullah kemudian dijawab Saidah Aisyah Wa'alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh".
Tuduhan-tuduhan golongan Syi'ah yang keji terhadap para Shahabat Nabi sangatlah bertentangan dengan nash al-Qur'an antara lain:
1. Surat Ali Imron 191:
                   • 
Artinya:
"Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata "Ya Tuhan kami tidaklah engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka".
2. Surat As-Sajdah ayat 16:
           

Artinya:
"Lambung mereka jauh dari tempat mereka berbaring, sedang mereka berdoa kepada Tuhan mereka dengan penuh rasa takut dan penuh harap dan mereka menafaqohkan sebagian rezki mereka yang kami berikan kepada mereka".
3. Surat Al-Hadid ayat 10:
   •                         
Artinya:
"Tidak sama diantara kamu orang-orang yang menafaqohkan hartanya dan berperang sebelum menaklukkan (Makkah) derajat mereka lebih tinggi dari orang yang menafaqohkan harta mereka dan berperang sesudah itu (penaklukan Makkah). Allah menjanjikan masing-masing diri mereka pahala yang baik dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan".
4. Surat Al-Anfal ayat 74:
         •       •   

Artinya:
"Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dan memberikan tempat tinggal dan pertolongan (kepada orang-orang yang hijrah) mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia".
5. Surat At-taubah ayat 100:
 •     •         •           
Artinya:
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar".
3. Khumaini mengatakan "Sesungguhnya Al-Imam mempunyai kedudukan yang mulia dan derajat yang agung dan kekuasaan yang alamiah di mana semua unsur alam tunduk pada imam dan telah menjadi ketetapan kami, bahwa imam-imam kami itu mempunyai kedudukan pangkat yang tiada dapat dicapai oleh malaikat yang dekat dengan Allah maupun utusan Allah" (Al Hukumatul Islamiyah halaman 52).
Di sini kembali Khumaini menghina Rasulullah SAW. Dengan meletakkan derajat Nabi di bawah imam-imam Syi'ah maupun derajat para malaikat yang dekat dengan Allah SWT. Dan paling tinggi Khumaini meletakkan derajat Nabi SAW. Di urutan yang ke empat belas. Sedangkan Arswendo Atmowiloto yang meletakkan nabi Muhammad SAW. Pada urutan ke sebelas tokoh-tokoh populer dunia itu saja mengakibatkan tabloitnya dibredel. Apalagi kitab-kitab Khumaini dan tokoh-tokoh Syi'ah lainnya yang sudah jelas menghina Nabi SAW. Oleh karena itu saya menghimbau pemerintah melalui Menteri Agama supaya dengan tegas melarang kitab-kitab Syi'ah yang menyesatkan itu beredar di Indonesia. Meskipun dalam hal ini Gus-Dur tidak sama dengan saya. Sebab dalam acara Bistek 93 (Dialog Buku), Gus-Dur meminta berusaha agar peredaran buku-buku dan kitab-kitab Syi'ah tidak perlu disensor oleh pemerintah. Lebih jauh Gus-Dur dalam dialog tersebut mempersilahkan warga NU untuk masuk Syi'ah, sehingga harian Terbit 15 Februari 1993 membuat judul Gus-Dur menyeberang ke Sy'iah. Innaalillahi wainnaa ilaihi roojiun. Melalui majalah Aula (April 1996, halaman 26) Gus-Dur membantah dengan pertanyaan "Syi'ah mana yang saya kembangkan?" Dan sekarang saya jawab yang dikembangkan oleh Gus-Dur adalah Syi'ah Imamiyah Istna Asyariyah Ja'fariyah (Syi'ah Iran). Inilah sekedar jawaban saya.
Demikian sebagian kepeloporan Gus-Dur dalam mengembangkan Syi'ah di kalangan NU, sehingga wajar bila Gus-Dur dan Said Aqil saya katakan sebagai pelopor pengembangan Syi'ah di akhir abad kedua puluh ini.

III. BAHAYA SYI'AH II
Kepercayaan Syi'ah Terhadap Imam-imam Mereka yang Melampaui Batas.
Syi'ah Imamiah Istna Asyariyah Ja'fariyah berkepercayaan bahwa imam-imam mereka mengetahui hal-hal ghaib lagi pula maksum. Imam-imam mereka mempunyai derajat lebih tinggi daripada Nabi dan utusan Allah, mereka tidak mati atas kehendak sendiri. Golongan Syi'ah menempat-kan martabat para imam setaraf dengan derajat ketuhanan sebagaimana mereka katakan: bahwa para imam mengetahui hal-hal yang sudah terjadi dan segala yang akan terjadi, mengetahui segala isi surga dan neraka dan tidak ada sesuatu-pun yang samar atas mereka. Kebohongan dan kedustaan atas nama Allah membuat orang yang berakal sehat dan berjiwa bersih, berdiri bulu romanya di saat menukil ucapan mereka. Tetapi peserta halaqoh akan menemukan semuanya itu di dalam buku induk karangan tokoh Syi'ah yang paling mereka percayai. Berikut ini saya akan nukilkan keyakinan dan pendapat-pendapat meraka dari kitab-kitab tokoh Syi'ah agar peserta halaqoh mengetahui secara dengan jelas.
1. Dari Mufaddol bin Umar dari Abdillah AS, Amirul Mukminin berkata "aku adalah penyalur antara surga dan neraka. Aku adalah Agung antara haq dan batil. Akulah pemilik tongkat Musa dan setempelnya. Dan telah mengakui diriku semua malaikat dan ruh serta Rasul-rasul, sebagaimana mereka melakukan pengakuan itu kepada nabi Muhammad SAW. Telah dipikulkan amanat kepadaku seperti yang dipikulkan kepadanya, yaitu amanat Tuhan. Dan sesungguhnya Rasulullah pernah dipanggil lalu serta dia diajak bicara dan akupun diajak bicara, sehingga aku mengucapkan sesuai apa yang diucapkannya. Aku telah diberi beberapa pemberian yang belum pernah diberikan kepada siapapun sebelum aku. Aku mengetahui kematian dan bencana serta selirih silsilah keturunan dan kata-kata pemutus, sehingga apa yang terlebih dahulu daripada aku tidak luput dari diriku. Dan tiada sesuatu yang jauh dariku dapat terlepas dari pengetahuanku. Aku memberi kabar gembira dengan izin Allah yang telah menempat-kannya pada diriku dengan ilmu-Nya" (Al Kaafi Fil Usul halaman 196-197, juz 1 cetakan Teheran).
2. Ia berkata "Sungguh aku benar-benar mengetahui segala yang ada di langit dan di bumi dan segala yang ada di surga dan neraka dan apa yang terjadi serta sedang dan akan terjadi" (Al Kafi Fil Usul, juz 1, halaman 261, cetakan Teheran).
3. Ia berkata "Allah Tuhan Yang Maha Barokah dan Maha Tinggi memiliki dua ilmu. Satu ilmu yang ditampakkan kepada Malaikat-Nya, para Nabi-Nya para Rasul-Nya, sesungguhnya kami juga mempunyai dua ilmu yang dikhususkan untuk dzat-Nya. Bila mana ada sesuatu yang terlintas pada Allah, kami pun diberitahu hal tersebut" (Al- Usul Minal Kafi, juz 1 halaman 255).
4. Dari Abdillah ia berkata "Allah telah menciptakan Ulul Azmi diantara Rasul-rasul-Nya, dan mereka dikaruniai kelebihan ilmu dan kami mewarisi mereka dan kelebihan mereka dan kami dilebihkan di atas ilmu mereka dan diajarkan kepeda Rasulullah SAW. Apa yang mereka tidak ketahui, dan diajarkan kepada kami ilmu Rasulullah dan ilmu utusan-utusan Allah" (Bashoirud Darojad, juz 5 halaman 248 dan Fusul Muhimmah, halaman 156).
5. Dari Abdullah ia berkata "sesungguhnya dunia ini milik imam dan akhirat pun milik imam. Dia meletakkan di mana ia kehendaki dan memberikannya kepada siapa saja yang dikehenda-ki" (Usul Al-Kaafi juz 1, halaman 450, cetakan Teheran).
6. Mirza Muhammad Hadi Al-Khurozani mengatakan "Telah bersabda Nabi SAW. Sungguh surga untuk orang yang mencintai Ali sekalipun ia durhaka kepada Rasulullah, neraka diciptakan untuk orang yang membenci Ali walaupun ia taat kepada Rasuluullah" (Risalatul Islam wal Mu'jizat, halaman 276).
7. Qulaimi mengatakan "Para imam Syi'ah tahu kapan ia mati dan mereka hanya bisa mati atas kehendak sendiri. Meriwayatkan dari Abi Basir dari Ja'far bin Muhammad Al-Baqir bahwa ia berkata seorang yang tidak tahu sesuatu yang ghaib dari durinya sendiri dan tidak tahu kemana sesuatu akan terjadi maka dia bukanlah merupakan bukti kebenaran Allah untuk makhluk-Nya" (Al-Kaafi Fil Usul, jaz 1, halaman 285, cetakan Teheran).
Orang-orang Syi'ah telah melampaui batas dalam memuji dan menyanjung, merangkai khurafat menyalin dusta kebohongan kemudian dialamatkan kepada imam-imam mereka. Bahwa imam-imam mereka berkata "kami telah diciptakan oleh Allah dari cahaya keagungan-Nya dan badan kami, beserta ruh-ruh Syi'ah kami diciptakan dari tanah istimewa di bawah Al-Arsy, adalah jasad-jasad Syi'ah dan para Nabi diciptakan dari tanah yang kurang dari semula, sedang manusia selain Syi'ah telah diciptakan Allah dari tanah untuk menjadi kayu bakar di neraka". Demikianlah dongeng palsu yang telah dikatakan oleh mereka oleh tokoh utama mereka Al-Kulaini dalam kitabnya Al-Kaafi yang konon kabarnya telah diberi ijazah imam mereka yang ghaib dan direstui dengan ucapan "Sungguh cukup kitab Syi'ah kami ini" dan karena syahadah yang ghaib itulah kitab tersebut dinamakan Al-Kaafi (Al-Kaafi, juz 1, halaman 389-390).
Demikianlah i'tikad Syi'ah terhadap imamnya yang terhimpun dalam kitab-kitab mereka yang merupakan kumpulan literatur yang sah dan yang utama, benar dan yang baik. Apakah ada kemusyrikan dan kekafiran yang lebih berat daripada kepalsuan dan kebohongan keyakinan semacam itu. Patutkah orang yang percaya pada dongeng-dongeng tersebut dikategorikan sebagai muslim dan ahlul kiblat? Sungguh Allah maha suci dari semua klaim dan tuduhan itu.
Allah SWT. Menegaskan dalam kitab suci-Nya bahwa tidak ada seorangpun yang mengetahui barang ghaib walaupun ia seorang Rasul, berbeda dengan Syi'ah yang mengatakan bahwa para imam mereka mengetahui hal-hal ghaib.
1.
          
Artinya:
"Tidak ada siapapun di langit dan di bumi yang mengetahui hal ghaib kecuali Allah" (Surat Annaml ayat 65).
2.
        
Artinya:
"Dan pada sisi Allahlah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahui kecuali Dia sendiri" ( Surat Al-An'am ayat : 59).
3.
             
Artinya:
"(Dia adalah Tuhan) yang mengatahui barang ghaib, maka dia tidak memperlihatkan pada seorangpun tentang yang ghaib itu kecuali pada siapa yang Dia kehendaki dari rasul" (surat Jin, ayat 26-27).
4.
               
Artinya:
"Katakanlah Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak pula aku mengetahui yang ghaib dan tidak pula aku mengatakanmu bahwa aku adalah malaikat" (Surat Al-An'am, ayat 50).
5.
                   ,            
Artinya:
Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya Aku mengetahui yang ghaib, tentulah Aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan Aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (Surat Al-A'rof, ayat 188).




6.
•               •           •    
Artinya:
"Sesungguhnya hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat dan Dialah yang menurunkan dan mengatahui apa yang ada di rahim dan tiada seorang pun yang bisa mengetahui (dengan pasti) apa yang diusahakannya besok dan tiada seorang pun yang mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (Surat Luqman, ayat 34).
7.
      
Artinya:
"Dan sesungguhnya benar-benar Kamilah yang menghidupkan dan mematikan dan Kami pulalah yang mewarisi" (Surat Al-Hijr, ayat 23).
8.
          



Artinya:
"Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah sebagai ketetapan yang tertentu waktunya" (Surat Ali Imron, ayat 145).
Demikianlah aqidah Ahlussunah wal Jamaah bersih lagi suci bukan seperti aqidah Syi'ah yang penuh noda dan bergelimang dosa.

IV. BAHAYA SYI'AH III
Keyakinan Golongan Syi'ah tentang Ketidak Aslian Al-Quran.
Sebagaimana termuat di dalam kitab-kitab induk mereka sebagai berikut:
1. Abu Abdillah berkata "Al-Quran yang dibawa kepada Muhammad SAW. Adalah 17000 ayat (Al-Kaafi Fil Usul juz 2 halaman 634 cetakan Teheran Iran).
2. Dari padanya pula pada pihak kami ada mushaf Fatimah as. Apakah mereka tahu mushaf Fatimah itu isinya tiga kali lipat dibanding dengan Al-Quran kalian ini (Al-Kaafi Fil Usul juz 1 halaman 407 cetakan Teheran Iran). Demi Allah tidak satu pun huruf dari Al-Quran tersebut terdapat dalam Qur'an kalian.
3. Dari Jabir bin Abu Ja'far sa. Ia berkata "Saya bertanya mengapa Ali bin Abi Tholib dinamakan Amirul Mukminin. Jawabnya Allah yang menyamakan demikian". Begitulah yang telah diturunkan di dalam kitabnya yaitu firman-Nya
وإذ أخَذ منْ بني آدمَ منْ ظهُورهِم ذريتهم وأشهدهم على أنفسِهم ألستُ بربّكم وإنّ محمّدًا رَسُولي وإنّ عَلِيًّا أميْر المؤمنِين. (الكافي كتاب الحجة ص 437 / ج 1)
4. Diriwayatkan pula ia bekata Jibril turun membawa ayat ini kepada Muhammad dengan bunyi sebagai berikut:
وإنْ كنتم فى رَيبٍ ممّا نزّلنا عَلى عبْدِنا فى عَلِيّ فأتوا بسُورة مِنْ مِثله (الكافي كتاب الحجة ص 417 / ج 1).
5. Dari Abi Bashir dari Abi Abdillah sa. Tentang fiman Allah yang berbunyi:
ومَنْ يطع الله ورسُوله في ولاية عَليّ والأئمّة بعدها فقَدْ فاز فَوزًا عَظيْمًا (الكافى كتاب الحجة ص 414 /ج1)
Inilah keyakinan Syi'ah tehadap Al-Quran, satu keyakinan kafir lagi keluar dari Islam laksana keluarnya anak panah dari busurnya. Seklumit dari yang banyak ini bisa saudara temukan di kitab-kitab induk mereka yang terkenal yaitu Al-Kaafi karya Alkulaini, tafsir Al-Qumi, Al-Ijtihad karya Thibrisi, Bhashoirud Darojat karya Shafar, Hayatul Qulub karya Majlisi, tafsir Al-Burhan karya Al-Bahroni, tafsir Assofi karya Muhsin Al-Kashi, Fashlul Khitab Fi Istbat Tahrifi Kitabi Robbil Arbab karya Mirza Taqiyyunuri Thibrizi, Al-Anwar An-Nu'maniyah karya Ni'matullah Al-Jazairi, Kasful Asror karya Khumaini dan lain sebagainya. Tidak satu-pun kitab dari kitab-kitab induk Syi'ah yang menjadi pegangan mereka terlepas dari keyakinan yang merupakan identitas mereka. Mereka kaitkan keyakinan semacam itu kepada para imam mereka yang ma'sum, anggapan yang penuh kepalsuan dan penuh kebohongan serta mengada-ada atas nama Allah dan auliya'-Nya. Para imam tersebut sebenarnya bersih dari kebohongan dan tipu daya yang mereka lakukan.
Peserta halaqoh yang terhormat, sesungguhnya keaslian Al-Quran tidak hanya sekedar impian seluruh umat Islam menyatakan bahwa Al-Quran yang beredar adalah sesuai dengan Al-Quran ketika diturunkan baik huruf, kalimat, titik serta harokat tidak yang dibuang atau diubah dari susunan aslinya. Dalil-dalil yang menunjukkan terjaganya Al-Quran dari segala bentuk kepalsuan tidak hanya bgerupa dalil naqli tetapi dibuktikan juga dengan memakai dalil aqli. Bahkan secara rasional kedua dalil itu tidak mungkin diragukan kebenarannya.
Andaikan al-Quran yang terpelihara itu hanya berada di tangan imam maka apa guna pemeliharaannya, sebab dengan meninggalnya seorang imam maka kelestarian dan kemurnian Al-Quran tentu tidak dapat dipertahankan lagi. Argumen seperti itu tidak bisa dijadikan pegangan bagi sebuah aqidah. Begitu pula untuk kepentingan ibadah dan mua'malah serta egar-hukum lainnya. Al-Quran merupakan dasar ajaran Islam dan landasan berpijak, apabila Al-Quran telah mengalami pengubahan atau pembuangan sebagian ayat-ayatnya maka Islam sudah kehilangan asas yang pokok. Dan semua ummat Islam tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan yang dilakukan. Hal tersebut lantaran mereka telah kehilangan pegangan yang menjadi pegangan hidupnya dan praktis syariat Islam pun menjadi terhambat karena tidak adanya dustur atau undang-undang sehingga Al-Quran sudah kehilangan fungsinya bagi umat manusia setelah nabi Muhammad SAW. Wafat karena Al-Quran yang asli selalu dalam tangan imam Mahdi yang sampai sekarang belum dapat diketahui kapan datangnya.

V. SANKSI HUKUM
1. Barangsiapa mencaci-maki dan memberi aib kepada Nabi atau memberi nilai kurang kepada pribadi Nabi, nasab Nabi, agama Nabi, atau perangai Nabi dari perangai-perangai Nabi atau orang yang menyindir kepada Nabi atau yang menyerupakan kepada Nabi dengan sesuatu dengan maksud mencerca kepada Nabi atau menghina Nabi atau mengecilkan keberadaan Nabi atau merendahkan keberadaan Nabi maka orang tersebut sama mencaci maki dan hukuman bagi orang yang mencaci maki Nabi adalah dibunuh. Demikian menurut ijma' ulama sejak zaman shahabat sampai seterusnya. Demikian keterangan Qodhi Iyadh dalam kitabnya Assifa'.
2. Barangsiapa meremehklan Al-Quran dan mushaf atau sesuatu dari Al-Quran atau mencaci maki Al-Quran atau mushaf atau menentangnya atau menentang satu huruf atau satu ayat dari Al-Quran atau mendustakan dengan sesuatu yang sudah jelas hukumnya atau pemberitaan dari Al-Quran atau yang menetapkan sesuatu yang tidak ditetapkan oleh Al-Quran atau orang yang tidak menetapkan sesuatiu yang tidak ditetapkan Al-Quran, yang semua itu dilakukan atas dasar pengetahuannya atau siapa saja yang ragu akan sesuatu dari Al-Quran maka menurut ijma' ulama hukumnya adalah orang kafir.
3. Siapa yang mencaci maki keluarga Nabi, istri Nabi, shahabat Nabi dan menjatuhkan martabat mereka hukumnya adalah haram dan dilaknat.

VI. KESIMPULAN
1. Bahwa Syi'ah Rofidhoh Imamiyyah Itsna Asy'ariyah Ja'fariyah adalah satu kelompok Islam yang menggunakan Islam sebagai perisai dengan segala daya upaya untuk menghancurkan Islam secara total.
2. Ajaran Syi'ah tentang imamiyah sangat membahayakan karena berkaitan dengan kepemimpinan negara.
3. NU dengan aqidah Ahlussunah wal Jamaah harus bersih dari orang yang pola pemikirannya sama atau menyerupai pola pemikiran Syi'ah yang ekstrim.
4. Pemikiran-pemikiran prinsip yang telah disampaikan oleh Gus-Dur dan Said Aqil Siradj dalam beberapa hal ada persamaan dengan Syi'ah.
5. Pendekatan-pendekatan antara Syi'ah dan Ahlussunah adalah penipuan yang pada hakikatnya akan menjerumuskan orang pada lingkaran Syi'ah.

VII. HIMBAUAN
Kepada seluruh ulama Ahlussunah wal Jamaah, generasi muda NU, pemerintah, ABRI, dan umat Islam Indonesia pada umumnya untuk mewaspadai gerakan Syi'ah yang jelas-jelas menyimpang dari ajaran Islam.
Demikianlah peserta halaqoh yang terhormat pokok-pokok permasalahannya yang perlu kita pecahkan bersama dalam menyiasati bahaya Syi'ah dikalangan Nahdlatul Ulama di penghujung abad ke dua puluh ini.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته



Lasem, 1 Shafar 1417 H
17 Juni 1996 M

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Wahdah
Lasem Rembang Jawa Tengah

KH. Abdul Hamid Baidlowi




Hartono Ahmad Jaiz, "Mengungkap Kebathilan Kyai Liberal CS", Hal. 179-236 Jakarta, Kamis 29 Muharram 1431 H/ 14 Januari 2010 M.

Mengenang Gus-Dur: Gus-Dur Menggoblok-goblokkan Orang Demi Membela Ahmadiyah.
Kasus Ahmadiyah, ramai dibicarakan, terutama sejak dikeluarkan keputusan Bakor Pakem Kejaksaan agung 16 April 2006 bahwa Ahmadiyah menyimpang dari pokok-pokok ajaran Islam dan direkomendasikan agar menghentikan kegiatannya. Keputusan Bakor Pakem itu untuk dijadikan SKB (Surat Keputusan Bersama) tiga menteri: Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri dan Jaksa Agung. SKB ini penandatanganannya dan diumumkannya tampak tertunda-tunda.
Secara prosedural, kalau SKB itu telah diumumkan maka perlu dikeluarkan Keppres (keputusan Presiden) mengenai penghentian Ahmadiyah atau pelarangannya. Ini yang ditunggu-tunggu umat Islam, hingga FUI (Forum Umat Islam) di Jakarta pimpinan Mashadi yang terdiri dari berbagai unsur Ormas Islam dan lembaga Islam mengancam. Ancaman itu diantaranya disuarakan dalam tabligh akbar di masjid Al-Barkah As-Syafi'iyah Balimatraman Jakarta Selatan, Ahad 4 Mei 2008 M./ 27 Rabi'ul Akhir 1429 H. Yaitu kalau presiden SBY (Soesilo Bambang Yudhoyono) tidak mengeluarkan Keppres tentang larangan Ahmadiyah maka janmgan sampai umat Islammemilihnya lagi pada pemilu (pemilihan umum) 2009.
Di tengah tertunda-tundanya SKB Tiga Menteri mengenai Ahmadiyah itu banyak suara yang mendukung hasil keputusan Bakor Pakem yang merekomendasikan agar Ahmadiyah menghentikan kegiatannya. Majelis Ulama' Indonesia (MUI) bereada di barisan depan umat Islam. Namun suara-suara miring yang mendukung Ahmadiyah dan tampaknya asal bunyi, bahkan sampai kasar dan memalukan, bermunculan di sana-sini.walaupun orang-orangnya ya sudah ketahuan hanya yang itu-itu juga dan tidak punya pengikut kecuali sedikit, namun karena banyak media yang doyanannya mempang menyuarakan anti Islam, maka yang ditampilkan ya suara orang-orang yang anti Islam atau anti kepentingan islam walau mengaku diri mereka orang Islam.
Ada yang sampai ditulis di situsnya sendiri dengan kasarnya. Sekedar contoh, Gus-Dur dengan situs resminya gusdur.net menampilkan berita suara dirinya. Berikut ini kutipan selengkapnya:

Hanya Orang Goblog Yang Mengkavling Surga
Jakarta, gusdur.net

Rapat Badan Koordinasi Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (Bakorpakem), Selasa (16/4/2008) yang memutuskan Jemaah Ahmadiyah (JAI) menyimpan dari ajaran Islam sehingga harus menghentikan seluruh kegiatan, mendapat kecaman keras dari Presiden Republik Indonesia (RI) ke-4 KH. Abdurrahman Wahid (Gus-Dur).
Menurut mantan Ketua PBNU ini, putusan Bakorpakem, yang didasarkan pada fatwa sesat Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
"Kalau perlu tangkap saja yang melanggar Undang-Undang." Demikian disampaikan Gus-Dur saat menjadi nara sumber pada acara Kongkow bareng Gus-Dur bertema Perempuan, Keragaman, dan Kearifan Lokal di Green Radio, Jl. Utan Kayu No. 68 H Jakarta, Sabtu (19/04/2008) pagi. Gus-Dur mengakui, dirinya tidak sesuai dan tidak setuju dengan ajaran yang dibawa Ahmadiyah. Namun, akunya, berdasarkan UUD 1945, para penganut Ahmadiyah memiliki hak untuk hidup di Tanah Air ini.
"Mau ajaran apa saja terserah," kata Ketua Dewan Syura DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini. Cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH. M. Hasyim Asy'ari ini menyatakan, Bakorpakem dan MUI telah menafikan fakta kemajemukan bangsa Indonesia. Jadi, hanya orang-orang jujur yang bisa mengerti dan mengawal kemajemukan ini. "Orang-orang yang jujur pada UUD 1945, yang otomatis mengawal pluralitas yang punya akar sangat dalam di kehidupan bangsa kita," terang Gus-Dur.
"Bagaimana dengan aliran kepercayaan?" tanya Zainudin dari Jambi.
Gus-Dur menyatakan, banyaknya ajaran kepercayaan tidak perlu diributkan atau dipermasalahkan. Soal ritual mereka berbeda dengan umat Islam pada umumnya, itu urusan lain lagi.
"Kenapa mereka kita paksa supaya sama dengan kita?," tanya Gus-Dur heran.
Pada kesempatan ini, Gus-Dur juga menyatakan, hanya orang goblog yang menganggap dirinya saja yang benar dan masuk surga, sementara orang lain yang berbeda salah dan masuk neraka.
"Kalau kita sudah tahu mereka goblog, ya sudah. Kenapa pusing-pusing amat sih?," kata Gus-Dur santai.[nhm] (gusdur.net).

Komentar kami:
Kasus yang dibicarakan itu adalah tentang Ahmadiyah yang memiliki nabi palsu, Mirza Ghulam Ahmad. Kitab sucinya wahyu palsu, Tadzkirah. Tempat sucinya palsu, Qodyan dan Rabwah. Dan memiliki sertifikat surga, siapa yang membeli sertifikat kuburan di Rabwah Pakistan dijamin masuk surga. Yang penting punya sertifikat yang harganya mahal itu, maka dijamin masuk surga. Dan siapa yang tidak percaya kenabian Mirza Ghulam Ahmad maka dinyatakan tempatnya di neraka Jahannam.
Yang jadi masalah, kenapa Ahmadiyah yang sangat memalsu Islam, memalsukan kenabian, memalsu kitab suci itu justru menganggap bahwa mereka lah yang sah Islamnya yang lain adalah kafir dan musuh, dan tempatnya di neraka Jahannam. Sampai-sampai, putera Mirza Ghulam Ahmad bernama Fadhl Ahmad yang dia ini tidak percaya terhadap pengakuan Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi, ketika Fadhl meninggal saat ayahnya ini (MGA) masih hidup, maka MGA tidak mau menshalati jenazah anaknya sendiri, karena dinilai kafir. Lantaran tidak mempercayai MGA sebagia nabi. Itulah inti masalah ini.
Dari kenyataan itu maka betapa kelirunya ketika Gus-Dur dengan sangat bersemangat membela Ahmadiyah, yang dalam berita di situs milik Gus-Dur sendiri ditulis:
Pada kesempatan ini, Gus-Dur juga menyata-kan, hanya orang goblog yang menganggap dirinya saja yang benar dan masuk surga, sementara orang lain yang berbeda salah dan masuk neraka.
"Kalau kita sudah tahu mereka goblog, ya sudah. Kenapa pusing-pusing amat sih?," kata Gus-Dur santai. [nhm] (gusdur.net).
Para pembaca yang budiman, kalau sudah seperti ini, kita mau bilang apa lagi. Aneh sekali yang Gus-Dur bela justru yang palsu, sekaligus menyatakan "dengan agama palsunya itu" hanya merekalah yang masuk surga.yang lain tempatnya di neraka Jahannam.
Mestinya, Gus-Dur sampai menggoblog-goblogkan orang itu, pertama kali yang jadi sasarannya justru Ahmadiyah, tetapi anehnya, justru Gus Dur melontarkan kata-kata tak sopan itu demi membela Ahmadiyah, betapa anehnya.
Itu artinya Gus-Dur baru terima dan bahkan membelanya, apabila yang mengaku bahwa hanya merekalah yang masuk surga itu dari kelompok yang merusuk Islam, memalsu Islam, contohnya Ahmadiyah.
Sebaliknya, kalau umat Islam yang mengikuti Nabi Muhammad secara istiqomah, maka dianggap goblog oleh Gus-Dur. Padahal sudah jelas dalilnya, yang masuk surga hanya orang Islam. Yang lain masuk neraka semua:
إنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللهِ الإِسْلامِ.
"Sesungguhnya agama (yang diridloi) di sisi Allah hanyalah Islam." (QS. Ali 'Imran: 19)
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (QS. Ali 'Imran: 85)
Nabi Muhammad menjelaskan secara tegas:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ اْلأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ.
"Diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau bersabda: "Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini yang mendengar (agama)ku, baik dia itu seorang Yahudi maupun Nasrani, kemudian dia meninggal dan belum beriman dengan apa yang diutus dengannya, kecuali dia termasuk penghuni neraka." (Hadits Riwayat Muslim bab wujubil iiman birisaalati Nabiyyina shallahu 'alaihi wasallam ilaa jamii'innas wanaskhil milal bimillatihi, wajibnya beriman kepada risalah Nabi kita shallahu 'alaihi wasallam bagi seluruh manusia dan penghapusan agama-agama dengan agama Beliau)
Dalil-dalilnya sudah jelas, berupa firman Allah subhanallahu wa ta'ala dan sabda Nabi Muhammad shallahu 'alaihi wasallam.
Mafhum mukholafahnya (pengertian tersiratnya), Allah dan Rasul-Nya telah dilecehkan oleh orang yang tidak tahu diri dengan ucapan yang sama sekali tidak kenal sopan santun ini. Betapa kurang ajarnya orang itu, dan kekurang ajarannya itupun untuk mendukung pengikut para nabi palsu. Na'udzu billahi mindzalik (kami berlindung kepada Allah dari yang demikian).

Pelanggaran yang Memalukan
Membela Ahmadiyah sambil menggoblog-goblogkan orang itu merupakan pelanggaran yang memalukan. Ada beberapa hal yang dilanggar:
1. Menggoblog-goblogkan orang, padahal dia sendiri tidak doyan keyakinan yang benar, hingga membela yang palsu lagi merusak Islam serta sesat. Orang yang macam ini sudah ada peringatan daari Allah subhanahu wa ta'ala:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ أَلا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لا يَعْلَمُونَ
"Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman." Mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya mereka-lah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu." (QS. Al-Baqoroh: 13)
2. Menyuarakan seakan-akan sebagai orang yang memperbaiki keadaan. Hingga berkata: "Kalau perlu tangkap saja yang melanggar Undang-Undang." Padahal justru dirinya itulah yang merusak keadaan, memperbolehkan berlangsungnya perusa-kan terhadap agama Islam yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar. Membolehkan pemalsuan terhadap agama Islam, padahal Agama Islam itu dilindungi Undang-Undang Dasar.
Terhadap kecurangan seperti ini, Allah subhanahu wata'ala telah memperingatkan dengan tandas:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لاَ تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ , أَلاَ إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لاَ يَشْعُرُونَ
"Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan."
Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar." (QS. Al-Baqoroh:11-12)
3. Terang-terangan bahkan tanpa mengenal kesopanan dia menggoblog-goblogkan orang demi membela Ahmadiyah yakini pengikut nabi palsu, Mirza Ghulam Ahmad. Sikap semacam itu telah dikecam oleh Allah subhanahu wata'ala:
وَلاَ تَكُنْ لِلْخَائِنِينَ خَصِيمًا
"……..dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat," (QS. An-Nisaa': 105)
4. Dalam berita di situs resmi gusdur.net itu dinyatakan: Gus-Dur mengakui, dirinya tidak sesuai dan tidak setuju dengan ajaran yang dibawa Ahmadiyah. Namun, akunya, berdasarkan UUD 1945, para penganut Ahmadiyah memiliki hak untuk hidup di Tanah Air ini.
Ungkapan Gus-Dur ini mari kita buktikan, dusta atau tidak Gus-Dur itu, kita lihat Undang Undang Dasar:

UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1945
BAB XA
HAK ASASI MANUSIA
Pasal 28E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya.

BAB XI
AGAMA
Pasal 29
(2) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(3) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Dalam kaitan dengan kasus Ahmadiyah, M Amin Jamaluddin dari LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam) di Jakarta menulis, di antaranya:

Tanggapan
Yang di jamin oleh UUD 1945 pasal 29 ayat (1) dan (2) dan Undang-Undang HAM itu adalah masalah kebebasan beragama. Maksudnya adalah, setiap Agama yang ada di Indonesia pengikutnya di jamin bebas menjalankan agama sesuai dengan ajaran agama masing-masing.
Sedangkan Ahmadiyah ini praktek nyatanya bukan masalah kebebasan beragama, tetapi kebebasan mengacak-ngacak agama Islam serta mengacak-ngacak dan memutar balikkan ayat-ayat kitab suci Al-Qur'an.
Tidak ada dalam UUD 1945 serta UU HAM, satu pasal atau ayatpun yang membolehkan pemutarbali-kan serta perusakan suatu agama yang ada di Indonesia. Sekali lagi saya tegaskan, yang di jamin oleh UUD serta UU HAM adalah kebebasan beragama dan bukan kebebasan mengacak-ngacak serta merusak agama Islam. Oleh karena itu tindakan saudara-saudara Ahmadiyah ini telah menodai suatu agama yang ada di Indonesia dan akan di kenai pasal 156A KUHP. (M.Amin Djamaluddin, ketua LPPI).
Pasal 156 a KUHP memberi ancaman pidana lima tahun penjara bagi mereka yang dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atua melakukan perbuatan yang bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang di anut di Indonesia. Juga bagi mereka yang dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apapun juga yang bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pasal 1 Undang-Undang No. 1/PNPS/1965 tegas meyebutkan larangan mengusahakan dukungan umum dan untuk melakukan penafsiran tentang suatu agama. Ketentuan pasal ini selengkapnya berbunyi: "Setiap orang dilarang dengan sengaja di muka umum menceritakan, mengejutkan atau mengusahakan dukungan umum untuk melakukan penafsiran tentang sesuatu agama yang utama di Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan agama itu, penafsiran dan kegiatan mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran dari agama itu."
Setelah kita simak Undang-Undang Dasar, serta undang-undang yang ada di Indonesia, dapat kita bandingkan dengan penodaan terhadap Islam yang dilakukan nabi palsu Ahmadiyah yakni Mirza Ghulam Ahmad, ternyata benar-benar sudah melanggar undang-undang. Kalau Gus-Dur istiqomah, maka ucapannya, "Kalau perlu tangkap saja yang melanggar undang-undang." Itu semesti-nya ditujukan kepada orang-orang Ahmadiyah yang telah jelas-jelas melanggar undang-undang karena merusak dan menodai serta menyimpang dari ajaran Islam. Tetapi anehnya, teriakan Gus-Dur itu justru untuk membela Ahmadiyah, dan mengancam MUI serta Bakor Pakem benar Kejaksaan Agung. Aneh tenan (benar-benar aneh!).
Oleh karena itu betapa bohongnya Gus-Dur itu. Sudah membohongiu umat, masih berdalih-dalih dengan Undang-Undang Dasar, hanya demi membela Ahmadiyah, perusak Islam. Komplitlah sudah kejahatannya. Masih ditambah lagi, menggoblog-goblogkan orang. Itu entah ke mana akhlaqnya.

Bahaya Tokoh Sesat Menyesatkan
untuk menghadapi tokoh sesat lagi menyesatkan, ada hadits yang cukup jelas:
عَن ثَوبَان قال قال رَسُولُ الله صلَّى الله عليه وسَلّم إنَّمَا أخَافُ علَى أُمَّتِي الأئمَّةُ المُضِلِّيْنَ
"Dari Tsauban, ia berkata: Rasululloh shallahu 'alai wasallam bersabda: sesungguhnya yang aku takuti (bahayanya) atas umatku hanyalah imam-imam/ pemimpin-pemimpin yang menyesatkan." (H.R Ahmad, rijalnya tsiqot–terpecaya- menurut Al-Haitsami, juga dikeluarkan oleh Abu Daud,Ad-Darimi, dan At-Tirmidzi, ia berkata: Hadits shohih. Al-Albani dalam As-silsilah As-Shohihah berkata, isnadnya shohih atas atas syarat Muslim).
Siapakah imam-imam yang menyesatkan (aimmah mudhillin) itu?
(إنَّمَا أخَافُ علَى أُمَّتِي الأَئَِمَّّةُ) أي شَرُّ الأئمَّةِ (المُضِلِّيْنَ) الماَئلِينَ عَن الحقِّ الممِيليْنَ عنه- التيسير بسرح الجامع الصغير-للمناوى - ( ج 1 \ ص 782)
"Imam-imam yang menyesatkan (al-Aimmah al-mudhillin) artinya seburuk-buruk imam/ pemimpin, yang menyimpang dari kebenaran dan menyeleweng-kan dirinya." (Al-Munawi, At-Taisir bisyarhil jami'is shaghir juz 2 halaman 728).
أئمة المضلين أى داعين ألى البدع والفسق والفجور- تحفة الأحوذي - ( ج 6 \ ص 401)
"Imam-imam yang menyesatkan artinya penyeru-penyeru kepada bid'ah-bid'ah, kefasikan (pelangga-ran-pelanggaran) dan fujur (kejahatan-kejahatan)." (Al-Mubarokafuri,Tuhfatul Ahwadzi, syarah jami' At-Tirmidzi juz 6 halaman 401).
Nabi Muhammad SAW sangat khawatir terhadap pemimpin-pemimpin yang menyesatkan sedangkan Nabi adalah panutan kita, itu pasti, tetapi kenapa kadang kita yang mengaku jadi umat Nabi Muhammad justru membiarkan tokoh sesat menyesatkan merajalela. Bahkan lebih dari itu justru malah memilihnya, mendukungnya dan mengelu-elukannya, sampai menciumi tangannya segala perilaku macam inilah mestinya yang jadi sasaran, kalau mau kau goblog-goblogkan Gus!
Catatan: Setelah Gus-Dur dikubur 31/ 12 2009 di Jombang pun nisannya diciumi orang-orang, tanah kuburannya diambili para fanatikusnya dijadikan semacam jimat, bahkan kembang di atas kubur pun mereka ambili. Ketika hidupnya, Gus-Dur tidak melarang hal semacam itu, bahkan menghidupkan kembali ruwatan. Dan Gus-Dur membela kesesatan dan maksiat seperti Ahmadiyah, Inul penggoyang ngebor dan sebagainya. Lengkaplah sudah, celengannya masih banyak sekali. Ini perlu diungkap kembali karena kini banyak orang yang memuji-muji Gus-Dur setinggi langit.

Raport Merah Tokoh AKKBB
Pengantar Redaksi:
Imam Ibnu Katsir dalam menafsiri ayat 12 surat al-Hujurot (49), menjelaskan: menurut kesepakatan, ghibah (menggunjing) merupakan perbuatan yang diharamkan, dan tidak ada pengecualian dalam hal itu kecuali jika terdapat permaslahan yang lebih kuat, seperti misalnya dalam jarh (menilai cacat dalam masalah hadits), ta'dil (menilai dalam masalah hadits), dan nasehat. Hal itu sebagaimana dalam hadits:
حديث عَائِشَةُ أَنَّ رَجُلًا اسْتَأْذَنَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ائْذَنُوا لَهُ فَلَبِئْسَ ابْنُ الْعَشِيرَةِ أَوْ بِئْسَ رَجُلُ الْعَشِيرَةِ فَلَمَّا دَخَلَ عَلَيْهِ أَلاَنَ لَهُ الْقَوْلَ قَالَتْ عَائِشَةُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْتَ لَهُ الَّذِي قُلْتَ ثُمَّ أَلَنْتَ لَهُ الْقَوْلَ قَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ شَرَّ النَّاسِ مَنْزِلَةً عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ وَدَعَهُ أَوْ تَرَكَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ فُحْشِهِ.
"Diriwayatkan dari A'isyah radliyallahu 'anha, ia berkata: sesungguhnya seoerang lelaki meminta untuk masuk berjumpa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Baginda Nabi bersabda: persilahkanlah ia masuk. Dia adalh putera yang paling buruk dari sebuah keluarga (atau lelaki yang paling buruk dari sebuah keluarga). Tatkala lelaki itu masuk dan berjumpa Nabi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka Nabi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyambutnya dengan kata-kata lembut. A'isyah berkata: wahai Rasulullah! Mengapa anda (baginda Nabi) tadinya brbicara untuk dia yang telah anda katakan, kemudian anda berbicara dan bersikap selembut itu kepadanya. Baginda Nabibersabda: wahai A'isyah! Sesungguhnya orang yang kedudukannya paling buruk di sisi Allah pada Hari Kiamat kelak ialah orang yang dijauhu atau orang yanb ditinggalkan oleh orang banyak karena mereka takut akan kejahatannya (orang yang buruk perkataandan perbuatannya)." (muttafaqun 'alaihi)
Dan seperti sabda Rasulullah SAW kepada Fathimah binti Qois RA, ketika dia dilamar oleh Mu'awiyah dan Abu Jahm.
أَمَّا أَبُو جَهْمٍ فَلاَ يَضَعُ عَصَاهُ عَنْ عَاتِقِهِ وَأَمَّا مُعَاوِيَةُ فَصُعْلُوكٌ لاَ مَالَ لَهُ.
"Adapun Abu Jahm adalah orang yang tidak pernah meletakkan tongkatnya dari pundaknya sedangkan Muawiyah maka adalah orang yang tidak mempunyai harta." (HR. Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasa'I, dan Abu Dawud). (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, mengenai ayat 12, surat al-Hujurot)
Dalam hal menggunjing orang yang fajir (jahat), Ibnu Taimiyah menjawab pertanyaaan dengan jawaban di antaranya:
مَأثوُرٌ عَنِ الْحَسَنِ الْبَصْرِي أنَّهُ قال: أتَرْغبُونَ عَنْ ذِكْرِ الْفَاجِر؟ اُذكُرُوا بِمَا فِيْهِ يَحْذُرُه النَّاسِ.
"Atsar dari Al-Hasan al-Bashri, bahwasanya dia berkata: "Apakah kalian tidak suka untuk menyebut orang jahat? Sebutkanlah apa yang ada padanya agar manusia terhindar darinya." (Majmu' Fatawa Libni Taimiyah, juz 6 hal 358)

Gus-Dur dan Kontes Waria/ Banci
Salah satu kebiasaan sebagian intelektual Indonesia mendirikan organisasi, lembaga dan sebagainya. Ketika baru didirikan atau dideklarasi-kan, banyak tokoh-tokoh yang terlibat dan diliput media masa, sehingga dalam waktu singkat eksistensinya diakui secara nasional. Namun tak berapa lama, suaranya sayup-sayup hingga nyaris tak terdengar.
Gus-Dur merupakan salah satu anak bangsa. Terutama bila dilihat dari kegemarannya mendekla-rasikan organisasi. Belum lama ini, Rabu, Desember 2008, Gus-dur membentuk organisasi baru, yang ditujukan sebagai wadah menghimpun para pendukungnya yang merasa kecewa dengan PKB di bawah pimpinan Muhaimin Iskandar, namanya GATARA (Gerakan Kebangkitan Rakyat).
Gatara dideklarasikan Gus-Dur bersama sejumlah tokoh politik di Kantor Wahid Institute. Pada saat deklarasi, antara lain hadir sejumlah tokoh nasional seperti Akbar Tanjung, Rizal Ramli, Sutiyoso, Mukhtar Pakpahan dan sebagainya.
Bila Gus-Dur mengatakan Gatara didirikan untuk memghimpun para pendukungnya yang merasa kecewa dengan PKB di bawah pimpinan Muhaimin Iskandar, maka Yeni putri Gus-Dur mengatakan melalui Gatara diharapkan para ulama, kyai, habaib kaum nahdliyin dan masyarakat umum mampu memberikan sumbangsih terhadap proses demokratisasi politik dan penegakan hukum di Indonesia.
Jadi, Gatara ini bila ditelisik dari temanya, ternyata soal demokrasi juga. Ini rasanya lembaga kedua Gus-Dur yang bertema demokrasi. Sebelumnya, Gus-Dur pernag punya forum demokrasi (Fordem) yang kini senyap sejak Gus-Dur jadi presiden. Meski begitu, beberapa aktivis Fordem ada yang sempat menjadi petinggi Negara. Misalnya bondan Gunawan, namun belakangan ini ia terlempar dari ring satu lingkar kekuasaan Gus-Dur, sebelun Gus-Dur lengser.
Di tahun 2005, Gus Dur ikut berkiprah pada sebuah organisasi yang digagas Anand Krishna. Organisdasi National Intregation Movement, disingkat NIM yang berarti Gerakan Integrasi Nasional. Pada organiusai ini Gus Dur duduk sebagai Ketua Dewan Pembina, yang beranggotakan sejumlah nama diantaranya Siswono Yudhohusodo dan Slamet Rahardjo. Mantan pemimpin Redaksi Kompas, August Parengkuan, duduk sebagai anggota Kehormatan.
Sebagaimana bisa dilihat di www.nationalint-egrationmevement.org, NIM didirikan pada tanggal 11 April 2005 di Tugu Proklamasi, Jakarta, sebagai respon atas adanya ancaman terhadap integrasi bangsa, terutama yang dusebabkan oleh pertikaian atas nama agama dan etnis, dibeberapa wilayah Indonesia. Pendiriannya diinspirasikan oleh topkoh spiritual lintas agama, Anand Krishna.
Sebagaimana juga AKKBB yang berupaya menanamkan di benak kita akan adanya bahaya disintegrasi dan sebagainya. NIM juga mempunyai concern yang sama. Sejumlah isu yang potensial untuk diangkat oleh NIM meliputi: ancaman terhadap keutuhan wilayah RI, peraturan dan perundangan yang diskriminatif terhadap kelompok agama tertentu: kebijakan yang merugikan kelompok etnis dan agama tertentu: ancaman atau teror dari kelompok masyarakat tertentu kepada kelompok masyarakat lain; dan sebagainya.
Jangan lupa, Gus Dur dan Anand Krishna termasuk sosok yang namanya ikut mendukung petisi AKKBB yang antara lain dimuat oleh harian Kompas. Salah satu kegiatan NIM adalah menerbitkan berbagai petisi, seperti Petisi Untuk Menolak UU Pornografi, Petisi penghapusan Kolom Agama Pada KTP, PETISI untuk Pemerintah Indonesia untuk memperhatikan Pulau Bali, Petisi Pembuatan dan Pemberlakuan Undang-Undang Perlindungan Folklor dan Pengetahuan Tradisional, Petisi Pendidikan Harus Mengantar Kita pada Kebangkitan Indonesia, dan sebagainya.
Nampaknya, ada sekelompok orang yang konsisten menakut-nakuti kita akan adanya bahaya ideologis, akan adanya ancaman disintegrasi, akan adanya bahaya yang ditimbulkan oleh sekelompok orang yang hendak mengubah dasar Negara.
Mereka menciptakan sebuah hantu jadi-jadian, yang harus dijadikan musuh bersama. Hantu jadi-jadian yang mereka maksud adalah sekelompok orang yang picik sikap keber-AGAMA-annya, yang suka kekerasan, yang suka memaksakan kehendak, dan sebagainya. Sekelompok orang itu tentu saja bukan Anand Krishna, bukan Gus Dur, bukan Azyumardi Azra, bukan Komaruddin Hidayat, bukan Ulil dan kelompok JIL-nya, bukan Amien Rais, bukan Syafi'i Ma'arif, bukan Jalaluddin Rahmat, bukan Gunawan Mohammad, bukan Amin Abdullah. Bukan Moeslim Abdurrahman dan sebagainya.
Sementara mereka menciptakan hantu menyeramkan tentang adanya bahaya Islam Fundamentalis, bahaya Islam Radikal yang hendak mengubah ideologi Negara; pada saat bersamaan mereka telah menyusupkan paham yang tidak sekedar sekuler, tidak sekedar plural dan liberal, tetapi atheis dan komunis.
Buktinya, di masa ketika Gus Dur menjadi Presiden, ia menyatakan akan mencabut Tap MPRS No. XXV/ 1996 tentang larangan ajaran Marxis dan Leninis yang merupakan inti ajaran komunis. Padahal, di Indonesia, penganut komunis sejak sebelum kemerdekaan di Madiun. Akibatnya, sejumlah pentolan komunis mati, lainnya kabur ke luar negeri, antara lain D.N. Aidit. Namun, di tahun 1950 Aidit kembali ke Indonesia karena Soekarno melakukan rehabilitasi terhadap mereka. Di tahun 1965, penganut komunis kembali melakukan pemberontakan berdarah.
Bila Soekarno pernah merehabilitasi penganut komunis yang pernah berontak di tahun 1948, Gus Dur semasa jadi Presiden pernah bertatap muka dengan pelarian politik kasus PKI (komunisme) ketika jalan-jalan ke berbagai Negara Eropa, dan di hadapan mereka Gus Dur menjanjikan bahwa mereka dapat kembali ke Indonesia. Untuk menunjukkan keseriusannya, Gus Dur menugaskan Yusril Ihza Mahendra yang ketika itu menjabat sebagi Menkumdang untuk menindak-lanjuti kebijakan Gus Dur terhadap para pelarian politik penganut komunis.
Sebagai presiden, Gus Dur menginginkan untuk menghapus semua undang-undang atau peraturan yang melarang dan membatasi aliran-ideologi seperti komunisme; bahkan ia juga hendak menghapus Departemen Agama, karena departe-men ini menurut Gus Dur hanya menguntungkan golongan Islam dan merugikan golongan lainnya.
Gus Dur juga pernah mengusulkan untuk menghapus Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri yang mengatur penyebaran agama dan pendirian tempat ibadah, karena dianggap merugikan golongan Kristen. Selain itu, Gus Dur juga mengusulkan agar kurikulum pendidikan agama di sekolah-sekolah harus diubah karena menyebabkan siswa menjadi penganut Islam yang fanatik terhadap agamanya.
Usulan Gus Dur berkenaan dengan kurikulum pendidikan agama, sesungguhnya sudah mulai dipraktekkan Harun Nasutiaon sejak 1975-an. Hingga kini, diteruskan oleh generasi pelanjutnya seperti Azyumardi Azra dan Komaruddin Hidayat di UIN (IAIN). Dulu belum terlihat jelas identitas ideologis para pembelok arah IAIN/ UIN itu. Barulah setelah lebih dari tiga dasawarsa terjadi kudeta ideologis di UIN/ IAIN, mulai di ketahui dengan lebih tegas identitas ideologis mereka, yaitu sekelompok orang yang menjajakan ilhadiyah alias neo komunisme.
Masih ada lagi. Semasa menjadi Presiden, Gus Dur juga menghendaki agar UU Peradilan Agama yang mengarah pada penerapan syari'ah Islam harus dihapus. Begitu juga dengan UU Perkawinan yang substansinya lebih banyak menguntungkan golongan Islam, harus dihapus. Pada masa-masa itu Gus Dur juga pernah mengusulkan agar Masjid Istiqlal dikelola oleh pengurus yang multi agama, jangan hanya orang Islam.
Begitulah faktanya. Gus Dur (dan orang-orang sejenisnya) oleh corong-corong propagandis dan provokator, didengung-dengungkan sebagai tokoh Islam yang cendekia, humanis, plural, toleran. Dan seabreg julukan berlebihan lainnya; untuk kemudian dihadapkan dengan sekelompok besar umat Islam yang konsisten dengan ajarannya, selanjutnya untuk diperbandingankan satu sama lain: yang seperti Gus Dur Islamnya baik, yang lainnya jelek, jumud, sempit, tidak toleran dan sebagainya.
Maka, jadilah Gus Dur semacam prototipe Islam yang baik. Konsekuensinya ia dijajakan ke mana-mana. Namanya tidak saja tercantum di dalam berbagai organisasi, namun kehadirannya juga diharapkan pada berbagai event yang tidak ada kaitannya dengan agama atau kecendekiawanan. Misalnya, pada event Kontes Waria. Di tahun 2006, pada ajang Kontes Waria yang berlangsung awal Agustus, Gus Dur tidak hanya memberikan dukungan moril tetapi juga hadir pada acara yang berlangsung di Diskotek Stardust, Menteng, Jakarta.
Kontes Waria 2006 itu, merupakan kontes yang ketiga kalinya diadakan di Indonesia sejak 2004 lalu. Pada tahun 2005, kontes tersebut mendapat tentangan keras dari FPI. Nah, untuk 'melawan FPI' maka Gus Dur pun dihadirkan oleh para penyelenggara Kontes Waria. Perlu juga diingat, dukungan Kontes Waria tidak saja datang dari Gus Dur, tetapi juga dari Sutiyoso yang kala itu menjabat sebagai Gubernur DKI. Kini, Sutiyoso disebut-sebut akan mencalonkan diri menjadi Presiden RI pada musim pemilu 2009 kemarin tapi tidak dapat dukungan.
Begitulah, Gus Dur diposisikan sebagai Islam yang "baik" sedangkan FPI diposisikan sebagai Islam yang "tidak baik". Maka, untuk menghalau Islam yang "tidak baik" tadi, perlu dihadirkan Islam yang "baik" ke ajang kontes waria yang menurut kacamata agama apapun juga pastilah merupakan sesuatu yang bertentangan.
Di Indonesia kontes waria yang dijaga ketat oleh kepolisian ini digrebek oleh FPI, lembaga tanpa badan hukum yang didirikan rakyat biasa yang punya misi melawan kemungkaran. Berbeda dengan Indonesia, di Negeri Jiran Malaysia, kontes serupa justru digrebek oleh aparat berwenang.
Sebagaimana diberitakan Gatra.com edisi Rabu, 30 Oktober 2002 dengan judul Malaysia Grebek Kontes Waria sejumlah petugas termasuk aparat kepolisian Malaysia menyerang kontes Ratu Paper dolls 2002 Senin malam di Muar, kota kecil di bagian Johor selatan. Tentu saja para waria itu lari pontang-panting dan sebagian dari mereka ada yang berusaha menghindari penangkapan dengan bersembunyi di dalam ruang rahasia di tempat itu. Menurut surat kabar setempat 80 dari 200 waria telah ditahan.
Padahal, boleh jadi kontes waria di Indonesia terinspirasi oleh kontes serupa di negeri Jiran yang di grebek aparat berwenang di sana. Ironisnya, di Indonesia kontes waria selain mendapat penjagaan ketat aparat kepolisian, mendapat dukungan dari Gubernur DKI dan mantan Presiden RI, juga didukung oleh Ruhut Sitompul lawyer kenamaan. Padahal, menurut kacamata sosial, fenomena waria merupakan salah satu penyakit masyarakat (patholoti sosial) di tempat lain, penyakit seperti itu cenderung diberantas, tetapi di Indonesia malah dibela-bela. Apakah ada orang sehat yang membela penyakit?

MUI Telah Memfatwakan Tentang Kedudukan Waria
Berikut ini kutipan fatwa MUI tentang kedudukan waria:
Mengingat:
Hadits Nabi SAW yang menyatakan bahwa laki-laki berperilaku dan berpenampilan seperti wanita (dengan sengaja), demikian juga sebaliknya, hukumnya adalah haram dan dilarang agama.
Hadits menegaskan;
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، قَالَ : لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَخَنِّثِينَ مِنَ الرِّجَالِ ، وَالْمُتَرَجِّلاتِ مِنَ النِّسَاءِ
"Dari Ibnu Abbas, ia berkata; Nabi SAW melaknat laki-laki yang berpenampilan perempuan dan perempuan yang berpenampilan laki-laki."(HR. Al-Bukhari)
Atas dasar hal-hal tersebut di atas, maka dengan memohon taufiq dan hidayah kepada Allah SWT.
Memutuskan
1. Memfatwakan:
a. Waria adalah laki-laki dan tidak dapat dipandang sebagai kelompok (jenis kelamin) tersendiri.
b. Segala perilaku waria yang menyimpang adalah haram dan harus diupayakan untuk dikembalikan pada kodrat semula.
2. Menghimbau kepada:
a. Departemen Kesehatan dan Departemen Sosial RI untuk membimbing para waria agar menjadi orang yang normal, dengan menyertakan para psikolog.
b. Departemen Dalam Negeri RI dan instansi terkait lainnya untuk membubarkan organisasi waria.
3. Surat keputasan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan bila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan pembetulan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di: Jakarta
Pada tanggal: 1 Nopember 1997

Dewan Pimpinan
Majelis Ulama Indonesia

Ketua komisi fatwa MUI Ketua Umum Sekretaris Umum

Prof. KH. Ibrahim Hosen KH. Hasan Basri Drs. HA. Nazri Adlani

Telah ada hadits Nabi Muhammad SAW yang melaknat perilaku berlagaknya lelaki sebagai wanita dan sebaliknya wanita sebagai lelaki. Kemudian sudah ada fatwa MUI yang mengharamkannya, menyatakan penyimpangannya itu haram, agar Departemen Kesehatan dan Departemen Sosial mendandani mereka supaya jadi normal. Sedang Departemen Dalam Negeri agar membubarkan organisasi waria. Lha kok malahan ada orang yang mengaku sebagai tokoh dari umat Muhammad SAW justru mendukung kontes waria yang terlaknat itu. Apakah pantas di akhirat kelak akan tetap mengaku sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW?
Yang berpihak kepada kelompok tak normal itu secara akal otomatis adalah orang yang tidak normal pula. Tetapi dikalangan orang-orang yang tidak normal, siapa yang tidak normalnya itu dianggap paling tinggi maka dijadikan sebagai model pertama. Dalam kenyataannya, ada orang, karena ia merupakan sebuah prototype (model pertama) yang harus dipamerkan ke mana-mana, maka namanya pun tercantum diberbagai organisasi dan kehadirannya menjadi bumbu tersendiri pada setiap kegiatan. Termasuk perayaan Natal bersama. Orang itu sendiri tak kuat menahan gejolak mendirikan berbagai organisasi atau memenuhi berbagai undangan, mesti harus dituntun-tuntun (karena maaf, tidak dapat melihat). Sehingga, bila diibaratkan dengan pohon, ia bagai tanaman dalam pot yang tidak pernah menjadi besar; tidak pernah bisa berbuah, dan pada gilirannya kekeringan karena sering berjemur di terik matahari. Meski sudah kering, tetap saja dijajakan dan dipamerkan oleh pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadapnya, dengan mengusung tema "pohon kering yang artistik"

Gus Dur Merusak Pemahaman Islam Lewat Anjuran Natalan bagi Muslim
Ada masalah fundamental yang menandai alur pemikiran Gus Dur. Hal itu bisa disimak perisitiwa berikut ini, yang sekaligus penulis komentar berdasarkan dalil ayat-ayat al-Qur'an dan hadits Nabi. Peristiwa itu sebagai berikut:
Ketika umat Islam sedang mendirikan shalat tarawih, bertadarrus al-Qur'an atau kesibukan lainnya yang berkaitan dengan malam 20 Ramadhan 1420 H/ 27 Desember 1999, ada peristiwa yang pantas disimak. Presiden Gus Dur menghadiri Perayaan Natal Gabungan (Kristen dan Katolik) secara nasional di Senayan Jakarta, dan ia berpidato. Acara itu disiarkan langsung oleh televisi RI dan lima televisi swasta serta seluruh pemancar radio pemerintah, dan sebagian pemancar radio swasta.
Pidato Gus Dur itu disambut tepuk tangan berkali-kali dari 10.000-an orang Nashrani yang hadir Senin malam 27/ 12 1999 itu. Acara itu diarsiteki oleh bekas menteri aparatur negara masa rezim Soeharto, TB Silalahi, dan kepanitiaan nasionalnya diketuai oleh Freddy Numberi Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara yang diangkat oleh Gus Dur.
Harian Republika meberitakan: Megawati sambutannya, Presiden mengucapkan, ”Assalamu-'alaikum...." katanya, "Saya sengaja tidak mengucapkan selamat malam. Karena kata Assalamu'alaikum adalah berarti kedamaian atas kalian. Mudah-mudahan kalian diberkati kedamaian," tutur presiden dalam acara yang juga dihadiri Wapres Megawati beserta suami serta sejumlah menteri Kabinet Persatuan Nasional an sejumlah wakil dari negara sahabat.
Pada bagian lain dari pidatonya itu diberitahukan pula: Kalau kita konsekuen sebagai seorang Muslim, sambung Gus Dur, merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, juga adalah harus konsekuen merayakan malam Natal. "Terlebih-lebih pada saat ini," tutur Gus Dur. (Republika, Selasa 28 Desember 1999, halaman 1).

Tanggapan
1. Tentang Assalamu'alaikum
Nabi bersabda:
لاَ تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى بِالسَّلاَمِ وَإِذَا لَقِيتُمْ أَحَدَهُمْ فِي طَرِيقٍ فَاضْطَرُّوهُ إِلَى أَضْيَقِهِ
"Janganlah kamu memulai salam kepada orang-orang Yahudi dan jangan pula kepada Nashrani. Apabila kamu berjumpa salah satu mereka di suatu jalan, maka desaklah mereka pada jalannya yang palign sempit." (HR. Muslim 2167, at-Tirmidzi 210, dan Abu Dawud 5205)
Hadits tersebut mengandung hukum haramnya memulai salam kepada Yahudi, Nashrani dan kuffar lainnya. Dan apabila mereka mengucapkan salam atas kita (muslimin) maka kita katakan "wa'alaikum". Sebagian ulama ada yang berpendapat, apabila benar ucapan salamnya maka kita jawab "wa'alaikumussaam". (Lihat Zaadul Ma'aad 2/424, at-Tamhiid 17/89, ad-Durusul Yaumiyyah Minal ahkaamis Syar'iyyah hal. 66). ]

Gelar Bapak Pluralisme Gus-Dur ditolak MUI Jatim
Gelar "Bapak Pluralisme Dan Multikulturalis-me" yang diucapkan Presiden SBY ketika memimpin penguburan mayat Gus-Dur di Jombang Jawa Timur, Kamis 31 Desember 2009, ternyata ditolak MUI Jawa Timur.
"Kami tidak sependapat jika Gus-Dur disebut bapak pluralisme seperti yang diungkapkan Presiden di Jombang beberapa waktu lalu karena dapat menimbulkan konflik agama," kata ketua MUI Jatim KH. Abdusshomad Bukhori di Surabaya, Rabu (13 Januari 2010).
Ia menilai pluralisme adalah paham pencampuradukkan beberapa ajaran agama sehingga sangat berbahaya terhadap kehidupan beragama di Indonesia.
Kantor berita resmi ANTARA memberitakan, cuplikannya sebagai berikut:
MUI tolak gelar "Bapak Pluralisme" Gus-Dur
Rabu, 13 Januari 2010
15:05 WIB
Surabaya (ANTARA News) –Majelis Ulama Indonesia (MUI) Propinsi Jawa Timur menolak gelar Bapak Pluralisme terhadap mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.
Kami tidak sependapat jika Gus-Dur disebut bapak pluralisme seperti yang diungkapkan Presiden di Jombang beberapa waktu lalu karena dapat menimbulkan konflik agama," kata ketua MUI Jatim KH. Abdusshomad Bukhori di Surabaya, Rabu (13 Januari 2010).
Ia menilai pluralisme adalah paham pencam-puradukkan beberapa ajaran agama sehingga sangat berbahaya terhadap kehidupan beragama di Indonesia.
"Ada dua hal yang membahayakan hubungan umat beragama di Indonesia, yakni Radikalisme agama dan pluralisme agama," katanya dalam sidang badan pembina pahlawan daerah Jatim untuk membahas pengusulan Gus Dur sebagai pahlawan nasional.
Somad menyatakan, sejak Gus Dur disebut sebagai Bapak Pluralisme, MUI Jatim kebanjiran surat protes dari berbagai kalangan.
"Yang benar adalah pluralitas bukan pluralisme. Pluralisme adalah upaya mensejajarkan beberapa agama. Ini harus dicermati agar tidak memicu konflik karena adanya pelanggaran akidah," katanya mengingatkan. (Ant, Rabu, 13 Januari 2010 15:05 WIB).

Pluralisme dan Multikulturalisme Adalah Kemusyrikan Baru
Perlu diketahui, pluralisme dan multikulturalis-me adalah istilah bikinan dari luar Islam. Kalau dicocokkan dengan aqidah Islam, kurang lebihnya, pluralisme dan multikulturalisme itu adalah kemusyrikan baru, lebih berbahaya dari kemusyri-kan yang dijajakan oleh kaum musyrikin Quraisy. Karena musyrikin Quraisy di zaman Nabi Muhammad mengajak kepada kemusyrikan dengan syarat muslimin agar ikut menyembah berhala mereka selama setahun, kemudian setahun berikutnya musyrikin Quraisy mau menyembah Allah bersama umat Islam. Maka langsung ditolak oleh Allah dengan sangat tegas, dengan satu surat penuh yakni surat al-Kafirun.
Syarat yang lebih lunak juga ditawarkan musyrikin Quraisy, cukup hanya agar mengusap berhala mereka, nanti Nabi Muhammad akan dijadikan teman dekat mereka. Namun tawanan orang-orang kafir itu langsung dijawab Allah ta'ala dengan mengacam Nabi Muhammad kalau sampai cenderung ke mereka maka akan ditimpakan adzab lipat ganda di dunia ketika masih hidup atau sesudahnya, ketika sudah wafat. Bunyi ayatnya:
وَإِنْ كَادُوا لَيَفْتِنُونَكَ عَنِ الَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ لِتَفْتَرِيَ عَلَيْنَا غَيْرَهُ وَإِذًا لاَ تَّخَذُوكَ خَلِيلاً , وَلَوْلاَ أَنْ ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدْتَ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلا , إِذًا لاَ ذَقْنَاكَ ضِعْفَ الْحَيَاةِ وَضِعْفَ الْمَمَاتِ ثُمَّ لاَ تَجِدُ لَكَ عَلَيْنَا نَصِيرًا
"Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami; dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia."
"Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)."
"Kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap Kami." (QS. Al-Isra': 73-75)
Pluralisme agama tidak meminta syarat apa-apa, hanya agar meyakini bahwa semua agama sejajar, parallel, semua menuju kepada keselamatan, hanya beda teknis.
Ini berarti pluralisme lebih berbahaya dibanding kemusyrikan yang dijajakan orang kafir Quraisy, yang masih pakai syarat, paling kurang adalah mengusap berhala mereka. Dan itupun telah diancam Allah ta'ala.
Lebih dahsyat lagi adalah multikulturalisme Gus Dur. Gagasan Gus Dur tentang multikulturalis-me:
"Setiap pribadi berhak melakukan pilihan terhadap agama dan tradisi budayanya. Oleh karena itu baik negara maupun masyarakat harus menghargai serta menghormatinya."
(M. RIDLWAN LUBIS, Dosen UIN Syarif Hitayatullah Jakarta, Ketua PBNU, multikulturalis-me, waspada.co.id, Wednesday, 06 Januari 2010, 06:02)
Multikulturalismenya Gus Dur itu sampai membabat inti agama yakni amar ma'ruf nahi mungkar (memerintah kebaikan dan mencegah keburukan). Karena Gus Dur mengharuskan negara dan masyarakat untuk menghargai dan menghor-mati tradisi budaya (apa saja) pilihan orang. Padahal tradisi budaya itu banyak yang bertentangan dengan Islam, bahkan banyak sekali yang merupakan kemusyrikan, seperti ruwatan, larung laut, memberikan sesaji di gunung, sendang (mata air), sungai, laut, pohon, dan sebagainya. Belum lagi tradisi joged dengan aneka pakaian yang tidak sesuai dengan Islam dan tak menutup aurat. Itu semua menurut konsep multikulturalisme Gus Dur harus dihormati dan dihargai oleh negara dan setiap orang. (baca nahimungkar.com, NU tersihir pluralisme dan multikulturalismenya Gus Dur, Januari 7, 2010 11:17)
Dengan demikian, pluralisme dan multikultura-lisme itu bahasa Islamnya adalah kemusyrikan baru, sekaligus membabat amar ma'ruf nahi mungkar. Jadi Islam ini sudah ditarik ke ranah yang sama dengan agama-agama kekafiran dan kemusyrikan, masih pula dibabat inti da'wahnya yaitu amar ma'ruf nahi mungkar. Betapa jahatnya!
Oleh karena itu, wajar kalau MUI menolak gelar itu, bukan lantaran Gus Durnya, kemungki-nan, tetapi dampaknya kepada masyarakat yang akan buruk. Adapun Hasyim Muzadi, kira-kira saja itu menolaknya karena risih, punya tokoh saja kok digelari gelar yang itu kalau dimaknakan secara Islam adalah bapak kemusyrikan baru.
Seberapa kekuatan gelar yang diucapkan Presiden SBY untuk Gus Dur itu, ada komentar dari pejabat di Jawa Timur dengan mengemukakan bahwa gelar tersebut tidak ada landasan hukumnya karena tanpa SK (Surat Keputusan). Berita selanjutnya seperti ini:
Sementara itu Ketua BPPD (Badan Pembina Pahlawan Daerah) Jatim Saifullah Yusuf yang memimpin sidang itu menyatakan, penyebutan Gus Dur sebagai Bapak Pluralisme itu tidak ada landasan hukumnya berupa Surat Keputusan (SK) Presiden atau SK Gubernur.
Itu hanya penyebutan, tidak ada SK-nya. Namun masukan dari MUI ini sangat berarti, kata Wakil Gubernur Jatim yang juga masih keponakan Gus Dur itu. (Ant, Rabu, 13 Januari 2010 15:05 WIB)
Hasyim Muzadi Ketua Umum PBNU dengan nada yang berbeda juga telah menenggapi tentang gelar "Bapak Plurarisme dan Multikulturalisme" untuk Gus Dur itu. Menurut Hasyim Muzadi, pluralisme di NU bukan bersifat teologis, namun pluralisme sosiologis. Karena, alasan Hasyim Muzadi, NU tidak mengenal aqidah "tahu campur", yakni mencampuradukkan keyakinan agama.
Dengan adanya penolakan dari MUI Jawa Timur dan juga tanggapan dari Ketua Umum PBNU, berarti –walaupun kalau ditelusuri memang Gus Dur itu memang memenuhi syarat dalam hal pluralisme agama- tampaknya dari pihak NU dan MUI Jawa Timur tidak berkenan untuk disematkan gelar itu kepada pelakunya yang telah meninggal itu.
Ini bisa diartikan, apa yang dicanangkan oleh orang-orang liberal, Ulil Abshar Abdalla dan konco-konconya, yang menyuarakan agar hari kematian Gus Dur dijadikan Hari Pluralisme Indonesia, otomatis ditolak.

Hartono Ahmad Jaiz, "Mengungkap Kebathilan Kyai Liberal CS", Hal. 266–274 Jakarta, Kamis 29 Muharram 1431 H/ 14 Januari 2010 M.

Said Aqil Siradj Kafirkan Shahabat.
Dia jadi petinggi di NU yang klaimnya pun sering didengar sebagai ASWAJA (Ahlussunnah Wal Jama'ah) namun mengkafirkan shahabat.
Model menyakiti hati bahkan mengkafirkan para shahabat ternyata bukan hanya dilakukan oleh orang yang terang-terangan mengaku Syi'ah. Bahkan di Indonesia, orang yang mengaku Sunni pun menulis makalah yang sangat lancang mengkafirkan para shahabat. Dialah Dr. Said Aqil Siradj, wakil Katib Syuriah PBNU yang menulis makalah berjudul "Latar Kultur dan Politik Kelahiran Aswaja". Tulisan itu pernah menjadi heboh di kalangan umat Islam, terutama NU, di samping sebagian orang menjadi keliru, dikira orang yang menulis itu Dr. Said Aqil Al-Munawwar yang memang seorang ulama di NU, yang di masa presiden Megawati menjadi Menteri Agama.
Betapa beraninya Said Aqil Siradj itu dalam mengkafirkan para shahabat, seperti dalam tulisannya yang kami kutip ini:
"Sejarah mencatat, begitu tersiar berita Rasulullah wafat dan digantikan oleh Abu bakar (b kecil dari pemakalah), hampir semua penduduk jazirah Arab menyatakan keluar dari Islam. Seluruh suku-suku di tanah Arab membelot seketika itu juga. Hanya Madinah, Makkah dan Thoif yang tidak menyatakan pembelotannya. Inipun, kalau dikaji secara seksama, bukan karena agama, bukan didasari keimanan, tetapi karena kabilah. Pikiran yang mendasari sikap orang Makkah untuk tetap untuk memeluk Islam adalah logika bahwa kemenangan Islam adalah kemenangan Muhammad; sedang Muhammad adalah Quraisy, penduduk asli kota Makkah; dengan demikian, kemenangan Islam adalah kemenangan suku Quraisy; kalau begitu tidak perlu murtad. Artinya, tidak murtadnya Makkah itu bukan karena agama, tapi karena slogan yang digunakan oleh Abu bakar di Bani Tsaqifah;_ al-aimmatu min quraisy_, bahwa pemimpin itu berasal dari Quraisy. Dan itu sangat ampuh bagi orang Quraisy." (Dr. Said Aqil Siradj, makalah berjudul Latar Kultur dan Politik Kelahiran ASWAJA, hlm. 3-4 )
Sebegitu sengitnya Said Aqil Siradj terhadap para sahabat Nabi Muhammad SAW, sampai dia berani menulis:
"Hanya Madinah, Makkah dan Thoif yang tidak menyatakan pembelotannya. Ini pun, kalau dikaji secara seksama, bukan karena agama, bukan didasari keimanan, tetapi karena kabilah."
"Artinya, tidak murtadnya Makkah itu bukan karena agama, tapi karena slogan yang digunakan oleh Abu bakar di Bani Tsaqifah;_ Al-Aimmatu Min Quraisy_, bahwa pemimpin itu berasal dari Quraisy. Dan itu sangat ampuh bagi orang Quraisy."
Amat sangat lancang. Masalah keimanan adalah masalah yang tidak dapat dilihat. Ketika orang masih memeluk Islam, apakah keislamannya itu karena keimanan atau karena kekabilahan/ kesukuan, sama sekali bukan urusan manusia. Karena manusia sama sekali tidak berhak dan bahkan tidak tahu apa isi hati seseorang. Sampai-sampai ketika ada shahabat yang membunuh orang kafir dalam perang, ketika si kafir ini sudah mengucapkan syahadat, maka ketika Nabi Muhammad mendengarnya langsung bertanya dan diulang-ulang: Sudahkah engkau membelah dadanya sehingga kamu tahu ia benar-benar mengucapkan kalimat syahadat atau tidak. Inilah haditsnya:

عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ وَهَذَا حَدِيثُ ابْنِ أَبِي شَيْبَةَ قَالَ بَعَثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَرِيَّةٍ فَصَبَّحْنَا الْحُرَقَاتِ مِنْ جُهَيْنَةَ فَأَدْرَكْتُ رَجُلًا فَقَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَ اللَّهُ فَطَعَنْتُهُ فَوَقَعَ فِي نَفْسِي مِنْ ذَلِكَ فَذَكَرْتُهُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَ اللَّهُ وَقَتَلْتَهُ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّمَا قَالَهَا خَوْفًا مِنْ السِّلاَحِ قَالَ أَفَلاَ شَقَقْتَ عَنْ قَلْبِهِ حَتَّى تَعْلَمَ أَقَالَهَا أَمْ لاَ فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا عَلَيَّ حَتَّى تَمَنَّيْتُ أَنِّي أَسْلَمْتُ يَوْمَئِذٍ

"Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid, ia berkata: Rasulullah SAW telah mengutus kami dalam suatu pasukan. Kami sampai di al-Huruqot, suatu tempat di daerah Juhainah, pada waktu pagi. Aku berjumpa seorang lelaki, lelaki tersebut, menyebut لاَ إِلَهَ إِلاَ اللَّهُ lalu aku menikamnya. Aku menceritakan itu pada Rasulullah. Rasulullah SAW bertanya dengan bersabda: adakah kamu membunuhnya sedangkan dia telah mengucapkan kalimat syahadat لاَ إِلَهَ إِلاَ اللَّهُ . Aku menjawab: wahai Rasulullah! Sesungguhnya lelaki itu mengucap demikian karena takut akan ayunan pedang. Rasulullah bertanya lagi: sudahkah engkau membelah dadanya sehingga kamu tahu ia benar-benar mengucapkan kalimat syahadat atau tidak. Rasulullah mengulangi soal itu kepadaku sampai-sampai aku berangan-angan seandainya aku baru masuk Islam pada hari itu." (muttafaq 'alaih)

Menyamakan Tauhid Islam dengan Keyakinan Kristen
Untuk menguak kiprah tokoh NU (Said Aqil Siradj) dalam hal membuka pintu kristenisasi, dan sangat merusak aqidah Islam, kami kutip di sini uraian Majalah Bidik edisi perdana, Januari 2003, dalam rubrik utamanya, Bidikan Utama, yang isinya sebagai berikut:

Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA:
"Tauhid Islam dan Kristen Sama Saja"
Kehadiran sekte Kristen yang menyamakan dirinya "Kanisah Ortodoks Syria" di bawah pimpinan Bambang Noorsena sempat menarik perhatian besar berbagai kalangan. Berbeda dengan gaya Kristen lain, Kristen Ortodoks Syria (KOS) tampil mirip dengan tampilan umat Islam, yakni dengan khas idiom-idiom keislaman dan kearaban. Mereka mengucapkan salam "assalamu 'alaikum", laki-lakinya memakai peci dan gamis, wanitanya memakai jilbab dan ibadahnya pun seperti umat Islam yakni shalat 7 waktu. Al-Kitab yang dibaca dalam berbagai acara adalah al-Kitab yang berbahasa Arab dengan dilagukan seperti qiroatul Qur'an, istilah mereka adalah tilawatul Injil.
Sambutan orang yang sedemikian rupa terhadap KOS itu wajar saja, karena mereka tampil baru dan beda. Sambutan terhadap KOS yang sangat kebablasan, justru dilakukan oleh orang yang selama ini dikenal dengan kiai dan tokoh NU, Said Aqil Siradj.
Dalam buku "Menuju Dialog Teologis Kristen-Islam" yang ditulis oleh Bambang Noorsena, Said Aqil Siradj memberikan kata penutup yang sangat berbahaya dan menyesatkan:
"Dari ketiga macam tauhid di atas (tauhid al-rububiyyah, tauhid al-uluhiyyah, dan tauhid asma wassifat), maka tauhid Kanisah Ortodox Syria tidak memiliki perbedaan yang berarti dengan Islam. Secara al-rububiyyah, Kristen Ortodox Syria jelas mengakui bahwa Allah adalah Tuhan sekalian alam yang wajib disembah. Secara al-uluhiyyah, ia juga mengikrarkan la ilaaha illallah: "tiada tuhan (ilah) selain Allah", sebagai ungkapan ketauhidannya. Sementara dari sisi tauhid sifat dan asma Allah, secara substansial tidak jauh berbeda. Hanya ada perbedaan sedikit tentang sifat dan asma Allah tersebut. " (hal. 165).
"Jika dalam Islam (Sunni) kalam Tuhan yang qadim itu turun kepada manusia (melalui Muhammad) dalam bentuk al-Qur'an, maka Kristen Ortodox Syria berpandangan bahwa kalam Tuhan turun menjelma (tajassud) dengan ruh al-Quddus dan perawan Maryam menjadi manusia. Perbedaan ini tentu sangat wajar sekali dalam dunia teologi, termasuk kalangan teologi Islam" (hal. 165-166).
"Walhasil, keyakinan Kristen Ortodox Syria dengan Islam (Sunni), walaupun berbeda dalam peribadatan (syari'ah), pada hakikatnya memiliki persamaan yang sangat substansial dalam bidang tauhid." (hal. 166).

Kristen atau Islam, ataukah Krislam?
Pernyataan Said Aqil Siradj itu sudah sangat dan terlalu jauh penyimpangannya dari aqidah Islam. Dengan menyamakan tauhid Islam dan kristen, secara langsung dia mengatakan bahwa Islam dan kristen itu sama-sama syirik kepada Allah SWT. Karena dalam halaman 167 buku tersebut, dicantumkan dengan jelas Qanun al-Iman al-Muqaddas (pengakuan atau syahadat iman) Kristen Ortodox Syria dalam bahasa Arab berdampingan dengan bahasa Arab:
"Qaanuun al-iimaan al-muqaddas: Nu'min birobbin waahidin 'Iisaa al-Masiih ibnullaahil-waahidi, al-mauluudu minal aabi qabla kullid-duhuur, nuurun min nuurin, ilaahun haqq min ilaahin haqq, mauluudin ghoiru makhluuqin, waahidun ma'al-aabi fid-dzaati, alladzii bihi kaana kullu syai-in, haadzal-ladzii min ajlina nahnul-basyar, wamin ajli kholaashinaa, nazala minas-samaa'....wamin maryam al adzraa al bathuul, walidatul ilaah..."
"(Dan kami beriman kepada satu-satunya tuhan (Rabb) yaitu Isa al-Masih (Yesus Kristus) putra Allah yang tunggal, yang dilahirkan dari bapa sebelum segala abad, terang dari sumber terang, (firman) Allah yang keluar dari (wujud) Allah, dilahirkan dan bukan diciptakan, yang satu dengan Allah dalam dzat-Nya yang Esa, yang melalui-Nya segala sesuatu diciptakan untuk kita manusia dan demi keselamatan kita, telah nuzul dari surga....dan dari perawan Maryam yang suci, ibunya Tuhan (walidatul ilah)."
Umat kristen yang beriman bahwa satu-satunya Rabb (Tuhan) adalah Yesus Kristus, dikatakan masih sama tauhidnya dengan Islam?? Kemudian doktrin bahwa Maryam adalah ibunya Tuhan (walidatul ilah) dikatakan substansinya sama dengan Islam?? Subhanallah 'amma yashifuun. Kami berlindung kepada Allah dari apa yang mereka sifatkan.
Dengan pemikiran seperti itu maka sesungguh-nya "teologi" KH. Said Aqil Siradj lebih kristen dari pada para pendeta dan teolog kristiani. Jika masih merasa sebagai umat Islam, maka seharusnya dia bertobat kepada Allah saat ini juga, sebelum terlambat. Karena ucapan itu bisa menggugurkan keislamannya, dan sangat kontradiktif dengan ayat-ayat ilahi berikut ini:

اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلاَ لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لاَ إِلَهَ إِلاَ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ.
"Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan." (QS.At-Taubah: 31)

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri," (QS. An-Nisaa': 36)

لا تَجْعَلْ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَتَقْعُدَ مَذْمُومًا مَخْذُولا

"Janganlah kamu adakan tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah)." (QS. Al-Isro': 22)
ذَلِكَ مِمَّا أَوْحَى إِلَيْكَ رَبُّكَ مِنَ الْحِكْمَةِ وَلا تَجْعَلْ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَتُلْقَى فِي جَهَنَّمَ مَلُومًا مَدْحُورًا

"Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhan-mu kepadamu. Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah)." (QS. Al-Isro': 39)

Lebih Mutu Anak SD Islam
Akidah kiai pluralis itu akan terasa janggal bila dibandingkan dengan akidah anak SD yang sudah mengerti akidah. Di mana mereka tahu bahwa:
"Kita percaya dan yakin Allah Maha Kuasa. Mari kita ucapkan syahadatain, yaitu dua kalimat syahadat. Syahadat terdiri dari syahadat tauhid dan syahadat Rosul. Syahadat tauhid adalah persaksian adanya Allah, bunyinya: Asyhadu allaa ilaaha illallah, artinya: saya bersaksi tidak ada tuhan selain Allah". (Pendidikan Agama Islam untuk SD kelas 1, Tim Karya Guru, Penerbit Erlangga, hal. 12).
Menginjak kelas 3 SD, akidah anak shaleh sudah meningkat menuju ke arah pemahaman aplikatif beserta konskuensinya: "kesaksian terhadap keesaan Allah amatlah penting. Jika seseorang tidak mengakui keesaan Allah, maka sia-sialah amalnya. Di akherat ia akan merugi selamanya." (Pendidikan Agama Islam untuk SD kelas III, Tim Karya Guru, Penerbit Erlangga, hal. 14). (Majalah Bidik, Edisi Perdana, Th I, Januari 2003, hal 42, 43, dan 46)

H. Muhammad Najih Maimoen, "Membuka Kedok Tokoh-Tokoh Liberal Dalam Tubuh NU", hal. 91-136, Sarang 25 Rabi'ul Awwal 1431 H./ 12 Pebruari 2010 M.
Keterlibatan Said Aqil dan Gus-Dur dalam Syi'ah bisa dilihat dari pernyataan dan seringnya bola-balik ke Iran. Kagum kepada Khomeini, dengan menyebutnya sebagai waliyullah, Islam tidaklah jauh berbeda dengan Syi'ah, NU dan Syi'ah mempunyai kultur sama, Tahlilan, Dziba'an, cinta Ahlil Bait dll.
Said Aqil dalam makalahnya yang dipresentasi-kan dalam Seminar Nasional PMII di Jakarta, 8 Agustus 1995, dan di Kantor PBNU pada tanggal 19 Oktober 1996, yang banyak kami temukan dalam makalah tersebut banyak kejangga-lan dan kesalahan yang amat fatal, tiga di antaranya adalah:
1. Sejarah mencatat, begitu tersiar berita Rasulullah wafat dan digantikan oleh Abu Bakar, hampir semua penduduk Jazirah Arab menyatakan keluar dari Islam. Seluruh suku-suku di tanah Arab membelot seketika itu juga. Hanya Madinah, Makkah dan Thoif yang tidak menyatakan pembelotannya. Inipun kalau dikaji secara seksama bukan karena agama, bukan didasari keimanan, tapi karena kabilah. Pikiran yang mendasari orang Makkah untuk memeluk agama Islam adalah logika, bahwa kemenangan Islam adalah kemenangan Muhammad, sedang Muhammad adalah orang Quraisy, penduduk asli kota Makkah. Dengan demikian kemenangan Islam adalah kemenangan suku Quraisy. Kalau begitu, tidak perlu murtad. Artinya tidak murtadnya Makkah itu bukan karena agama, tapi karena slogan yang digunakan Abu Bakar di Bani Saqifah, "Al-a'immatu Min Quraisy", (halaman 3 alenia V).
2. a. Di masa-masa awal pemerintahan kira-kira enam tahun pemerintahan Khalifah Utsman keadaan wajar-wajar saja. Semuanya berjalan dengan baik, kemenangan terjadi dimana-mana, katakanlah sukses. Namun dimasa-masa akhir ketika usianya mulai lanjut, Utsman mulai pikun. (halaman 6 alenia I).
b. Begitupun ketika ditanya tentang pengang-katan Gubernur dan pembantu-pembantu Khalifah yang semuanya dari kalangan famili, ia tegas bahwa itu karena adanya ayat Al-Quran, "Wa Atidzal Qurba", utamakan dahulu kerabat. Ketika itu Ustman sudah pikun dan sudah selayaknya mundur. (Halaman 7 alenia I).
3. Sejak itu Mutawakkil mendapat gelar Nashirullah (pembela madzhab Ahlussunah wal-Jamaah) mulailah lahir hadits "Sataftariqu Ummaty"........dst, bahwa ummat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan hanya satu yang selamat. Ada lagi riwayat yang mengatakan "Kulluha Fil Jannah Illa Wahid" (semua masuk surga kecuali satu). Persoalanya, kalau kita terima versi "Kulluha Finnar Illa Wahid" timbul pertanyaan; siapa yang satu itu? Diriwayatkan bahwa Nabi menjawab; "orang yang seperti aku dan shahabatku" lalu siapa atau madzhab mana, partai mana yang mampu dan berhak menyatakan kami inilah seperti Rosulullah dan shahabat-shahabatnya. Dengan demikian hadits ini sulit diterima keshahihannya. Yang jelas hadits ini dilatar belakangi oleh kondisi politik ketika Mutawwakil naik menjadi Khalifah. (Halaman 15 alenia III).
Dan komentar kami atas kejanggalan-kejanggalan dalam makalah Said Aqil yang telah kami paparkan adalah sebagai berikut:
1. Said Aqil dalam makalahnya jelas telah memvonis, bahwa penduduk Madinah, Makkah dan Thoif yang memeluk Islam dengan keimanannya, tidak lagi beragama Islam setelah wafatnya Rasulullah SAW. Sebab kata-kata "hanya Madinah, Makkah dan Thoif yang tidak menyatakan pembelotannya, ini pun kalau dikaji secara seksama, bukan karena agama, bukan didasari keimanan tetapi karena kabilah", mengandung arti, bahwa penduduk Madinah, Makkah dan Thoif keluar dari Islam hanya saja tidak menyatakan pembelotannya, yang semata-mata karena fanatisme kesukuan. Tuduhan yang sangat keji ini juga tertuju kepada Nabi Muhammad SAW.
Penilaian Said Aqil ini jelas bertentangan dengan fakta sejarah yang terekam dalam tarikh-tarikh Islam yang muktabar. Dan terhadap pribadi Said Aqil berlaku sabda Rosulullah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam Kitabul Adab dan diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitabul Iman.
2. Kata "Pikun" yang dialamatkan kepada Utsman bin Affan oleh Said Aqil, merupakan penghinaan dan caci maki terhadap pribadi Shahabat Utsman, Khalifah Nabi yang ketiga serta pernah menjadi menantu Rosulullah (dua kali). Perbuatan dan ucapan yang demikian ini jelas termasuk dosa besar (kabair) berdasarkan hadits Nabi riwayat Muslim dalam bab: "Diharamkan Mencaci-Maki Shahabat".
3. Bagaimana bisa, dan memakai apa, orang semacam Said Aqil menyatakan hadits "Sataftariqu Ummaty" sulit diterima keshahihannya, bahkan sampai mengatakan hadits tersebut dilatar belakangi politik ketika Mutawakkil menjadi Khalifah? Padahal hadits di atas oleh Imam Turmudzi dikatagorikan hadits yang Hasan dan shahih? Dengan demikian Said Aqil berarti memandulkan hadits yang dinyatakan shahih Imam Turmudzi dan lainnya.
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: (تَفَرَّقَتِ اليَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً أَو اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَالنَّصَارَى مِثْل ذَلِكَ وَتَفَرَّقَ أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً), رواه الترمذي.
وعن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم (لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى عَلَى بَنِي إسْرَائِيْلَ حذو النَّعْل باِلنَّعْل حَتَّى أَنْ كَانَ مِنْهُمْ مِنْ أُمَّتِي أُمَّة عَلاَنِية لَكَانَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَصْنَع ذَلِكَ وَإِنَّ بَنِي إسْرَائِيْلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً وَتَفَرَّقَ أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِى النَّارِ إلاَّ مِلَّة وَاحِدَة ), قال : من هي يا رسول الله ؟ قال : (مَا أَناَ عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ), رواه الترمذي.
Dalam menilai shahabat Utsman Said sungguh keterlaluan dengan mengatakan sayyidina Utsman pikun, melakukan Nepotisme, menghambur-hamburkan uang, seakan Said merasa lebih mulia daripada shahabat. Perbuatan dan ucapan Said termasuk dosa besar bahkan bisa kufur.
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسو ل الله صلى الله عليه وسلم : (لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ فَوَ الَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ أَنَّكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيْفَهُ). رواه مسلم.
Kesalahan Cara Berfikir Said Aqil
Kesalahan Said Aqil ini bukan kesalahan parsial atas produk pemikiran saja, yakni seperti kesalahan Ulama bila ada salahnya, melainkan kesalahan Said Aqil adalah kesalahan cara berfikir-nya (virus otak). Dia banyak membaca karangan orang-orang Syi'ah atau orang-orang modern yang cara berfikirnya dengan pikiran ala barat dan melecehkan Islam seperti Thoha Husain orang buta yang menjadi Pendikbud di Mesir, Qosim Amin dan lain-lain. Serta orang-orang Orientalis yang memang mengibarkan perang pikiran, perang sejarah, dan lain sebagainya.
Pedoman Said Aqil adalah bila orang Islam memuji orang Islam perlu diuji kebenarannya, tetapi bila mencaci sesama orang Islam (seperti mencaci dirinya sendiri) ini diterima. Kaca mata hitam yang dia pakai, sehingga sejarah kelihatan hitam semua.
Said Aqil cerdas, tapi karena banyak membaca karangannya orang-orang yang seperti di atas. Maka terjangkitlah dia oleh virus Orientalis, Liberalis dan Salibis. Sebagaimana iblis itu cerdas tapi berhubung kecerdasannya terkena virus, maka sebagaimana nasib Said Aqil yang terjangkit virus sesat lagi menyesatkan.

Pola Pikir Said Aqil dan Yahudi
Said Aqil yang didukung oleh Gus-Dur, memiliki pola pikir non-Islami, cara pikir yang digariskan oleh orang Yahudi dan yang tak bertuhan yang mereka bungkus dengan kata ilmiah. Ilmiah bagi mereka adalah meninggalkan keyakinan agama dengan obyektif pikiran tanpa memikirkan kebenaran, dan kebenaran bagi mereka adalah nisbi tidak ada kebenaran yang mutlak, meskipun dari Allah dan Rosul-Nya. Segalanya boleh dikritik, ditinjau ulang, dibenahi, disesuaikan dengan sosial kultural dan sosial politik. Na'udzubillah.
Kata mereka, pendapat kami benar ada kemungkinan salah, dan pendapat orang lain salah ada kemungkinan benar. Maka bila ada yang tidak cocok, tidak setuju, bahkan sampai memurtadkan, membid'ahkan, mereka akan tenang saja karena ilmiah yang nisbi itu.
Seakan urusan ilmiah adalah urusan dunia tidak ada hubungan pahala dan dosa, apalagi dengan neraka. Lupa atau mengingkari bahwa segala yang dilakukan atau yang dikatakan di dunia akan diminta pertanggung jawaban di hari kiamat nanti. Agama bagi mereka tidak ubah dengan sosial kultural atau sosial politik yang setiap saat bisa diganti dimajukan, dimundurkan, ditinjau ulang dll. (Apakah mereka kira Tuhan dan sifat-sifat-Nya juga perlu disesuaikan dengan sosial-sosial..?). Bahkan Said Aqil dengan gegabah menyimpulkan bahwa misi Islam adalah politik.
Ringkasnya, walaupun dengan Al-Quran dan Hadits mereka tetap "Sami'na Watafakkarna, Tsuma Tabahhasna wa Tajaddalna, Faabaina wa 'Ashoina".
Inilah cara berpikir Yahudi dan orang-orang yang tak bertuhan yang punya predikat Ilmuan Internasional. Orang-orang yang ahli agama, baik para Shahabat dan lain-lain yang sami'na wa atho'na mereka anggap tidak ilmiah, jumud, extrem, taqlid buta dan lain-lain, bahkan dengan pandangan yang merendahkan, baik secara terang-terangan atau implisit.
Said Aqil yang konon kabarnya adalah seorang sejarawan ternyata banyak menulis kesalahan yang fatal dalam mengungkapkan sejarah para Sahabat Rasulullah SAW sehingga cenderung betindak gegabah dan tak selektif, meneliti mana sejarah yang benar dan yang palsu. Akibatnya Said Aqil lebih bangga bila menemukan catatan sejarah yang justru menyudutkan posisi Sahabat. Padahal, at-Thobary sendiri dalam pengakuannya hanya sekedar menulis apa yang ia dapatkan. Soal benar dan tidaknya ia tidak bertanggung jawab. Maka, sangat konyol sekali bila referensi sejarah yang belum disaring tersebut dijadikan pegangan.
ولعل من أسباب اضطراب المؤرخين المعاصرين حول أحداث الفتنة هو أنهم اعتمدوا في استقاء أحداث الفتنة على بعض كتب التاريخ ككتب الطبري دون أن يأخذوا في الاعتبار أن الطبري وغيره من المؤرخين أوردوا في كتبهم هذه إلى جانب الروايات الصحيحة العديد من الروايات الموضوعة والمكذوبة والواهية لأنهم أوردوا كل ما سمعوه وتركوا لمن يأخذ عنهم أن يميز عن طريق السند بين المكذوب والصحيح والثقة والضعيف وقد بين الطبري في مقدمة تاريخ هذا الأمر فقال:
"وليعلم الناظر في كتابنا أن اعتمادي في كل ما أحضرت ذكره فيه مما شرطت أني راسمه فيه إنما هو على ما رويت من الأخبار التي أنا ذاكرها فيه والآثار التي أنا مسندها إلى رواتها دون ما أدرك بـحجج العقول واستنباط بفكر النفوس إلا اليسير القليل منه. فما يكن في كتابي هذا من خبر ذكرناه عن بعض الماضيين مما يستنكره قارئه أن يستشنعه سامعه من أجل أنه لم يعرف له وجها من الصحة ولا معنى في الحقيقة فليعلم أنه لم يؤت في ذلك من قبلنا وإنما أتى من بعد ناقليه إلينا وأنا إنما أدينا ذلك على نحو ما أدى إلينا". (تاريخ الطبري ج1/ص7-8) . (دراسة عن الفرق ص30-31).
Maka kami sangat menyayangkan Dr. Said Aqiel bila sembarangan menukil referensi sejarah tanpa mengecek siapa sebenarnya pengarang kitab tersebut. Seperti Thoha Husain misalnya yang dinukil pada makalahnya hal. 10 adalah seorang ahli bid’ah yang tidak boleh dijadikan pegangan.
وفرقة دعت إلى الإلحاد وهم فرقة شتى كما تقدم ذكره وأزيد هنا على ما تقدم أنه منذ قامت حكومة مصطفى كمال في تركيا عملت على تشجيع الحركات الإلحاديات فألفت هناك كتب كثيرة تهدف إلى التشكيك في حقائق الأديان كلها والدعوة إلى تركها فقد نبذ الكماليون الشريعة الإسلامية برمتها من حكومتهم ومهدوا طريقا لمحو عقائد الإسلام وآدابه وعباداته من نابتة شعيهم بمنع اللغة العربية من جميع بلادهم وترجمة القرآن بما لا يؤدي حقائق معانيه من لغتهم وكتابته كغيره بالحروف اللاتينية للإجهاز على ألفاظه وأساليبه المعجزة، ومنهم طه حسين وعلي عبد الرزاق وهو من أكابرهم.
Tapi, walaupun bagaimana hebatnya ajaran Taqiyyah Syi’ah tetap yang namanya bangkai akan tercium juga. Buktinya, Khomeini yang katanya mengkomandoi revolusi Iran untuk menggulingkan Syi'ah Iran, sebenarnya yang menjadi tujuan utamanya bukanlah perjuangan merebut kekuasa-an, tapi tak lain dan tak bukan adalah menyebarkan ajaran “Syi’ah Imamiyah”–nya. Apalagi bertujuan menggulingkan penguasa yang lalim. Sama sekali bukan itu tujuan Khumaini. Lihatlah tulisan di bawah ini:
لكي نتعرف على نوعية الثورة التي قام بها الخميني حتى نقول فيها رأيا فإنه يجب أن تعرف أولا أن هذه الثورة لم تكن ثورة قامت على أساس مواجهة حكومة صالحة أو طالحة، حكومة صحيحة أو خاطئة ولم تكن ثورة قامت على أساس اختلاف في النظريات السياسية أو حبا في السلطة أو غير ذلك من العوامل والمحركات التي تحدث في عالم الثورات وبخاصة في البلاد الإسلامية، إذ أن الثورة التي قام بها الإمام الخميني قامت على أساس المذهب الشيعي قامت على أساس عقيدة الإمامة والغيبة الكبرى لإمام آخر الزمان المهدي المنتظر.
وقد أوضح الإمام الخميني فكرة الإمامة والغيبة الكبرى في كتابه " ولاية الفقيه " أو "الحكومة الإسلامية". وهذا الكتاب هو رأس الأمر هنا، فهو الأساس الفكري والعقدي للثورة وفهم هذا الكتاب يستلزم أولا التعرف على المذهب الشيعي وخاصة على أسس المذهب وأصوله المتمثلة في عقيدة الإمامة. (الثورة الإيرانية ص33).
المهدي المنتظر الإمام الثاني عشر وآخر الأئمة في ذلك الزمان الذي مضى عليه ألف سنة. ويقول الخميني ؛ ويمكن أن ثمر آلاف السنوات هكذا أيضا، ومن حق الفقهاء ، أي علماء الشيعة بل من واجبهم ومن المفروض عليهم أن يسعوا إلى أن يكونوا خلفاء الإمام آخر الزمان الإمام الغائب ، أن يتملكوا زمام الحكم كممثلين للإمام وكندوبين عنه.وإذا وجد من بينهم من يتملك صلاحية الحكم نهض وتملك زمام حكم الأمة، ومن هنا تصبح طاعته واجبة ليس فقط كإمام بل كنبي وكرسول. (أصول الثورة الإيرانية في ضوء الحكومة الإسلامية ص26).
وكتب الإمام الخميني في كتابه هذا تحت عنوان ولاية الفقيه ما يلي: " وإذا نهض بأمر تشكيل الحكومة فقيه عالم عادل فإنه يلي من أمور المجتمع ما كان يليه النبي صلى الله عليه وسلم ووجب على الناس أن يسمعوا له ويطيعوا ويملك هذا الحكم من أمر الإدارة والرعاية والسياسة للناس ما كان يملكه الرسول صلى الله عليه وسلم وأمير المؤمنين عليه السلام . (الحكومة الإسلامية ص49).
وفي نفس الكتاب (ص75) يكتب الإمام الخميني فيما بعد ما يلي؛ " إن الفقهاء هم أوصياء الرسول صلى الله عليه وسلّم من بعد الأئمة وفي حال غيابهم وقد كلفوا بالقيام بجميع ما كلف الأئمة عليهم السلام بالقيام به".
كانت تلك هي الفكرة التي قامت عليها الثورة التي أتى بها الإمام الخميني ومكانته منها لست مكانة قادة الثورات بالبلدان الأخرى، أو رؤساء الحكومات في البلاد الأخرى بل هو قائم مقام إمام الشيعة الثاني عشر الإمام الغائب وهو وصي رسول الله صلى الله عليه وسلم وعلى ذلك فطاعته واجبة تماما مثل طاعة الإمام والنبي وجميع خطواته وجميع أعماله وجميع قراراته إنما تتمتع بنفس الحيثية السابقة، وذلك طبقا لأساس المذهب الشيعي لعقيدة الإمامة ونظرية الغيبة الكبرى لإمام آخر الزمان، وطبقا لأصول ونظرية ولاية الفقيه المرتبطة بزمان الغيبة الكبرى لإمام آخر الزمان. (الثورة الإيرانية ص 37).
Said Aqiel juga bukan untuk sekedar suksesi belaka. Namun, sebenarnya dia mengemban misi Syi’ah Iran ke Indonesia. Lebih tepatnya semua penduduk Indonesia (khususnya warga Nahdlatul Ulama) akan dimasukkan ke aliran Syi’ah. Biar bareng-bareng masuk neraka bersama dia. Betapa kejam dan liciknya manusia bernama Said Aqiel itu. Sengaja dia duduk di atas berpakaian Pengurus Besar NU, tapi ternyata ingin menghancurkan NU dan umumnya ummat Islam dengan pikiran-pikiran Syi’ahnya.
Sebagai bukti menonjol bahwa Said Aqil adalah antek Syi’ah, dia gemar mengungkap tulisan sejarah yang melecehkan para Shahabat Nabi. Sebagaimana budaya Syi’ah juga menjelek-jelekkan dan mengkafirkan para Sahabat Rasulullah SAW.
وأرى أن من المناسب أن نقدم للقارئ ملخصا لأقوال الخميني ونعتذر للقراء "فنقل الكفر ليس كفرا"؛ -لم يؤمن الشيخان أبو بكر وعمر إيمانا تابعا من القلب بل قبلا الإسلام في الظاهر فقط طمعا في الحكم والسلطة، وقد التصقا بالرسول صلى الله عليه وسلم. وتعبير "التصقا" هو تعبير الخميني- إلى أن قال - عثمان ومعاوية ويزيد جمـيعهم في درجة واحدة فهم ظالـمون ومجرمون. (الثورة الإيرانية ص73-74).
Itulah mulut kotor Khomeini, seorang tokoh yang didewa-dewakan orang Iran dan manusia yang telah rusak mata hatinya. Shahabat Abu Bakar yang telah mendapat gelar al-Shiddiq justru dikecam dan dihinanya. Dan langkah Khomeini tersebut juga ditiru oleh si Said Aqil. Katanya, ‘Abu Bakar tak punya integritas, Umar hanyalah putra mahkota yang berarti terpilihnya tidak lewat pemusyawaratan, tapi ditunjuk langsung oleh Abu Bakar. Dan lebih tragis adalah nasib sayyidina Utsman. Beliau dipikun-pikunkan oleh Said Aqil dan suka menghambur-hamburkan uang pada kerabatnya.’
Di antara kesalahan Said Aqil pada sayyidina Utsman bin Affan Ra adalah:
1. Dalam makalahnya no.14, Said mengatakan bahwa pada enam tahun terakhir dari kekhilafahan Utsman terjadi banyak kesalahan yang bersumber-kan dari Marwan dengan mengangkat pejabat dari golongan Bani Umayyah.
Bagaimanakah sebenarnya permasalahan tersebut? Siapakah sebenarnya Marwan? Apakah dia seorang yang tak pantas jadi pejabatnya? Dan salahkah bila kekhalifahan sayyidina Utsman diwarnai kelompok Bani Umayyah? Atau bagaimanakah sebenarnya peristiwa tersebut? Maka, tulisan-tulisan di bawah ini akan membuka lebar-lebar mata Said Aqil yang sebenarnya belum begitu pengalaman tentang sejarah para Sahabat Rasulullah SAW. sehingga lucu sekali bila Said Aqil diberi titel ‘Pakar Sejarah’. Dan sangat disayangkan bila dia menyandang gelar ‘Doktor’.
أما مروان بن الحكم فلم يوله عثمان إلا أنه كان مشهودا له بالعدل والثقة من الصحابة والتابعين وفقهاء المسلمين. (العواصم من القواصم ص89).
صحيح أن مروان قد ارتكب بعض الأخطاء التي كانت سببا من أسباب الفتنة. (الطبقات ابن سعد ج5/ ص26).
ولكنها لم تكن كل الأسباب وإن ما ارتكبه مروان لم يكن بأمر الخليفة وموافقته وربما عن غير علم منه فمروان إذن وليس الخليفة هو الذي يتحمل مسئولية تلك الأخطاء. (دراسة عن الفرق ص38).
وأما قوله: وولي مروان أمره وألقى إليه مقاليد أموره ودفع إليه خاتمه وحدث من ذلك قتل عثمان وحدث من الفتنة بين الأمة ما حدث. فالجواب : أن قتل عثمان والفتنة لم يكن سببها مروان وحده، بل اجتمعت أمور متعددة من جملتها أمور تنكر من مروان وعثمان رضي الله عنه كان قد كبر وكانوا يفعلون أشياء لا يعلمونه بها فلم يكن آمرا لهم بالأمور التي أنكرتموها عليه بل كان يأمر بإبعادهم وعزلهم فتارة يفعل ذلك وتارة لا يفعل ذلك وقد تقدم الجواب العام.
ولما قدم المفسدون الذين أرادوا قتل عثمان وشكوا أمورا أزالها كلها عثمان حتى أنه أجابهم إلى عزل من يريدون عزله وإلى أن مفاتيح بيت المال تعطى لمن يرتضونه وأنه لا يعطي أحدا من المال إلا بمشورة الصحابة ورضاهم ولم يبق لهم طلب ولهذا قالت عائشة رضي الله عنها: مصصتموه كما يمص الثوب ثم عمدتم إليه فقتلتموه. (منهاج السنة النبوية ج6/ص 248).
ثبت في الصحيح أن رجلا أراد أن يطعن في عثمان عند بن عمر فقال: إنه قد فر يوم أحد ولم يشهد بدرا ولم يشهد بيعة الرضوان فقال ابن عمر: أما يوم أحد فقد عفا الله عنه (وفي لفظ: فر يوم أحد فعفا الله عنه، وأذنب عندكم ذنبا فلم تعفوا عنه) وأما يوم بدر فإن النبي صلى الله عليه وسلم استخلف على ابنته وضرب له بسهمه. وأما بيعة الرضوان فإنما كانت بسبب عثمان فإن النبي صلى الله عليه وسلم بعثه إلى مكة وبايع عنه بيده ويد النبي صلى الله عليه وسلم خير من يد عثمان. فقد أجاب ابن عمر بأن ما يجعلونه عيبا(ما كان منه عيبا) فقد عفا الله عنه والباقي ليس بعيب بل هو من الحسنات. وهكذا عامة ما يغاب به على سائر الصحابة هو إما حسنة وإما معفوا عنه فحينئذ فقول الرافضي: إن عثمان ولى من لا يصلح للولاية إما أن يكون هذا باطلا ولم يول إلا من يصلح وإما أن يكون ولى من لا يصلح في نفس الأمر لكنه كان مجتهدا في ذلك فظن أنه كان يصلح وأخطأ ظنه وهذا لا يقدح فيه.
وهذا الوليد بن عقبة الذي أنكر عليه ولايته قد اشتهر في التفسير والحديث والسير أن النبي صلى الله عليه وسلم ولاه على صدقات ناس من العرب فلما قرب منهم خرجوا إليه فظن أنهم يحاربونه فأرسل إلى النبي صلى الله عليه وسلم محاربتهم له فأراد النبي صلى الله عليه وسلم أن يرسل إليهم جيشا فأنزل الله تعالى: (يَاأَيّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَـيّنُوْا أَنْ تُصِـيْبُوْا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتَصْبَحُوْا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِيْنَ). (الحجرات:61).
فإذا كان حال هذا خفى على النبي صلى الله عليه وسلم فكيف لا يخفى على عثمان؟، وإذا قيل : إن عثمان ولاه بعد ذلك، فيقال: باب التوبة مفتوح وقد كان عبد الله بن سعد بن أبي سرح ارتد عن الإسلام ثم جاء تائبا وقبل النبي صلى الله عليه وسلم إسلامه وتوبته بعد أن كان أهدر دمه. وعلي رضي الله عنه يبين له من عماله ما لم يكن يظنه فيهم فهذا لا يقدح في عثمان ولا غيره. وغاية ما يقال: إن عثمان ولى من يعلم أن غيره أصلح منه وهذا من موارد الاجتهاد. أو يقال: إن محبته لأقاربه قبلته إليهم حتى صار يظنهم أحق من غيرهم أو أن ما فعله كان ذنبا. وقد تقدم أن ذنبه لا يعاقب عليه في الآخرة.
وقوله: حتى ظهر من بعضهم الفسق ومن بعضهم الخيانة، فيقال: ظهور ذلك بعد الولاية ولا على أن المولّي علم ذلك وعثمان رضي الله عنه لما علم أن الوليد بن عقبة شرب الخمر طلبه وأقام عليه الحد. وكان يعزل من يراه مستحقا للعزل، ويقيم الحد على من يراه مستحقا لإقـامة الحد عليه. (منهاج السنة النبوية ص238-241).
وإذا أخذنا هذه التهم واحدة واحدة نجد أن حب المرء لقرابته ليس مما يؤاخذ به. أما أنا لخليفة عثمان دفعه هذا الحب إلى أن يولي أقاربه أمور الدولة مع علمه بعدم كفاءتهم وصلاحهم للأمر فهذا أمر يحتاج إلى نظر:
فالوليد بن عقبة مثلا الذي اتهم الخليفة بأنه ولاه لقرابته منه نجده قد تولى بعض الأعمال لعمر رضي الله عنه، ومن ثم لا ينبغي اتهام عثمان بأنه ولاه لأنه قريب فحسب. أما قصة شرب الوليد الخمر وصلاته بالناس سكرانا فقد شكك فيها محب الدين الخطيب وحاول إثبات أنها كانت مؤامرة دبرت ضد الوليد قام بها بعض الحاقدين عليه والناقمين الذين أقام فيهم الحد وشهدوا زورا عليه نكاية به وانتقاما لأنفسهم. واستند في هذا إلى رواية أوردها الطبري في تاريخه. (العواصم من القواصم ص94).
وهذا يخالف المصادر الموثوقة التي أكدت هذه الحادثة فقد وردت إشارة إلى الحادثة في صحيح البخاري ومسلم وسنن أبي داود. وقد ذهب ابن حجر غلى أن قصة صلاة الوليد بالناس أربعا وهو سكران مشهورة مخرجة في الصحيحين وعزله عثمان بعد جلده عن الكوفة وولاها سعيد بن العاص ويقال إن بعض أهل الكوفة تعصبوا عليه فشهدوا عليه بغير الحق حكاه الطبري واستنكره بن عبد البر . (الإصابة ج3/ص637-638).
وثبوت هذه القصة ونتئجها لا يقدح في عثمان رضي الله عنه بل يؤكد عدالته وعدم محاباته لأقاربه إذ أن قرابة الوليد منه لم تمنعه من أن يتقصى الأمر، وحينما وجد شهودا شهدوا ضد الوليد قام بواجبه كأمير المؤمنين فأقام الحد عليه وعزله عن الولاية.
أما عبد الله بن سعد بن أبي السرح فقد ثبت أنه تاب من ردته وأن عثمان توسط له عند الرسول عليه الصلاة والسلام فعفا عنه وحسن إسلامه وشارك في فتوحات الإسلام في مصر وشمال أفريقيا وشهد له بالكفاءة وحسن البلاء وكان له مواقف محمودة الفتوح. (المرجع نفسه ج2/ص317).
ثم ولاه عثمان مصر بعد هذه التجارب، فعثمان إذن لم يوله إلا وقد ظن أنه كفؤ وجدير بالقيام بما يوكل إليه من أعمال. وقد ثبت أن ابن أبي السرح قد ارتكب بعض الأخطاء. أما أن عثمان قد أقره على ذلك وكتب إليه كتابا سريا يأمره بتأديب الثائرين من أهل مصر بعد أن أعطاهم الأمان فهذا كله كذب على الخليفة عثمان وإن صح أن الكتاب ختم بخاتمه كما يقال فربما تم هذا من غير علم الخليفة وأمره. (منهاج السنة ج3/ص188).
أما معاوية فقد كان واليا على دمشق في عهد عمر وأنه كان مشهودا له بالكفاءة وحسن السياسة وقد برزت هذه الكفاءة الإدارية والسياسية حينما ضمت إليه الأقاليم الأخرى. (المرجع نفسه ص189).
صحيح أن استمرار المعاوية رضي الله عنه فترة طويلة في ولاية الشام ربما كان عاملا من العوامل التي شجعته على مناوءة سلطة الدولة فيما بعد ولكن ليس هذا أمرا يؤاخذ عليه الخليفة عثمان الذي أراد أن يصلح بتوليته الشام أمر الناس.
فهؤلاء الولاة إذن لم يولهم عثمان لقرابتهم منه فحسب بل لأنهم ولاة متمرسون في شؤون إدارة الدولة وسياستها، سبق لهم أن تولوا أمر المسلمين وأثبتوا جدارة وكفاءة، وقد يقال أن هؤلاء الولاة لم يكونوا أفضل من غيرهم من صالحي المسلمين بل أن كثيرا ممن لو يولوا كانوا أسبق من هؤلاء الولاة إسلاما وأصدق جهادا وسبقا للخير. ويمكن الرد على ذلك بالقول: إن تعيين هؤلاء الولاة كان اجتهادا من الخليفة الذي رأى أنهم أولى من غيرهم وأكفأ وأنهم أصلح لسياسة المسلمين وتصريف أمور الدولة وقد يكون مخطئا في هذا الاجتهاد له أجر الإمام المجتهد، إذ ليس أحد كما يقول ابن تيمية معصوما بعد النبي صلى الله عليه وسلم بل الخلفاء وغير الخلفاء يجوز عليهم الخطأ والذنوب التي تقع منهم قد يتوبون عنها وقد تكفرها عنهم حسناتهم الكثيرة. (المرجع نفسه ج3/ص176-177).
والمهم في الأمر أنه حينما كان يتبين انحراف أحد هؤلاء الولاة لم تشفع له قرابته عند عثمان من أن يجلد حد شارب الخمر ويعزل عن الولاية كما فعل بالوليد بن عقبة كما أن هذه القرابة وحدها لم تكن مؤهلا للولاية وإلا لولى عثمان محمد بن أبي حذيفة الذين كان ربيبا لعثمان وقريبه ولكن عثمان رفض أن يوليه حينما طلب ذلك وقال له: يا بني لو كنت رضا ثم سألتني العمل لاستعملتك ولكن لست هناك. (دراسة عن الفرق ص34-35).
وأما تولية الأحداث فلم يولّ إلا رجلا سويا عدلا، وقد ولى رسول الله عتاب بن أسيد على مكة وهو ابن عشرين سنة وولّى أسامة بن زيد بن حارثة وطعن الناس في إمارته. وأما إيثاره قومه بني أمية فقد كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يؤثر قريشا على الناس ووالله لو أن مفتاح الجنة بيدي لأدخلت بني أمية عليها. (البداية والنهاية ج7/ ص187).
وروى ابن جرير من طريق محمد بن إسحاق عن عمه عبد الرحمن بن يسار أن الذي كان معه هذه الرسالة من جهة عثمان إلى مصر أبو الأعور السلمي على جمل لعثمان وذكر ابن جرير من هذه الطريق أن الصحابة كتبوا إلى الآفاق من المدينة يأمرون الناس بالقدوم على عثمان ليقاتلوه وهذا كذب على الصحابة وإنما كتبت كتب مزوره عليهم كما كتبوا من جهة علي وطلحة والزبير إلى الخوارج كتبا مزورة عليهم أنكروها وهكذا زور هذا الكتاب على عثمان أيضا فإنه لم يأمر به ولم يعلم به أيضا. (البداية والنهاية ج7/ص192).
وقد ذكر ابن جرير الطبري في تاريخه بأسانيده: أن المصريين وجدوا ذلك الكتاب مع البريد إلى أمير مصر فيه الأمر بقتل بعضهم وصلب بعضهم وبقطع أيدي بعضهم وأرجلهم وكان قد كتبه مروان بن الحكم على لسان عثمان متأولا قوله تعالى: (إِنَّمَاجَزَاءُ الَّذِيْنَ يُحَارِبُوْنَ اللهَ وَرَسُوْلَهُ وَيَسْعَوْنَ فِى الأَرْضِ فَسَادًا أَنْ يَقَتَّلُوْا أَوْ يُصَلَّبُوْا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلاَفٍ أَوْ يُنْفَوْا مِنَ الأَرْضِ ذلِكَ لَهُمْ خِزْيٌ فِى الدُّنْياَ وَلَهُمْ فِى الآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيْمٌ) (المائدة: 33), وعنده أن هؤلاء الذين خرجوا على أمير المؤمنين عثمان رضي الله عنه من جملة المفسدين في الأرض ولا شك أنهم كذلك ولكن لم يكن له أن يفتات على عثمان ويكتب على لسانه بغير علمه ويزور على خطه وخاتمه ويبعث غلامه على بعيره بعد ما وقع الصلح بين عثمان وبين المصريين على تأمير محمد بن أبي بكر على مصر بخلاف ذلك كله . (البداية والنهاية ج7/ص204).
وقال الإمام أحمد: حدثنا عبد الرحمن بن مهدي (ثنا) معاوية بن صالح من ربيعة بن يزيد عن عبد الله بن أبي قيس حدثني النعمان بن بشير قال: كتب معي عثمان إلى عائشة كتاب فدفعت إليها كتابه فحدثتني أنها سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول لعثمان: (إِنَّ اللهَ لَعَلَّهُ يُقَمِّصُكَ قَمِيْصًا فَإِنْ أرَادَكَ أَحَدٌ عَلَى خَلْعِهِ فَلاَ تَخْلَعْهُ، ثلاث مرات). قال النعمان: فقلت يا أم المؤمنين ! فأين كنت عن هذا الحديث؟، فقالت: يا بنيّ والله أنسيته. وقد رواه الترمذي من حديث الليث عن معاوية بن صالح عن ربيعة بن يزيد عن عبد الله بن عامر عن النعمان عن عائشة به. ثم قال : هذا حديث حسن غريب. ورواه ابن ماجه من حديث الفرج بن فضالة عن ربيعة بن يزيد عن النعمان فأسقط عبد الله بن عامر. (البداية والنهاية ج7/ ص198).
وأما قوله: وولى عبد الله بن سعد بن أبي سرح مصر حتى تظلم منه أهلها وكاتبه أن يستمر على ولايته سرا خلاف ما كتب الله جهرا. والجواب: أن هذا كذب على عثمان وقدحلف عثمان أنه لم يكتب شيئا من ذلك وهو الصادق البار بلا يمين وغاية ما قيل: إن مروان كتب بغير علمه وأنهم طلبوا أن يسلم إليهم مروان ليقتلوه فامتنع فإن كان قتل مروان لا يجوز فقد فعل الواجب وإن كان يجوز ولا يجب فقد فعل الجائز وإن كان قتله واجبا فذاك من موارد الاجتهاد فإنه لم يثبت لمروان ذنب يوجب قتله شرعا فإن مجرد التزوير لا يوجب القتل. وبتقدير أن يكون ترك الواجب فقد قدمنا الجواب العام. (منهاج السنة النبوية ج6/ص244).
وأخرج الترمذي والحاكم عن عائشة رضي الله عنها أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (يَا عُثْمَان ! إنَّهُ لَعَلَّ اللهَ يَقَمِّصُكَ قَمِيْصًا فَإِنْ أرَادَكَ المُنَافِقُوْنَ عَلَى خَلْعِهِ فَلاَ تَخْلَعْهُ حَتَّى تَلْقَانِي). وأخرج الترمذي عن عثمان أنه قال يوم الدار: إن النبي صلى الله عليه وسلم عهد إليّ عهدا فأنا صابر عليه. (تاريخ الخلفاء ص142).

وأما قوله: أمر بقتل محمد بن أبي بكر، فهذا من الكذب المعلوم على عثمان وكل ذي علم بحال عثمان وإنصاف له يعلم أنه لم يكن ممن يأمر بقتل محمد بن أبي بكر ولا أمثاله ولا عرف منه قط أنه قتل أحدا من هذا الضرب،وقد سعوا في قتله ودخل عليه محمد فيمن دخل وهو لا يأمر بقتالهم دفعا عن نفسه فكيف يبتدئ بقتل معصوم الدم. وإن ثبت أن عثمان أمر بقتل محمد بن أبي بكر لم يطعن علىعثمان. بل عثمان إن كان أمر بقتل محمد بن أبي بكر أولى الطاعة ممن طلب قتل مروان لأن عثمان إمام هدى وخليفة راشد يجب عليه سياسة رعيته وقتل من لا يدفع شره إلا بالقتل. وأما الذين طلبوا قتل مروان فقوم خوارج مفسدون في الأرض ليس لهم قتل أحد ولا إقامة حد وغايتهم أن يكونوا ظلموا في بعض الأمور وليس لكل مظلوم أن يقتل بيده كل من ظلمه بل ولا يقيم الحد.

وليس مروان أولى بالفتنة والشر من محمد بن أبي بكر ولا هو أشهر بالعلم والدين منه بل أخرج أهل الصحاح عدة أحاديث عن مروان وله قوله مع أهل الفتيا واختلف في صحبته. ومحمد بن أبي بكر ليس بهذه المنزلة عند الناس ولم يدرك من حياة النبي صلى الله عليه وسلم إلا أشهرا قليلة من ذي القعدة عام حجة الوداع. ومروان من أقران ابن الزبير فهو قد أدرك حياة النبي صلى الله عليه وسلم ويمكن أنه رآه عام فتح مكة أو عام حجة الوداع. (منهاج السنة النبوية ج6/ص245).

وأما قوله: ولى معاوية الشام فأحدث من الفتن ما أحدثه. فالجواب: أن معاوية إنما ولاه عمر بن الخطاب رضي الله عنه لما مات أخوه يزيد بن أبي سفيان ولاه عمر مكان أخيه واستمر في ولاية عثمان وزاده عثمان في الولاية وكانت سيرة معاوية مع رعيته من خيار سير الولاية وكان رعيته يحبونه. وقد ثبت في الصحيح عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: وخيار أئمتكم الذين تحبونهم ويحبونكم وتصلون عليهم ويصلون عليكم وشرار أئمتكم الذين تبغضونهم ويبغضونكم وتلعنونهم ويلعنونهم. (منهاج السنة ج6/ص246).

وأما قوله: إنه نفى أبا ذر إلى الربذة وضربه ضربا وجيعا مع أن النبي صلى الله عليه وسلم قال في حقه: ما أقلت الغبراء ولا أظلت الخضراء على ذي لهجة أصدق من أبي ذر، وقال: إن الله أوحى إليّ أنه يحب أربعة من أصحابي وأمرني بحبهم. فقيل له: من هم يا رسول الله ؟، قال: علي سيدهم وسلمان والمقداد وأبو ذر. فالجواب: أن أبا ذر سكن الزبذة ومات بها السبب ما كان يقع بينه وبين الناس فإن أبا ذر رضي الله عنه كان رجلا صالحا زاهدا وكان من مذهبه أن الزهد واجب. وأن ما أمسكه الإنسان فاضلا عن حاجته فهو كنز يكوى به في الناس. واحتج على ذلك بما لا حجة فيه من الكتاب والسنة. (وَالَّذِيْنَ يَكْنِزُوْنَ الذَّهَبَ وَالفِضَّةَ وَلاَ يُنْفِقُوْنَهَا فِي سَبِيْلِ اللهِ) (التوبة : 34). وجعل الكنـز ما يفضل عن الحاجة واحتج بما سمعه من النبي صلى الله عليه وسلم وهو أنه قال: يا أبا ذر ما أحب أن لي مثل أحد ذهبا يمضي عليه ثالثه وعندي منه دينار إلا دينارا أرصده للدين. وأنه قال الأكثرون هم الأقلون يوم القيامة إلا من قال بالمال هكذا وهكذا. ولما توفي عبد الرحمن بن عوف وخلف مالا جعل أبو ذر ذلك من الكنز الذي يعاقب عليه وعثمان يناظره في ذلك حتى دخل كعب ووافق عثمان فضربه أبو ذر وكان قد وقع بينه وبين معاوية بالشام بهذا السبب. وقد وافق أبا ذر على هذا طائفة من النساك كما يذكر عن عبد الواحد بن زيد ونحوه ومن الناس من يجعل الشبلى من أرباب هذا القول.

وأما الخلفاء الراشدون وجماهير الصحابة والتابعين فعلى خلاف هذا القول فإنه قد ثبت في الصحيح عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: ((لَيْسَ فِيْمَا دُوْنَ خَمْسَةِ أَوْسُقٍ صَدَقَةٌ وَلَيْسَ فِيْمَا دُوْنَ خَمْسِ ذَوْدٍ صَدَقَةٌ وَلَيْسَ فِيْمَا دُوْنَ خَمْسِ أوَاقٍ صَدَقَةٌ)). فنفى الوجوب فيما دون المائتين ولم يشترط كون صاحبها محتاجا إليها أم لا.

وقال جمهور الصحابة: الكنز هو المال الذي لم تؤد حقوقه وقد قسم الله تعالى المواريث في القرآن ولا يكون الميراث إلا لمن خلف مالا . وقد كان غير واحد من الصحابة له مال على عهد النبي صلى الله عليه وسلم من الأنصار بل ومن المهاجرين وكان غير واحد من الأنبياء له مال.

وكان أبو ذر يريد أن يوجب على الناس ما لم يوجب الله عليهم ويذمهم على ما لم يذمهم الله عليه مع أنه مجتهد في ذلك مثاب على طاعته صلى الله عليه وسلم كسائر المجتهدين من أمثاله. وقول النبي صلى الله عليه وسلم ليس فيه إيجاب إنما قال: (مَا أُحِبُّ أَنْ يَمْضِيَ عَلَيَّ ثاَلِثُهُ وَعِنْدِي مِنْهُ شَيْءٌ)، فهذا يدل على استحباب إخراج ذلك قبل الثالثة لا على وجوبه. وكذا قوله : (المُكثِرُوْنَ هُمُ المقلوْنَ)، دليل على أن من كثر ماله قلت حسناته يوم القيامة إذا لم يكثر الإخراج منه، وذلك لا يوجب أن يكون الرجل القليل السحنات من أهل النار إذا لم يأت كبيرة ولم يترك فريضة من فرائض الله.

وكان عمر بن الخطاب رضي الله عنه يقوّم رعيته تقويما تاما فلا يعتدي لا الأغنياء ولا الفقراء. فلما كان في خلافة عثمان توسع الأغنياء في الدنيا حتى زاد كثير منهم على قدر المباح في المقدار والنوع وتوسّع أبو ذر في الإنكار حتى نهاهم عن المباحات. وهذا من أسباب الفتن بين الطائفتين.
فكان اعتزال أبي ذر لهذا السبب ولم يكن لعثمان مع أبي ذر غرض من الأغراض. وأما كون أبي ذر من أصدق الناس فذاك لا يوجب أنه أفضل من غيره بل كان أبو ذر مؤمناضعيفا كما ثبت في الصحيح عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: (يَا أبَا ذَرٍّ إنِّي أرَاكَ ضَعِيْفًا وَإنِّي أُحِبُّ لَكَ مَا أُحِبُّ لِنَفْسِي, المُؤْمِنُ القَوِيّ خَيْرٌ وَأحبّ إلَى اللهِ مِنَ المُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِى كُلّ خَيْر). وأهل الشورى مؤمنوك أقوياء وأبو ذر وأمثاله مؤمنون ضعفاء. فالمؤمنون الصالحون لخلافة النبوة كعثمان وعلي وعبد الرحمن بن عوف أفضل من أبي ذر وأمثاله . والحديث المذكور بهذا اللفظ الذي ذكره الرافضي ضعيف بل موضوع وليس له إسناد يقوم به . (منهاج السنة النبوية ج6/ ص270-276)

وأما نفي أبي ذر رضي الله عنه إلى الربذة فقد ثبت ولكن لم يكن بفعل عثمان بل باختيار أبي ذر الذي آثر أن يبتعد ويعتزل حينما وقع بينه وبين الناس ما وقع بسبب بعض آرائه. ويؤكذ هذا ما أورده البخاري في صحيحه عنزيد بن وهب قال: مررت بالربذة فإذا أنا بأبي ذر قلت: ما أنزلك منزلك هذا ؟، قال: كنت بالشام فاختلفت أنا ومعاوية في (وَالَّذِيْنَ يَكْنِزُوْنَ الذَّهَبَ وَالفِضَّةَ وَلاَ يُنْفِقُوْنَهَا فِى سَبِيْلِ اللهِ) (التوبة:34)، فقال معاوية: نزلت في أهل الكتاب، فقلت: نزلت فينا وفيهم. وكان بيني وبينه في ذاك فكتب إليّ عثمان رضي الله عنه يشكوني. فكتب إليّ عثمان أن أقدم المدينة فقدمتها فكثر عليّ الناس حتى كأنهم لم يروني قبل ذلك فذكرت ذلك لعثمان، فقال: إن شئت تنحيت فكنت قريبا. فذاك الذي أنزلني هذا المنزل ولو أمّروا عليّ جيشا لسمعت وأطعت.

وروى ابن سيرين قال: قدم أبو ذر المدينة فقال عثمان: كن عندي تغدو عليك وتروح اللقاح. قال: لا حاجة لي في دنياكم، ثم قال: ائذن لي حتى أخرج إلى الربذة، فأذن له فخرج. (صفوة الصفوة ج1/ ص596).

ويؤيد هذا أن أبا ذر لم يكن يحمل على الخليفة شيئا وقد أورد ابن سعد أن ناسا من أهل الكوفة قالوا لأبي ذر وهو بالربذة: يا أبا ذر فعل بك هذا الرجل وفعل فهل أنت ناصب لنا راية (يعني فنقاتله)، فقال: يا أهل الإسلام لا تعرضوا على ذاكم ولا تذلوا السلطان فإنه من أذل السلطان فلا توبة له والله لو أن عثمان صلبني على أطول خشبة أو أطول حبل لسمعت وأطعت وصبرت وأحتسبت ورأيت أن ذاك خير لي ولو سيرني ما بين الأفق إلى الأفق أو قال ما بين المشرق والمغرب لسمعت وأطعت وصبرت وأحتسبت ورأيت أن ذاك خير لي ولو ردني إلى منزلي لسمعت وأطعت وصبرت وأحتسبت ورأيت أن ذاك خير لي. (دراسة عن الفرق ص39-40).
كتب إليّ السري يذكر أن شعيبا حدثه عن سيف عن عطية عن زيد الفقهي، قال: لما ورد ابن السوداء الشام لقي أبا ذر، فقال: يا أبا ذر ألا تعجب إلى معاوية يقول: المال مال الله ألا أن كل شيء لله كأنه يريد أن يحتجه دون المسلمين ويمحو اسم المسلمين. فأتاه أبو ذر فقال: ما يدعوك إلى أن تسمى مال المسلمين مال الله ؟، قال: يرحمك الله يا أبا ذر، ألسنا عباد الله والمال ماله والخلق خلقه والأمر أمره ؟، قال: فلا تقله، قال: فإني لا أقول أنه ليس لله ولكن سأقول مال المسلمين.

ودخل عليّ عثمان فقال: يا أبا ذر ما لأهل الشام يشكون ذربك، فأخبره أنه لا ينبغي أن يقال: مال الله ولا ينبغي للأغنياء أن يقتنو مالا، فقال: يا أبا ذر عليّ أن أقضي ما عليّ وآخذ ما على الرعية ولا أجبرهم على الزهد وأن أدعوهم إلى الاجتهاد والاقتصاد. قال: فتأذن لي في الخروج فإن المدينة ليست لي بدار، فقال: أوتستبدل بها إلا شرا منها، قال: أمرني رسول الله صلى الله عليه وسلم أن أخرج منها إذا بلغ البناء سلعا، قال: فانفذ لما أمرك به، قال: فخرج حتى نزل الربذة فخط بها مسجدا وأقطعه عثمان صرمة من الإبل وأعطاه مملوكين وأرسل إليه أن تعاهد المدينة حتى لا ترتد أعرابيا ففعل. وكتب إليّ السري عن شعيب عن سيف عن محمد بن عون عن عكرمة عن ابن عباس قال : كان أبو ذر يختلف من الربذة إلى المدينة مخافة الأعرابية وكان يحب الوحدة والخلوة. (تاريخ الطبري ج2/ص615-616). و (الكامل لابن الأثير ج3/ ص11).

ثم خرج على من عنده وخرج عثمان على أثره فجلس على المنبر ثم قال: أما بعد؛ فإن لكل شيء آفة، ولكل أمر عاهة وإن آفة هذه الأمة وعاهة هذه النعمة عيابون طعانون يرونكم ما تحبون ويسترون عنكم ما تكرهون يقولون لكم ويقولون أمثال النعام، يتبعون أول ناعق أحب مواردهم إليهم البعيد لا يشربون إلا نفصا ولا يردون إلا عكرا لا يقوم لهم رائد وقد أعييتهم الأمور. إلا فقد والله عبتم عليّ على ما أقررتم لابن الخطاب بمثله ولكنه وطئتم برجله وضربكم بيده وقمعكم بلسانه فدنتم له على ما أحببتم وكرهتم ولنت لكم وأوطأتكم كتفي وكففت يدي ولساني عنكم فاجترأتم عليّ أما والله لأنا أعز نفرا وأقرب ناصرا وأكثر عددا وأحرى إن قلت هلم أتى إليّ , ولقد عددت لكم أقرانا وأفضلت عليكم فصولا، وكشرت لكم عن نابي وأخرجتم مني خلقا لم أكن أحسنه ومنطقا لم أنطق به فكفوا عني ألسنتكم وعيبكم وطعنكم ولاتكم فإني كففت عنكم من لو كان هو الذي يكلمكم لرضيتم منه بدون منطقي هذا. ألا فما تفقدون من حقكم ؟، والله ما قصرت عن بلوغ ما بلغ من كان قبلي. ولم تكونوا تختلفون عليه فقام مروان بن الحكم فقال: إن شئتم حكمنا والله ما بيننا وبينكم السيف نحن وأنتم والله كما قال الشاعر:
فرشنا لكم أعراضنا فنبت بكم  مغارسكم تبنون في دفن الثرى
فقال عثمان: أسكت لأسكت دعني وأصحابي ما منطقك في هذا ؟, إلم أتقدم إليك أن لا تنطق ؟ فسكت مروان ونزل عثمان عن المنبر فاشتد قوله على الناس وعظم وزاد تألبهم عليه. (الكامل لابن الأثير ج3/ ص44-45).
Dari data-data di atas dapat dicatat beberapa kesalahan Said Aqil di antaranya adalah:
Sayyidina Utsman dalam menjalankan peme-rintahannya sama sekali tidak didikte oleh Marwan bin Hakam. Justru Marwan mendapat amarah dari Khalifah Utsman manakala hendak campur tangan urusan beliau dalam menangani para demonstran. Ini suatu bukti bahwa walaupun sayyidina Utsman sudah tua namun tak bersedia dicampuri pihak lain dalam melaksanakan amanat kekhalifahannya. Entah sumber dari mana yang mendikte Said Aqil untuk melontarkan tuduhan keji pada sayyidina Utsman sampai mengatakan bahwa, ‘pada masa ini (6 tahun terakhir) khalifah Utsman sudah mulai usia senja (harom) sehingga hampir semua urusan pemerintahan banyak didikte oleh sekretarisnya, Marwan bin Hakam.’
Mungkin Marwan telah banyak melakukan kesalahan dalam masa pemerintahan sayyidina Utsman. Tapi, hal itu bukanlah merupakan sebab timbulnya kekacauan dan pemberontakan. Sebab utamanya adalah munculnya isu-isu negatif yang ditiupkan oleh orang Yahudi bernama Abdullah bin Saba’. Dan jikalau Said Aqil mengingkari adanya Abdullah bin Saba’ sehingga menganggapnya sebagai tokoh fiktif, maka itu adalah suatu pertanda bahwa dia (Said Aqil) adalah benar-benar bodoh dan tak kenal sejarah. Karena, Thobariy, al-Kamil dan al-Bidayah telah memuatnya. Sungguh memalukan sekali kalau si Doktor sejarah malah tak mengetahuinya. Inilah akibatnya bila mata hati telah rusak dan teracuni ajaran sesat Syi’ah. Buktinya, Said Aqil ikut menghadiri pertemuan “Peringatan Arba’in” di Malang. Dan di sana dia mengaku terus terang sebagai gedibal Syi’ah. Demikian pula dalam pertemuan “Peringatan Karbala” yang diadakan pengikut-pengikut Syi’ah di Jakarta, dia juga ikut mendatanginya.
Sungguh suatu hal yang sangat ganjal sekali, mengapa peristiwa di atas lepas dari pantauan Said Aqil, mengapa dia tak mampu mengatakan bahwa sumber fitnah di masa akhir kekhalifahan sayyidina Utsman adalah berita bohong yang direkayasa Abdullah bin Saba’. Hal ini layak dijadikan sebagai bahan pertanyaan atas kebenaran pengakuan Said Aqil sebagai pakar sejarah. Mestinya kalau dia seorang yang jujur dan mengemban amanat ilmiyah juga mengungkapkan catatan sejarah di atas. Sehingga tidak hanya memilih karangan manusia tak bertanggung jawab (baca; antek Syi’ah) yang menyudutkan sayyidina Utsman maupun Marwan. Padahal sebenarnya Marwan bukanlah seorang yang pantas untuk dijadikan kambing hitam terhadap kasus kudeta yang melanda kekhalifahan sayyidina Utsman bin Affan. Dia (Marwan), dalam pandangan para tokoh shahabat, tabi’in dan fuqohaul ummah adalah seorang yang adil. Maka apabila ada cerita atau fakta sejarah yang mendis-kreditkan Marwan perlu di cek kebenarannya atau dengan suatu penakwilan yang tepat, tidak asal ngawur dan serampangan seperti tindakan membabi buta yang dilakukan Said Aqil.
Perlu jadi tambahan pelajaran bagi Said Aqil yang kurang mengenal dunia ilmu hadits bahwa dengan adanya fakta di atas Marwan bin Hakam bukanlah orang yang pantas untuk dijadikan bahan kecaman maupun melontarkan kesalahan. Di samping dia (Marwan) terbukti membela sunnah Rasul sebagaimana dalam riwayat Imam Ahmad bin Hanbal juga diakui oleh kalangan ahli Hadits. Bahkan beliau adalah sebagai guru dari para tokoh ahli hadits dari kalangan Tabi’in, di antaranya adalah Imam Said ibn Musayyab yang merupakan “Ra'su Ulama al-Tabi’in” (ketua ulama tabi’in). Begitu juga Imam al-Laits bin Said (tokoh ulama Mesir), Imam Abdurrozaq (tokoh ulama Yaman) dan lainnya juga mengambil riwayat dari Marwan bin Hakam. Ini suatu syahadah (baca; bukti kuat) bahwa nama Marwan sangatlah harum dan terhormat di kalangan para ulama Ahli Hadits. Dan perlu diingat bahwa tidak sembarang orang diakui dan diterima riwayatnya oleh para ahli hadits kecuali setelah lewat seleksi yang ketat dan persyaratan yang rumit. Hanya orang adil dan benar-benar tsiqoh-lah yang tercatat sebagai rawi-rawi hadits. Apalagi jikalau orang tersebut adalah guru dari pemimpin ulama tabi’in, maka hal itu sudah lebih dari cukup sebagai bukti akan keutamaan kehormatannya. Untuk lebih memperta-jam masalah ini, haruslah diketahui oleh Said Aqil bahwasanya para ulama sampai mengarang kitab “al-Jarhu wa al-Ta’dil” adalah karena banyaknya bermunculan manusia-manusia fasiq dan pendusta yang tak bertanggung jawab dalam menyampaikan berita yang diterima maupun yang disampaikan. Maka, para Ulamaussunnah bangkit untuk mendata orang yang dapat diterima riwayatnya (baca; orang adil) dengan yang tertolak riwayatnya. Lebih jelasnya, Imam al-Hafidz Ahmad ibn Hajar al-‘Asqalaniy mengatakan:
Terbilangnya Marwan bin Hakam sebagai fuqaha’ tentunya menjadi isyarat bagi siapa saja yang menguak sepak terjang dan kiprah Marwan dalam gelanggang politik untuk lebih mengedepan-kan kaca mata husnudzdzon dari pada mengklaim-nya sebagai sumber malapetaka dan fitnah. Apalagi jikalau ternyata Marwan terbukti tidak bersalah, maka sangat gegabah sekali bila Said Aqil membesar-besarkan kesalahan yang belum tentu terbukti tersebut. Ini suatu bukti besar kebodohan Said Aqil.
Seperti halnya peristiwa yang paling disoroti Said Aqil adalah surat palsu yang menjadikan marahnya demonstran Mesir. Seandainya memang benar surat tersebut dari Marwan, itupun belum pantas dijadikan alasan untuk merendahkan martabat sayyidina Utsman atas manuver politik Marwan. Sebab, sebagaimana yang tertulis dalam al-Bidayah wa al-Nihayah juz; 7 hal. 204 (lihat no.8 dalam makalah ini) adalah berdasarkan ayat;

(إِنَّمَاجَزَاءُ الَّذِيْنَ يُحَارِبُوْنَ اللهَ وَرَسُوْلَهُ وَيَسْعَوْنَ فِى الأَرْضِ فَسَادًا أَنْ يَقَتَّلُوْا أَوْ يُصَلَّبُوْا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلاَفٍ أَوْ يُنْفَوْا مِنَ الأَرْضِ ذلِكَ لَهُمْ خِزْيٌ فِى الدُّنْياَ وَلَهُمْ فِى الآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيْمٌ). (المائدة : 33).
“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka memperoleh siksaan yang besar.” (QS. Al-Maidah:33).
Dan memang para demonstran Mesir yang berdatangan ke Madinah untuk meminta ganti gubernurnya (Abdullah bin Saba’ bin Abi Sarah) adalah kaum Khawarij yang berbuat kerusakan di bumi. Maka sudah pantaslah bila Marwan dengan meminjam kekuasaan khalifah Utsman mengirim surat rahasia kepada gubernur lama (Ibnu Abi Sarah) untuk membasmi manusia-manusia durjana tersebut. Tindakan itu adalah suatu bukti ketajaman mata politik Marwan yang memang telah berhak untuk ijtihad. Sebab, mungkin saja dalam pandangannya kalau tidak dengan cara demikian tentunya tak akan mungkin membasmi orang-orang yang selalu bikin ribut. Karena siapa pun tahu bahwa khalifah Utsman adalah seorang khalifah yang bersikap lembut dan tak suka kekerasan. Maka, seandainya siasat politik tersebut diusulkan pada khalifah Utsman tentu ditolaknya. Mungkin logika politik yang demikianlah yang mengilhami Marwan untuk melaksanakan kehendaknya mem-basmi kaum Khawarij.
ثم دخلت سنة 35 وفيها مقتل عثمان بن عفان رضي الله عنه. وكان السبب في ذلك أن عمرو بن العاص حين عزله عثمان عن مصر ولى عليها عبد الله بن سعد بن أبي سرح وكان سبب ذلك أن الخوارج من المصريين كانوا محصورين(1) من عمرو بن العاص فجعلوا يعملون عليه حتى شكوه إلى عثمان لينزعه عنهم ويولي عليهم من هو ألين منه فلم يزل ذلك دأبهم حتى عزل عمرا عن الحرب وتركه على الصلاة وولى على الحرب والخراج عبد الله بن سعد بن أبي سرح. ثم سعوا فيما بينهما بالنميمة فوقع بينها حتى كان بينهما كلام قبيح فأرسل عثمان فجمع لابن أبي سرح جميع عمالة مصر خراجها وحربها وصلاتها وبعث إلى عمروا يقول له: لا خير لك في المقام عند من يكرهك فاقدم إليّ، فانتقل عمرو بن العاص إلى المدينة. (البداية والنهاية؛ ج7/ ص186).
Dari data di atas, terlihat jelas bahwa demonstran Mesir yang menuntut khalifah Utsman untuk mengganti gubernurnya adalah orang-orang brengsek yang senang bertualang dalam gelanggang politik. Semakin dituruti kemauannya maka, mereka semakin berani dan menginjak-injak kebijaksanaan pemerintah yang sah (khalifah Utsman). Lihat saja dalam khutbah sayyidina Utsman:

وقام عثمان فحمد الله وأثنى عليه، وقال: كل ما أشرتم به عليّ قد سمعت ولكل أمر باب يؤتى منه إن هذا الأمر الذي يخاف على هذه الأمة كائن وإن بابه الذي يغلق عليه فيكفكف به اللين والمؤاتاة والمتابعة إلا في حدود الله تعالى ذكره التي لا يستطيع أحد أن يبادي بعيب أحدهما فإن سده شيء فرفق فذاك والله ليفتحن وليست لأحد عليّ حجة حق. وقد علم الله أني لم آل الناس خيرا ولا نفسي ووالله ان رجى الفتنة لدائة فطوبى لعثمان إن مات ولم يحركها. كفكفوا الناس وهبوا لهم حقوقهم واغتفروا لهم وإذا تعوطيت حقوق الله فلا تدهنوا. (تاريخ الطبري ج2/ ص648).
Dan ada lagi fakta yang lebih jelas bahwa sebenarnya surat tersebut tidaklah dari kalangan pemerintahan (baik khalifah Utsman maupun Marwan), namun sengaja direkayasa oleh para demonstran yang sengaja hendak menggulingkan pemerintahan yang sah. Buktinya, mereka para demonstran Mesir, Kufah dan Bashrah mengapa sama-sama kembali ke Madinah setelah mereka hendak kembali ke negaranya? Ini tentu ada fihak ketiga yang mendalangi dan berdiri di belakang mereka. Siapa orangnya, tak sulit untuk ditebak. Siapa lagi kalau bukan Abdullah bin Saba’, tokoh Yahudi yang telah menebarkan isu politik di antara para demonstran sehingga mereka ramai-ramai berdatangan ke Madinah untuk menggugat Khalifah Utsman. Dialah sebenarnya biang keladi utama timbulnya segala kekacauan di akhir masa pemerintahan Sayyidina Utsman. Hasutannya begitu tajam dan mengena. Sehingga dengan jargon bahwa Ali-lah yang lebih berhak menjadi khalifah dan Utsman telah merebutnya, orang-orang yang bodoh akhirnya termakan rekayasa politik yang kotor tersebut. (Demikian pula orang yang tak kenal sejarah juga akan termakan hasutan kotor Said Aqiel yang berkedok sebagai pakar sejarah dan bergelar doktor, padahal dia tak lebih adalah penjual berita yang ingin mengeruk keuntungan pribadi dengan menjual nama dan kehormatan shahabat. Sungguh kasihan sekali orang yang mengidolakan antek Syi'ah dan syetan tersebut. Dengan gaya diplomasi yang sok manthiqnya dia (Said Aqiel) memutar balikkan fakta dan menyelidiki “Ahlussunah wal Jama’ah” yang sebenarnya. Padahal maksudnya ingin menghancurkan “Aqidah Ahlussunah wal Jama’ah”. Semoga pembalasan Allah menimpa Said Aqil dan cukong-cukongnya (Gus-Dur cs).

وهكذا تفاقمت الفتنة وجمعت عناصرهامن الاقاليم والامصاركالكوفة ومصروالبصرة يبتون في الظاهر بعض الظلامات والشكاوي من الولاه إلى الخليفه ويخططون في الباظن للقضاء على الخليفلة الإسلامية.وقدشعركبارالصحابة بالحطرحينماتوافدت جموعالدهماء الى المدينة فحاولوا تهدءة التاءرين من الخليفة ان يستمع إلى شكايا اتهموا المظالم التى زعموها,بعدأن استمع اليهم بن يردالحق إلى مضابه وأن يقيم العدل وينصف المظلوم وأن يختارلأمرة المسلمين من يرضونه ويرضى الله تعالى, وبهذاهدأت الأحوال وتفرقت الجموع قافلة إلى الأمصارولكن لم بلبت ان عادت مرة أخرى مدعيه أن الخليفة عثمان قد نقض العهد الذي قطعه على نفسه وأنه كاتب عامله على مصر سرا يأمره أن يؤدب المتطلمين بدلا من أن ينصفنهم وقد أشرنا من قبل إلى أن قصة الكتاب المزعوم ونسبتها إلى عثمان مجرد افتراء عليه ومما يؤكد اختلاق هذه القصة والمؤمراة التي وراءها ما أشار إليه على رضي الله عنه حيثما خاطب هؤلاء الخارجين قائلا.

" كيف علمتم يا أهل الكوفة ويا أهل البصرة بما لقي أهل امصر وقد سرتم مراحل ثم طويتم عنا، هذا والله أمر أبرم بالمدينية". ويذكر ابن كثير أن بعض الصحابة قالوا للخارجين عند عودتهم "كيف علمتم بذلك (أي الكتاب) من أصحابكم وقد افترقتم وصار بينكم مراحل؟، إنما هذا أمر اتفقتم عليه".
فلما لم يجد الخارجون مبررا مقنعا قالوا: صفوة على ما أردتم لا حاجة لنا في هذا الرجل ليعتزلنا ونحن نعتزله. (ص44).
Dan sebagai akhir dari tulisan ini perlu di renungkan firman Allah SWT. dalam kitab suci Al-Qur’anul Karim:

(أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْديهِ مِنْ بَعْدِ اللهِ أَفَلاَ تَذَكَّرُوْنَ). (الجاثية : 23).

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah Subhanahu Wata'ala membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya dan Allah Subhanahu wa ta'ala telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatan-nya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. AL-Jatsiah: 22).
Sungguh memalukan bualan yang katanya sang doktor sejarah itu. Inilah akibatnya bila mata hati telah rusak dan teracuni ajaran sesat Syi’ah. Buktinya, Said Aqil ikut menghadiri pertemuan “Peringatan Arba’in” di Malang dan Surabaya dengan pidatonya yang penuh semangat dan menggebu-nggebu. Dan di sana dia mengaku terus terang sebagai agen Syi’ah. Demikian pula dalam pertemuan “Peringatan Karbala” yang diadakan pengikut-pengikut Syi’ah di Jakarta, dia juga ikut mendatanginya.
Said juga pernah mengusulkan, bahwa sebaiknya Departemen Agama (Depag) dihapus-kan, sebab keberadaannya itu hanya akan mengkotak-kotak agama Islam di Indonesia. Menurutnya, Depag hanya ada di Indonesia dan Israil. Kata Said ketika menjadi pembicara tunggal diskusi Pluralitas agama di Unika Widya Mandala, Kamis 9 Juli 1998. Selanjutnya Sa'id mengatakan mengenai mereka yang mengatakan non-muslim itu kafir, padahal tidak pernah Al-Qur'an menyatakan agama lain itu kafir. Justru orang yang memper-mainkan agama itu kafir.
Itulah fenomena kang Said, Ketua Umum PBNU, orang yang berani menghina Allah, Rasulnya, mengkritisi bahkan menghina Shahabat Nabi. Yang pernah dikafirkan oleh empat belas kyai karena dengan lancang berani mengkafirkan Imam Ghozali dalam disertasinya untuk meraih gelar doktor di Universitas Ummul Quro Makkah, dia juga mencari makan kepada orang kristen dengan menjadi Penasehat Angkatan Muda Kristen Republik Indonesia, juga sebagai agen Syi'ah di Indonesia. Dia juga tanpa canggung berkhotbah dalam acara misa Kristiani di sebuah gereja di Surabaya. Dengan background belakangnya berupa salib patung Yesus dalam ukuran yang cukup besar. Beritanya pun dimuat majalah aula milik warga NU. Dia juga pernah melontarkan gagasan pluralnya, yaitu merencanakan pembangunan gedung bertingkat, dengan komposisi lantai dasar akan diperuntukkan sebagai masjid bagi ummat Islam, sedangkan lantai tingkat satu diperuntukkan sebagai gereja bagi ummat kristiani, lantai tingkat dua diperuntukkan sebagai pura bagi penganut Hindu, demikian dan seterusnya.

Penutup
Derasnya pengaruh dan desakan mereka yang mempropagandakan aneka perusakan terhadap Islam yang tengah digencarkan oleh mereka orang-orang yang menuruti hawa nafsunya tidak boleh dibiarkan begitu saja. Yang jelas, di samping mereka itu menjajakan kesesatan yang membawa ke Neraka, dalam hidup ini masih membuat kerusakan-kerusakan.
Umat Islam ini tidak boleh meninggal dunia dalam keadaan hatinya kosong tanpa iman. Ini merupakan tugas mulia untuk menyelamatkan umat Islam sebelum mereka dipanggil Allah SWT dalam rangka mempertanggungjawabkan semua amal perbuatan di sisi-Nya. Maka semasa hidupnya harus selalu dinasehati, agar jangan sampai terlena dan terbawa arus deras kemaksiatan dan kekufuran.
Semoga Allah memberi perlindungan kepada kita dan limpahan hidayah kepada orang-orang yang tertipu yang menjual dirinya kepada para ahli bid'ah baik itu Yahudi, Nashrani, Syi'ah, Wahhabi, Liberal, Sekuler, Plural, atau orang-orang anti Islam lainnya baik nasional maupun internasional, untuk kembali ke jalan yang diridloi Allah SWT, yaitu jalan orang-orang yang Allah beri nikmat atas mereka dan bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan orang-orang sesat.
Amin…..

Lasem, 23 Rajab 1431 H
6 Juli 2010 M